Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Perintah Birrul Walidain
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebut ibadah kepada-Nya dan bersyukur kepada-Nya beriringan dengan pesan wasiat kepada orang-orang beriman untuk berbuat baik serta berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat:
- Al-Isra’: 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا(24)
”Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil.’ Kemudian Allah juga berfirman di surat,
- Lukman: 13-15
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15(
”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Dari kedua ayat tadi jelas sudah bahwa persoalan berbakti kepada orang tua itu merupakan perkara besar dalam agama ini dan sangat diperhatikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca juga Khutbah Jum’at: Renungan Umur 40 Tahun
Keutamaan Birrul Walidain
Ma’asyirol muslimin arsyadakumullah,
Berbakti kepada orang tua selain merupakan perkara besar yang sangat diperhatikan oleh Allah Ta’ala secara langsung, juga memiliki banyak keutamaan yang agung bagi siapa saja yang melaksanakannya dengan baik, penuh kesungguhan dan ketulusan karena Allah.
Di antara keutamaan berbakti kepada orang tua dalam ajaran Islam adalah:
- Birrul walidain merupakan ketaatan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya ﷺ
Hal ini berdasarkan dua surat dalam al Quran yang tadi sudah kami bacakan juga berdasarkan hadits Nabi ﷺ yang terdapat dalam Ash-Shahihain dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
سئل النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أفضل قال إيمان بالله ورسوله ثم بر الوالدين .. الحديث .
”Nabi ﷺ ditanya apakah amal yang paling utama itu? Beliau menjawab,”Iman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian berbakti kepada kedua orang tua... “ [Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]
Masih banyak ayat dan hadits mutawatir tentang hal ini.
- Mentaati kedua orang tua dan menghormati mereka adalah sebab untuk masuk ke dalam surga.
Hal ini sebagaimana di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ beliau bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ . صحيح مسلم 4627
“ Benar-benar rugi, benar-benar rugi, benar-benar rugi.” Lantas ditanyakan kepadanya, “Siapakah wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya atau kedua orang tuanya yang mencapai usia tua namun dia tidak masuk ke dalam surga (dengan sebab berbakti kepada keduanya, pent).” [Shahih Muslim (4627)]
- Menghormati kedua orang tua dan mentaati mereka akan menyebabkan tumbuhnya kedekatan hati dan rasa cinta.
- Menghormati kedua orang tua dan mentaati mereka itu merupakan wujud syukur kepada keduanya karena mereka merupakan sebab keberadaan anak di dunia ini. Selain itu juga merupakan bentuk rasa syukur atas pendidikan dan pemeliharaan mereka terhadap anak.
Jadi birrul walidain merupakan perwujudan pelaksanaan perintah Allah Ta’ala dalam surat Lukman: 14
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
- Bila seseorang berbakti kepada kedua orang tuanya maka dia nanti ketika menjadi orang tua juga akan memiliki anak yang berbakti kepadanya.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [Ar-Rahman: 60]
Baca juga: Khutbah Jum’at Kedudukan Ibu di Dalam Islam
Cara Berbakti Kepada Orang Tua
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Berbakti kepada kedua orang tua itu berlangsung sepanjang kedua orang tua masih hidup dan terus berlanjut meskipun kedua orang tua sudah meninggal dunia. Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua hanya berhenti saat ajal telah menjemput diri kita.
Hanya saja cara berbakti kepada kedua orang tua saat orang tua masih hidup dan setelah keduanya meninggal dunia itu berbeda.
- Birrul Walidain Ketika Masih Hidup
Bila orang tua kita masih hidup maka cara berbakti kepada orang tua kita secara garis besar ada tiga:
- Taat kepada keduanya dalam hal yang ma’ruf. Hal ini berlaku juga dalam perkara mubah asalkan tidak melanggar syariat. Bila sudah melanggar syariat maka tidak perlu taat kepada mereka karena Rasulullah ﷺ menegaskan tidak ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang makruf.
- Bersikap rendah hati kepada mereka dan merendahkan diri kepada mereka.
Betapa pun tinggi pangkat, jabatan, pendidikan dan status sosial seorang muslim, dia wajib merendahkan dirinya kepada kedua orang tuanya, meskipun orang tuanya dalam kondisi kebalikannya secara zhahir.
- Memberikan harta kepada kedua orang tuanya.
