Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah: Definisi, Ciri, Perbedaan, & Contoh

Pembahasan Makkiyah dan Madaniyah merupakan pembahasan dalam kajian ilmu ulumul quran. Ini merupakan hasil upaya para ulama dalam berkhidmat untuk Al-Qur’an yang Mulia.

Mereka menciptakan banyak ilmu, di antaranya: ilmu asbaabin nuzul (sebab turunnya wahyu), ilmu tafsir, Nasikh dan Mansukh, Muhkam dan Mutasyabih, Mutlak dan Muqayyad, Makiyah dan Madaniyah, dan puluhan tema lainnya.

Masing-masing tema tersebut merupakan ilmu tersendiri. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai Makiyah dan Madaniyah, pengertian, perbedaan antara keduanya, serta ciri dan karakteristik masing-masing dan dilengkapi dengan daftarnya.

Pengertian Makkiyah

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menjelaskan bahwa pengertian dari ayat-ayat quran Makiyah adalah:

هُوَ الَّذِيْ نَزَلَ بِهِ اْلوَحْيُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَإِنْ كَاَن بِغَيْرِ مَكَّةَ

Wahyu yang turun kepada Rasulullah ﷺ sebelum hijrah meskipun di luar Mekah.[i]

Pengertian Madaniyah

Sedangkan pengertian dari ayat-ayat Madaniyah menurut Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu adalah :

هُوَ الَّذِيْ نَزَلَ بِهِ جِبْرِيْلُ عَلَى مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بَعْدَ اْلهِجْرَةِ، وَإِنْ كَانَ بِمَكَّةَ، كَالَّذِيْ نَزَلَ فِيْ حَجَّةِ اْلوَدَاعِ

Wahyu yang dibawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad ﷺ setelah hijrah meskipun di Mekah sebagaimana ayat yang turun di waktu haji wada’.

Misalnya adalah firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Maidah: 3]

Suatu hari seorang pria Yahudi mendatangi Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, ada satu ayat dalam kitab kalian yang senantiasa kalian baca, andaikan ayat tersebut turun ke kalangan orang-orang Yahudi, kami pasti akan menjadikan hari itu sebagai hari raya.”

Umar bertanya, “Ayat yang mana?” Dia menjawab,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Maka Umar berkata, “Sungguh aku benar-benar mengetahui hari turunnya ayat tersebut, juga tempat turunnya. Ayat tersebut turun kepada Rasulullah ﷺ di Arafah pada hari Jumat.” [Hadits riwayat Al-Bukhari][ii]

Ciri Surat Makiyah dan Surat Madaniyah Serta Contohnya

Ciri Surat Makkiyah Beserta Contohnya

Para ulama telah meneliti ayat-ayat Makkiyah dan mendapati ciri-cirinya ditinjau dari tema yang menjadi fokus perhatian dari ayat tersebut.

Berikut penjelasan lengkap Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu:

  1. Dakwah untuk mentauhidkan Allah yang diingkari oleh orang-orang musyrik.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ. وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,

dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” [Ash-Shaffat: 35-36]

  1. Memperingatkan dari perbuatan kemusyrikan seperti berdoa kepada selain Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. [Yunus: 106]

  1. Menyatakan batilnya beribadah kepada para wali dengan klaim para wali tersebut akan mendekatkan mereka kepada Allah dan memintakan syafaat kepada Allah untuk mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.

Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. [Az-Zumar: 3]

  1. Dakwah kepada beriman dengan hari akhir dan kebangkitan manusia (baats) dari kuburnya untuk hisab karena orang-orang musyrik di Mekah mengingkari hal itu.

Allah Ta’ala telah membantah mereka dalam firman-Nya,

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [At-Taghabun: 7]

  1. Menantang Bangsa Arab – betapa fasihnya mereka dalam bahasa Arab – agar mendatangkan satu surat seperti al-Quran.

Allah Ta’ala telah menantang mereka dengan firman-Nya,

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”. [Yunus: 38]

  1. Menyebutkan kisah-kisah para pendusta pada masa lampau seperti kaumnya Nuh, Hud, shalih, Syu’aib, Musa dan lain-lain.

Allah Ta’ala berfirman sebagai ancaman kepada orang-orang musyrik Mekah:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ . إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ. الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ . وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ. وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ . الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ . فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ . فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ .إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad?

7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,

9. dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,

10. dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),

11. yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,

13. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,

14. sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. [Al-Fajr: 6-14]

  1. Mendorong agar bersikap sabar

Seperti firman Allah Ta’ala,

وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. [Al-Muzzamil: 10]

  1. Berjihad terhadap orang-orang musyrik dengan al-Quran dan mendebat mereka dengan cara yang baik.

Seperti firman Allah Ta’ala,

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. [Al-Furqan: 52]

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. [An-Nahl: 125]

  1. Menegakkan dalil-dalil yang bersifat kauniyah (terkait alam raya dan apa yang ada di dalamnya) dan ‘aqliyah (rasional) mengenai tauhid rububiyah yang mengharuskan adanya tauhid uluhiyah, seperti firman Allah Ta’ala,

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ .وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ .وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ . وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,

18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

  1. Ayat Quran Makiyah mayoritas memiliki ciri khas dalam gayanya berupa adanya lafazh-lafazh yang bernada teguran keras di telinga yang huruf-hurufnya melontarkan ancaman dan adzab.

Contohnya adalah firman Allah Ta’ala:

الْقَارِعَةُ

Hari Kiamat, [Al-Qari’ah: 1]

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ

Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), [‘Abasa: 33]

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? [Al-ghasiyah: 1]

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ

Apabila terjadi hari kiamat, [Al-Waqi’ah: 1]

كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ

Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,[Al-‘Alaq: 15][iii]

Ciri Surat Madaniyah dan Contohnya

Menurut Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, secara umum dilihat dari segi tema yang menjadi perhatian dari ayat Quran Madaniyah adalah sebagai berikut ciri-cirinya:

  1. Seruan untuk berjihad dan mencari kematian syahid di jalan Allah karena kaum Muslimin telah berhijrah ke Madinah dan mendirikan Negara Islam di sana sehingga mereka perlu untuk mempertahankan agama dan negara mereka.

Oleh karenanya kita melihat Al-Quran Madaniyah menghasung mereka untuk berperang. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.

(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah: 111]

  1. Menjelaskan hukum-hukum Islam

Misalnya hukum riba yang mana Allah telah menyatakan perang kepada para pelakunya dengan firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. [Al-Baqarah: 278-279]

  1. Menjelaskan hukum hudud (pidana) seperti hukum had zina, pencurian dan lain-lain yang memberikan jaminan keamanan dan stabilitas dalam masyarakat.

Misalnya firman Allah Ta’ala tentang hukum had pelaku zina,

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, [An-Nur: 2]

dan firman AllahTa’ala tentang hukum had pencurian,

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Al-Maidah: 38]

  1. Mempermalukan orang-orang munafik dan menyingkap rahasia mereka serta menyebutkan sifat-sifat mereka.

Seperti firman Allah Ta’ala,

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.[Al-Munafiqun: 1]

  1. Menutup mulut kaum Yahudi dan yang lainnya serta mendebat mereka untuk menegakkan hujjah kepada mereka.

Misalnya firman Allah Ta’ala,

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. [Al-‘Ankabut: 46]

  1. Memastikan pertolongan untuk orang-orang mukmin dalam peperangan mereka melawan musuh-musuhnya.

Misalnya firman Allah Ta’ala,

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. [Ali Imran: 123][iv]

Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah

Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah Menurut Ulama

Berikut ini perbedaan antara ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah:

  1. Dalam ayat-ayat Mekah, Allah Ta’ala menyapa manusia dengan fase macam kekerasan dan kekuatan, karena seruan pada masa itu ditujukan kepada orang-orang musyrik dan para penentang, sehingga gaya kasar cocok untuk mereka, sedangkan pada ayat-ayat Madaniyah gayanya lebih lembut dan mudah karena orang-orang pada masa itu adalah mereka yang masuk Islam dan kembali kepada Allah Ta’ala.
  2. Ayat-ayat Mekah dicirikan oleh pendeknya ayat dan penyajian argumennya kepada orang-orang musyrik, sedangkan ayat-ayat Madaniyah ditandai dengan panjangnya ayat-ayat dan penyebutan hukum-hukum tanpa argumen.
  3. Ayat-ayat Mekah berfokus pada pemantapan keyakinan dan keesaan Allah Ta’ala karena orang-orang yang menjadi sasaran pesan risalah ini adalah orang-orang yang menyekutukan Allah Ta’ala dan menyembah bersama Allah hal-hal lain.