Memberikan harta kepada kedua orang tua ini sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Bila ternyata dia bukan orang kaya, malah justru lebih miskin dari kedua orang tuanya, maka dalam persoalan ini dia justru yang layak menerima pemberian dari kedua orang tuanya.
- Birrul Walidain Sesudah Orang Tua Mati
Bila orang tua seorang muslim sudah meninggal, maka cara melakukan kebaktian kepadanya sesuai dengan penjelasan dalam hadits Nabi ﷺ
عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيِّ ، قَالَ : بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا ؟ قَالَ : نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا ، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا ، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا ، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, dia berkata, ”Pada saat kami berada di sisi Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datanglah seorang pria dari Bani Salamah. Dia berkata, ”Wahai Rasululllah! Adakah bagian dari berbakti kepada orang tua saya yang dengannya saya bisa berbakti kepada mereka setelah kematiannya? Rasulullah ﷺ menjawab, ”Ya. Shalat (doa) untuk mereka, istighfar untuk mereka, melaksanakan janji mereka setelah wafatnya, silaturrahim yang tidak akan bisa disambung kecuali melalui mereka dan memuliakan teman mereka.” [Hadits riwayat Abu Dawud di dalam Sunan Abi Dawud no. 4541]
Baca juga: Khutbah Jum’at Cara Mencetak Anak Sholeh
Buah Bakti Kepada Orang Tua
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Setiap amal shaleh di dalam Islam pasti memiliki buah-buah manis yang bisa dirasakan di dunia ini. demikian pula dengan amal shaleh berbakti kepada kedua orang tua. Sebagai salah satu amal yang paling utama dalam Islam setelah beriman kepada Allah ta’ala, pasti birrul walidain memiliki buah yang manis bagi para pelakunya.
Menurut Syaikh Muhammad Sa’id Ruslan, di antara buah dari berbakti kepada keuda orang tua adalah
- Mendapatkan pengampunan (maghfiroh) atas dosa-dosanya.
Hal ini berdasarkan atsar dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Diriwayatkan dari ‘Atha` bin Yasar (bekas budak Maimunah, seorang tokoh ulama Tabi’in terpercaya), dari Ibnu ‘Abbas, bahwa seorang pria mendatangi Ibnu Abbas lalu berkata, ”Sesungguhnya saya telah melamar seorang wanita, namun dia menolak untuk menikah denganku.
Lalu pria lain meminangnya dan ia senang untuk menikah dengannya. Saya pun merasa cemburu kepada wanita tersebut sehingga saya membunuh wanita itu. Apakah ada taubat untukku?”
Ibnu Abbas bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?”
“Tidak,” jawab pria tersebut.
“Bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa jalla dan mendekatlah kepada-Nya semaksimal kemampuanmu.”
‘Atha` bin Yasar berkata, “Aku pergi lalu aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Mengapa engkau bertanya kepadanya tentang kehidupan ibunya?”
Ibnu ‘Abbas berkata, “Sungguh aku tidak mengetahui suatu amalan yang lebih mendekatkan kepada Allah ‘azza wa jalla dari berbakti kepada ibu.”
Dalam riwayat ini, jelas disebutkan bahwa dosa membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i bisa ditebus dengan amal shalih berupa birrul walidain terutama kepada ibu kandungnya.
Seorang ibu memang memiliki hal lebih dibanding seorang ayah untuk mendapatkan perlakuan baik dan ketaatan dari anaknya. Hal ini karena kepayahan dan berbagai derita yang dialami selama proses kehamilan, melahirkan, menyusui da pengasuhan di masa anak masih kecil.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya perlakukan dengan baik?’ Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Ibumu!’
Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa?’ Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Ibumu!’
Orang tersebut bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya lagi, ‘setelah itu siapa lagi?,’ Rasulullah ﷺ menjawab, ‘ayahmu.’” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548]
- Terpenuhi kebutuhannya, mendapatkan jalan keluar dari kesulitan dan doanya mustajab
Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits tentang terperangkapnya 3 orang di dalam sebuah gua, di zaman sebelum Nabi Muhammad ﷺ . Hadits adalah sebagai berikut
Dari Abu ‘Abdir Rahman Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ
“Ada tiga orang dari orang-orang yang hidup di zaman sebelum kalian berangkat safar. Dalam perjalanan mereka mencari tempat untuk bermalam di sebuah goa. Mereka pun memasukinya. Tiba-tiba sebuah batu besar dari gunung jatuh menggelinding lalu menutup pintu gua itu. Mereka terperangkap di dalamnya.