Sedangkan ayat-ayat Madaniyah berfokus pada rincian ibadah dan muamalah, karena akidah telah tertanam kuat di hati umat Islam, maka fokus pula pada penyebutan jihad beserta kemaslahatan dan pahalanya karena umat Islam pada masa itu sedang menyebarkan agama Islam di berbagai belahan bumi, sehingga perlu adanya motivasi untuk berjihad.[v]

Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Syaikh Dr. Mana’ Al-Qathan menerangkan dalam kitabnya Mabahits fi Ulumil Quran tentang manfaat dari ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah sebagai berikut:

  1. Membantu dalam mentafsirkan Al-Qur’an

Mengetahui lokasi turunnya wahyu membantu untuk memahami ayat dan mentafsirkannya dengan tafsir yang benar, meskipun pelajarannya adalah berdasarkan keumuman lafahznya, bukan berdasarkan kekhususan sebab.

Mengingat hal ini, ketika makna dua ayat saling bertentangan, seorang mufassir (pentafsir al-Quran) dapat membedakan antara ayat Nasikh (yang membatalkan) dan yang Mansukh (dibatalkan), karena ayat yang datang belakangan adalah pembatal bagi yang datang lebih dahulu.

  1. Merasakan metode Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode dakwah kepada Allah.

Bagi masing-masing tempat ada perkataan yang sesuai dengannya. Mempertimbangkan situasi adalah salah satu makna retorika yang paling spesifik, dan karakteristik gaya Makiyah dalam Al-Qur’an dan Madaniyah itu memberikan kepada orang yang mengkajinya pendekatan metode penyampaian pesan dalam dakwah kepada Allah dengan cara yang sesuai dengan jiwa penerima, dan menguasai pikiran dan perasaannya, mengobati batinnya dengan hikmah yang mendalam.

Untuk setiap tahap dakwah ada tema-temanya dan metode pengkomunikasiannya tersendiri, sebagaimana pesan itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan tingkat manusia dan keyakinan mereka serta kondisi lingkungan mereka.

Dan ini jelas terlihat dalam berbagai metode Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan kepada orang-orang beriman, orang-orang musyrik, orang-orang munafik dan Ahli Kitab.

  1. Mengenali sirah nabawiyah dari ayat-ayat al-Quran. Al-Quran merupakan referensi otentik bagi sejarah ini.[vi]

Cara Menetapkan / Mengetahui Surat Makiyah dan Madaniyah

Cara Mengetahui Surat Makiyah dan Madaniyah Menurut Ulama

Ada pedoman yang bisa dipakai sebagai panduan untuk mengetahui surat Makiyah dan Madaniyah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Mana’ Qathan sebagai berikut:

Pedoman untuk mengenali Surat Makiyah

  1. Setiap surat yang ada ayat-ayat sajadah maka itu Makiyah.
  1. Setiap surat yang di dalamnya ada lafazh كَلَّا ‘kallaa’ maka itu Makiyah. Tidak disebutkan kecuali di setengah terakhir dari Al-Quran. Dan disebutkan sebanyak 33 kali di 15 surat.
  1. Setiap surat yang di dalamnya ada يَا أَيُّهَا النَّاسُ ‘Yaa ayyuhann Naas..” dan bukan يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ‘Yaa ayyuhallaldziina aamanuu..’ maka itu Makiyah. Kecuali surat Al-Hajj. Di akhir surat Al-hajj terdapat ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. [Al-Hajj: 77]

Namun demikian, mayoritas ulama berpendapat bahwa ayat ini Makiyah juga.

  1. Setiap surat yang di dalamnya ada kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu maka itu Makiyah kecuali surat Al-Baqarah.
  2. Setiap surat yang di dalamnya disebutkan Adam dan Iblis maka itu Makiyah kecuali surat Al-Baqarah.
  3. Setiap surat yang dibuka dengan huruf hijaiyyah (tahaji) seperti الم, الر, حم dan yang semacam itu maka itu Makiyah kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran dan diperselisihkan dalam hal surat Ar-ra’du.

Pedoman untuk mengenali surat Madaniyah

  1. Setiap surat yang di dalamnya ada kewajiban (fardhu) atau hukum had (pidana Islam) maka itu Madaniyah.
  2. Setiap surat yang didalamnya dsebutkan orang-orang munafik maka Madaniyah kecuali surat Al-Ankabut karena ia Makiyah.
  3. Setiap surat yang di dalamnya ada perdebatan dengan ahli kitab maka Madaniyah.[vii]

Contoh Daftar Surat Makkiyah & Madaniyah

Daftar Surat Makiyah dan Madaniyah Lengkap

Berikut ini daftar surat-surat Makiyah dan Madaniyah sebagaimana berdasarkan kklasifikasi yang diberikan oleh Dr. Abdurrahman bin Abdul Aziz As-Sudais:[viii]

Contoh Surat Makkiyah

Jumlah surat Makkiyah adalah 86 surat, dengan rincian berikut ini:

NoNama SuratNoNama Surat
1Al-Fatihah44Al-Qalam
2Al-An’am45Al-Haqqah.
3Al-A’raf46Al-Ma’arij
4Yunus47Nuh
5Hud48Al-Jinn
6Yusuf.49Al-Muzammil
7Ibrahim50Al-Mudatstsir
8Al-Hijr51Al-Qiyamah
9An-Nahl.52Al-Mursalat
10Al-Isra’53An-Naba’
11Al-Kahfi.54An-Nazi’at
12Maryam.55‘Abasa
13Thaha.56At-Takwir
14Al-Anbiya’57Al-Infithar
15Al-Mukminun58Al-Muthaffifin
16Al-Furqan59Al-Insyiqaq
17Asy-Syu’ara’60Al-Buruj
18An-Naml61Ath-Thariq
19Al-Qashash62Al-A’la
20Al-Ankabut63Al-Ghasyiyah
21Ar-Rum64Al-Fajr
22Luqman65Al-Balad
23As-Sajdah66Asy -Syams
24Saba’67Al-Lail
25Fathir68Adh-Dhuha
26Yasin69Asy-Syarh
27Ash-Shaffat70At-Tin
28Shad.71Al-‘Alaq
29Az-Zumar72Al-Qadr
30Ghafir (Al-Mukmin)73Al-‘Adiyat
31Fushshilat74Al-Qari’ah.
32As-Syura75At-Takatsur
33Az-Zukhruf76Al-‘Ashr
34Ad-Dukhan77Al-Humazah
35Al-Jatsiyah78Al-Fil
36Al-Ahqaf79Quraisy
37Qaf.80Al-Ma’un
38Adz-Dzariyat.81Al-Kautsar.
39Ath-Thur82Al-Kafirun
40An-Najm83Al-Masad
41Al-Qamar84Al-ikhlas
42Al-Waqi’ah.85Al-Falaq.
43Al-Mulk86An-Nas

Contoh Surat Madaniyah

Jumlah surat Madaniyah adalah 28 surat, dengan rincian berikut ini:

NoNama SuratNoNama Surat
1Al-Baqarah15Al-Hadid
2Ali Imran16Al-Mujadilah
3An-Nisa’17Al-Hasyr
4Al-Maidah18Al-Mumtahanah
5Al-Anfal19Ash-Shaf
6At-Taubah20Al-Jum’ah.
7Ar-Ra’d21Al-Munafiqun
8Al-Hajj22At-Taghabun
9An-Nur23Ath-Thalaq
10Al-Ahzab24At-Tahrim
11Muhammad25Al-Insan
12Al-Fath26Al-Bayyinah
13Al-Hujurat.27Az-Zalzalah
14Ar-Rahman28An-Nashr

Tanya Jawab:

Berikut ini pembahasan beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait masalah Makiyah dan Madaniyah.

– Berapa jumlah ayat Makkiyah dan Madaniyah?