Kemudian mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar tersebut kecuali bila kalian semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amalan shalih kalian.”
فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، وَكُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً ، فَنَأَى بِى فِى طَلَبِ شَىْءٍ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ
Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah tua dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun baik keluarga maupun budak sahaya, sebelum memberi minum kepada keduanya.
Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah tidur. Aku pun memerah susu untuk mereka berdua namun aku dapati mereka sudah tertidur pulas.
Aku tidak mau memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku sebelum mereka berdua. Seterusnya aku menunggu sampai mereka bangun. Setelah fajar tiba mereka bangun, lalu mereka meminum susu tersebut.
Ya Allah, bila aku melakukan hal itu dengan niat mengharapkan wajah-Mu, maka berilah kami jalan keluar dari kesulitan yang sedang kami hadapi karena batu besar ini.” Batu besar itu tiba-tiba bergeser sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa…” [Muttafaqun ‘alaih. Hadits riwayat Al- Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743]
Terkait doa yang mustajab karena birrul walidain, ada contoh lain yaitu tentang seorang Tabi’in terbaik bernama Uwais Al-Qarni rahimahulah. Rasulullah ﷺ sendiri yang menegaskan keistimewaan dari Uwais Al Qarni ini.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ
Dari Umar bin Al Khaththab dia berkata,”Sungguh aku telah mendengar Rasulullah ﷺbersabda,”Sesunggunya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil dengan nama Uwais. Dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [Hadits Shahih riwayat Muslim No. 4612 – Kitab Keutamaan sahabat]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Mutiara Hikmah dari Ulama Salaf Tentang Birrul walidain
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam khutbah kedua ini, kami ingin menukilkan sedikit dari begitu banyak mutiara hikmah dari ulama salaf tentang birrul walidain. Semoga sedikit nukilan dari mereka ini memberikan manfaat yang besar kepada kita semuanya dan menguatkan semangat kira untuk meningkatkan kualitas birrul walidain kita.
قال عبدالله بن عباس: كن مع الوالدين كالعبد المذنب الذليل للسيد الفظ الغليظ
- Abdulllah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,”Ketika bersama dengan kedua orang tua kalian, hendaklah kalian seperti seorang hamba yang bersalah yang rendah di tangan seorang tuan yang keras dan kasar.”
وقال سفيان بن عيينه في قوله عزوجل:(( أن اشكر لي ولوالديك )) من صلى الخمس فقد شكر الله ومن دعا لوالديه عقبهما فقد شكرهما
- Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah (ulama tabiut tabi’in) berkata tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla:
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
”Hendaklah kalian bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu..” [Lukman: 14]
“Siapa yang shalat lima waktu maka dia benar-benar telah bersyukur kepada Allah dan siapa yang berdoa untuk kedua orang tuanya setelah mereka meninggal dunia maka dia benar-benar telah bersyukur kepada keduanya.”
عن الحسن البصري: أن رجلا قال له: إني قد حججت وقد أذنت لي والدتي في الحج.. فقال الحسن: لقعدة تقعدها معها على مائدتها أحب إلي من حجك
- Dari al-Hasan Al-Bashri rahimahullah (ulama Tabi’in), bahwa seorang pria berkata kepadanya,”Sesungguhnya aku telah berhaji dan ibuku telah memberikan ijin kepadaku untuk berangkat haji lagi.” Maka Al-Hasan berkata kepadanya,”Dudukmu bersamanya saat berada di tempat hidangan makannya lebih aku sukai daripada hajimu ini.”
Ini menunjukkan bahwa birrul walidain itu lebih utama dari haji sunnah. Betapa besarnya nilai keutamaan dari birrul walidain. Namun betapa banyaknya orang yang meremehkannya sehingga duduk bersama ibunya dalam suasana tenang dan santai terasa begitu berat baginya. Seolah itu membuang waktunya yang berharga.
Doa Penutup
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua dan seluruh kaum muslimin segala kemudahan, kesadaran dan kemampuan untuk mampu melaksanakan kewajiban birrul walidain secara makmisal hingga akhir hayat kita.
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Download Khutbah Jum’at Lengkap
– Panduan Sukses Khutbah Jum’at