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menyatakan bahwa jumlah surat Makkiyah 82 surat, Madaniyah 20 surat dan surat yang diperselisihkan oleh para ulama apakah termasuk Makiyah atau Madaniyah ada 12 surat.

Sedangkan jumlah total surat dalam Al-Quran adalah 114 surat sedangkan ayatnya (Makiyah dan Madaniyah) adalah 6236 ayat. [ix]

– Berapa jumlah ayat Madaniyah?

Jumlah total ayat Madaniyah adalah 1623 ayat berdasarkan pembagian surat Madaniyah mengacu kepada pilihan dari Syaikh Dr. Abdurrahman bin Abdul Aziz As-Sudais di atas.[x]

– Surat apa yang pertama kali turun di Madinah?

Para ulama menyebutkan bahwa surat yang pertama kali turun di Madinah adalah surat Al-Baqarah. Ibnu Hajar telah mengisyaratkan adanya kesepakatan dalam hal itu dengan perkecualian sebuah pendapat yang menyatakan bahwa surat pertama yang turun di Madinah Adalah Al-Muthaffifin.[xi]

– Surat apa yang pertama kali turun di Mekah?

Para ulama berselisih pendapat tentang wahyu yang pertama kali Allah turunkan. Ada tiga pendapat dalam hal ini:

  1. Pendapat pertama menyatakan wahyu yang pertama diturunkan adalah surat Al-‘Alaq, 5 ayat pertama.

Dalilnya adalah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika menerangkan permulaan turunnya wahyu kepada Nabi ﷺ . Wahyu bermula dengan mimpi yang benar kemudian Nabi ﷺ dijadikan suka melakukan khalwat (menyendiri untuk bermunajat kepada Allah).

Saat itu beliau beribadah di gua Hira’ hingga datang kepada beliau malaikat yang berkata kepadanya:

اقْرَأْ، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: ما أنَا بقَارِئٍ، قالَ: فأخَذَنِي فَغَطَّنِي حتَّى بَلَغَ مِنِّي الجُهْدَ، ثُمَّ أرْسَلَنِي، فَقالَ: اقْرَأْ، قُلتُ: ما أنَا بقَارِئٍ، فأخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حتَّى بَلَغَ مِنِّي الجُهْدَ، ثُمَّ أرْسَلَنِي فَقالَ: اقْرَأْ، قُلتُ: ما أنَا بقَارِئٍ، فأخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ حتَّى بَلَغَ مِنِّي الجُهْدَ، ثُمَّ أرْسَلَنِي، فَقالَ: {اقْرَأْ باسْمِ رَبِّكَ الذي خَلَقَ، خَلَقَ الإنْسَانَ مِن عَلَقٍ، اقْرَأْ ورَبُّكَ الأكْرَمُ الذي عَلَّمَ بالقَلَمِ} – الآيَاتِ إلى قَوْلِهِ – {عَلَّمَ الإنْسَانَ ما لَمْ يَعْلَمْ}

Bacalah!” Nabi ﷺ menjawab,”Aku tidak bisa membaca.” Nabi ﷺ menceritakan,” Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi, “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa membaca”.

Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi, “Bacalah!”. Nabi ﷺ menjawab,”Aku tidak bisa membaca”. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi,

”(Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah) yang telah mengajarkan dengan pena..” sampai dengan ayat: “Yang mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 4953]

Yang berpendapat seperti ini adalah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Ibnu Taimiyah.

  1. Pendapat kedua menyatakan wahyu yang pertama kali turun adalah surat Al-Mudatstsir.

Dalilnya adalah hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “

جَاوَرْتُ في حِرَاءٍ، فَلَمَّا قَضَيْتُ جِوَارِي هَبَطْتُ، فَاسْتَبْطَنْتُ الوَادِيَ فَنُودِيتُ فَنَظَرْتُ أمَامِي وخَلْفِي، وعَنْ يَمِينِي وعَنْ شِمَالِي، فَإِذَا هو جَالِسٌ علَى كُرْسِيٍّ بيْنَ السَّمَاءِ والأرْضِ، فأتَيْتُ خَدِيجَةَ فَقُلتُ: دَثِّرُونِي، وصُبُّوا عَلَيَّ مَاءً بَارِدًا، وأُنْزِلَ عَلَيَّ: {يَا أيُّها المُدَّثِّرُ قُمْ فأنْذِرْ ورَبَّكَ فَكَبِّرْ

Aku berdiam diri di gua Hira’, ketika selesai, aku pun turun. Lalu ada yang memanggilku. Aku pun melihat ke depan dan belakangku serta ke kanan dan kiriku. Ternyata, (yang memanggilku) ia duduk di atas kursi antara langit dan bumi.

Lalu aku mendatangi Khadijah dan aku berkata, ‘Selimutilah aku. Dan tuangkanlah air dingin pada tubuhku’. Lalu turunlah ayat: ‘Yaa ayyuhal muddatsir, qum fa-anzhir warabbaka fakabbir (Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatan. Dan Tuhan-mu, agungkanlah)’” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 4924]

Ulama dalam kelompok kedua ini di antaranya adalah Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.

  1. Pendapat ketiga menyatakan surat Al-Fatihah adalah surat al-Quran yang pertama kali turun.

Dalilnya adalah hadits Nabi ﷺ yang menyebutkan di dalamnya perkataan Jibril kepada Nabi ﷺ ketika berdua bersama Nabiﷺ, Jibril berkata, “

يا محمدُ قل بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ الحمدُ لله ربِّ العالَمين حتى بلغ ولا الضَّالِّينَ

Hai Muhammad! Katakanlah Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin,.. hingga sampai waladhdhaalliin.” Ini riwayat dari Al-Baihaqi dalam kitab Ad-Dalail dengan sanadnya dari Abu Maisarah Amr bin Syurahbil dan dalam riwayat tersebut ada kelemahan. [Muhammad Rakfat Sa’id, Tarikh Nuzulil Quran (2002), cetakan pertama Al-Manshurah: Darul Wafa’. Hal. 50 dengan penuesuaian.]

Perselisihan pendapat tersebut oleh para ulama dikompromikan sebagai berikut:

  • Surat pertama yang turun adalah Al-‘Alaq.
  • Surat Al-Mudatstsir adalah surat pertama yang turun yang memerintahkan untuk berdakwah.
  • Sedangkan surat Al-Fatihah adalah surat pertama dalam al-Quran yang diturunkan secara lengkap. Wallahu a’lam.[xii]

Demikian pembahasan tentang pengertian ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah serta berbagai hal lainnya yang terkait dengan tema tersebut.

Meskipun ringkas diharapkan bisa memberikan tambahan wawasan kepada kita semua. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan bagi penulisnya. Amin

Tulisan ini diunggah pertama kali pada 12 Juli 2021


[i] https://www.alukah.net/sharia/0/138877/

[ii] Ibid.

[iii] Ibid.

[iv] Ibid.

[v]https://mawdoo3.com/%D8%A7%D9%84%D9%81%D8%B1%D9%82_%D8%A8%D9%8A%D9%86_%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%83%D9%8A_%D9%88%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AF%D9%86%D9%8A

[vi] Mabahits fi ‘ulumil Quran, Syaikh Mana’ Qathan, Maktabah Wahbah, Kairo, hal 55-56.

[vii][vii] Ibid, hal. 58-60.

[viii] Lihat: Al-Lathaif Al-Hisan fi Tadabburil Quran, Prof. Dr. Abdurrahman bin Abdul azis As-Sudais, Imam dan Khatib Masjidil Haram, Darul Wathan, cetakan pertama, 1438 H / 2017 M.

[ix] https://www.alukah.net/sharia/0/138877/

[x] https://ar.islamway.net/quran/medinan-chapters

[xi]https://mawdoo3.com/%D8%A3%D9%88%D9%84_%D8%B3%D9%88%D8%B1%D8%A9_%D9%86%D8%B2%D9%84%D8%AA_%D9%81%D9%8A_%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AF%D9%8A%D9%86%D8%A9_%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%86%D9%88%D8%B1%D8%A9

[xii]https://mawdoo3.com/%D9%85%D8%A7_%D8%A3%D9%88%D9%84_%D8%B3%D9%88%D8%B1%D8%A9_%D9%86%D8%B2%D9%84%D8%AA_%D9%81%D9%8A_%D9%85%D9%83%D8%A9

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment