Kajian Lengkap Qiyamul Lail Berdasarkan Al-Quran Dan As -Sunnah

Qiyamul lail sering diartikan sebagai shalat tahajud. Tidak sepenuhnya benar, sebab, qiyamul lail memiliki makna yang lebih luas daripada itu. Begitu pentingnya pembahasan ini, kami coba untuk membahasnya secara mendalam.

Persoalan-persoalan yang dibahas dalam tulisan ini adalah pengertian qiyamul lail, dalil-dalilnya, keutamaan, tata cara qiyamul lail nabi dan qiyamul lail Para Salaf.

Selain itu juga diberikan resep agar mudah qiyamul lail, ada juga tanya jawab seputar qiyamul lail, amalan apa saja pada qiyamul lail dan waktu terbaik qiyamul lail. Dan masih ada yang lain. Semua penjelasan berdasarkan keterangan para ulama yang terpercaya sehingga bisa dijadikan pegangan.

Pengertian Qiyamul Lail dalam Islam Menurut Ulama
Sumber: https://qena.weladelbalad.com/

Apa Pengertian Qiyamul Lail

Pengertian qiyamul lail ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Berikut ini penjelasannya:

Makna umum dari qiyamul lail

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid menjelaskan bahwa qiyamul lail adalah menghabiskan waktu malam atau sebagian malam meskipun hanya sesaat dengan shalat, membaca al-Quran dan berdzikir kepada Allah serta ibadah-ibadah yang semacam itu. Tidak disyaratkan qiyamu lail itu harus menghabiskan mayoritas waktu malam.[i]

Makna khusus dari qiyamul lail

Qiyamul lail bisa menjadi sebutan bagi shalat malam hari. Hal ini berdasarkan jawaban dari Syaikh Bin Baz rahimahullah saat ditanya tentang perbedaan antara shalat tarawih, qiyam dan tahajud. Beliau menjawab,”Shalat di malam hari disebut dengan tahajud dan dinamakan dengan qiyamul lail. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ

”Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu…” [Al-Isra’: 79]

Dan Allah juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ . قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا

”Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” [Al-Muzammil: 1-2]

Dan Allah berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang bertakwa di dalam surat Adz-Dzariyat: 16-17,

آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ . كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

“Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.”

Adapun tarawih itu menurut para ulama secara umum merupakan sebutan bagi qiyamul lail pada bulan Ramadhan di awal malam, dengan memperhatikan masalah keringanan dan tidak berlama-lama. Boleh disebut sebagai tahajud dan boleh pula dinamakan dengan qiyamul lail. Tidak perlu ada perdebatan dalam masalah tersebut. Wallahul muwaffiq.” [Fatawa Syaikh Bin Baz 11/317][ii]

Dalil Tentang Qiyamul Lail

Banyak sekali dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat malam baik di dalam al-Quran maupun as-sunnah. Berikut ini dalil-dalil dari qiyamullail yang dijelaskan oleh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani:

Dalil Qiyamul Lail dalam Al-Quran.

  1. Surat Al Furqan: 64

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.

  1. Surat Adz-Dzariyat: 17-18

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

”Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”

  1. Surat As-Sajdah: 16-17

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

”Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.

Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”

  1. Ali Imran: 17

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ

”(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”

  1. Az-Zumar: 9

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

  1. Al-Muzzammil: 1-4

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا

”Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

  1. Al-Isra’: 79

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

”Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

  1. Al-Insan: 26

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

”Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.”

  1. Qaf: 40

وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ

”Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.”

  1. Ath-Thur: 49

وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَإِدْبَارَ النُّجُومِ

”dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).”

Dalil qiyamul lail dalam hadits

Rasulullah ﷺ mendorong kaum Muslimin untuk melaksanakan qiyamul lail dengan sabdanya:

”Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada Syahrullah (Bulan Allah) Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” [Hadits riwayat Muslim no. 1163 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Keutamaan dan Keistimewaan Qiyamul Lail

Keutamaan dan Keistimewaan Qiyamul Lail Dalam Islam
Sumber: winudf.com

Syaikh Sa’id Al-Qahthani mengatakan bahwa keutamaan qiyamul lail sangat besar karena perkara-perkara berikut ini:[iii]

  1. Nabi ﷺ sangat memperhatikan qiyamullail sampai telapak kakinya bengkak.
  2. Qiyamul lail adalah salah sebab terbesar untuk masuk ke dalam surga.
  3. Qiyamullail adalah salah satu sebab ditinggikannya derajat di kamar-kamar surga.
  4. Orang yang menjaga qiyamul lail adalah orang-orang yang berbuat ihsan (muhsinun) yang berhak untuk mendapatkan rahmat Allah dan surga-Nya, karena mereka itu:

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

”Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [Adzariyat: 17-18]

  1. Allah memuji orang-orang yang biasa menjalankan qiyamul lail dengan memasukkan mereka ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya yang berbakti (al-abrar), hamba-hamba Ar-rahman (‘ibadurrahman).

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

”Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” [al-Furqan: 64]

  1. Allah mempersaksikan orang yang memelihara qiyamul lail dengan iman yang sempurna.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ -تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ- فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

”Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.

Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” [As-Sajdah: 15-17]

  1. Allah tidak menyamakan antara orang-orang yang melakukan qiyamul lail dengan mereka yang tidak memiliki karakteristik seperti itu.

Allah Ta’ala berfirman:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” [Az-zumar: 9]

  1. Qiyamul lail itu menghapus keburukan dan mencegah dari dosa-dosa.
  2. Qiyamul lail adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib.
  3. Kemuliaan seorang mukmin itu pada qiyamul lail.
  4. Orang akan iri hati (yang dibolehkan) terhadap orang-orang yang senantiasa melakukan qiyamul lail.
  5. Membaca al-Quran dalam qiyamul lail akan mendapatkan pahala yang besar

Baca juga: Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

Tata Cara Shalat Qiyamul Lail Nabi ﷺ

Tata cara shalat qiyamul lail Nabi ﷺ adalah sebagai berikut:[iv]

  1. Mengawali shalat tahajudnya dengan dua rakaat yang ringan.

Ini berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,”Rasulullah ﷺ dahulu bila bangun di malam hari untuk shalat, beliau membuka shalatnya dengan dua rakaat yang ringan.” [Hadits riwayat Muslim no. 767]

  1. Setelah itu shalat dua rakaat-dua rakaat dan ditutup dengan shalat witir. Biasanya berjumlah 11 rakaat.

Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,”Rasulullah ﷺ shalat di antara waktu setelah selesai shalat Isyak hingga fajar adalah 11 rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua rakaat dan berwitir dengan satu rakaat.” [Muslim no. 736].

Juga berdasar hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha lainnya, ” Rasulullah ﷺ tidak pernah (shalat malam) lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya.” [Hadits riwayat al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738].

  1. Rasulullah ﷺ melakukan qiyamu lail dengan membaca al-quran kadang satu juz, kadang lebih dan terkadang kurang dari itu. Rasulullah ﷺ pernah membaca surat Al-Baqarah, Ali-Imran dan an-Nisa’ dalam satu rakaat saja (dalam riwayat Muslim no. 772).

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu pernah melihat Rasulullah ﷺ shalat 4 rakaat pada malam hari dengan membaca Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’ dan Al-maidah atau al-An’am (hadits riwayat Abu Dawud no. 873 dan An-Nasa’i no. 1049).

  1. Rasulullah ﷺ melakukan qiyamul lail baik dengan bacaan yang jelas terdengar (jahriyah) maupun dengan bacaan pelan (sirriyah).

Ini seperti yang disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang bacaan Nabi ﷺ pada qiyamul lail apakah dengan keras (jahr) atau pelan (israr)? Maka dia menjawab,”Masing-masing cara membaca itu dilakukan. Terkadang Nabi ﷺ qiyamul lail dengan suara keras dan terkadang dengan suara pelan.”

[Hadits riwayat Abu Dawud no. 1437 dan At-Tirmidzi no. 2924, dan An-Nasa’i no. 1662, dan Ibnu Majah no. 1354 dan Ahmad 6/149. Al-Albani menshahihkan hadits tersebut di dalam Shahih Sunan An-Nasa’i 1/365]

  1. Nabi ﷺ terkadang melaksanakan qiyamul lail secara berjamaah (bersama salah seorang atau beberapa shahabatnya) dan terkadang secara sendirian. Namun mayoritas shalat qiyamul lail beliau dilakukan secara sendirian. Beliau melakukan hal itu sesekali saja. Beliau tidak menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang terus dilakukan.
  2. Nabi ﷺ melakukan qiyamul lail secara terus menerus dan tidak terputus putus (secara dawam/kontinyu).

Qiyamu Lail Para Salaf

Berikut beberapa gambaran tentang bagaimana para salaf melakukan qiyamu lail:

  1. Abu Bakar Al-Marwadzi berkata,”Aku pernah bersama Imam Ahmad sekitar empat bulan di kemiliteran. Dia tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, dan Al-Quran di siang hari. Aku tidak tahu kapan dia menghatamkan Al-Quran karena dia menyembunyikannya.”
  2. Imam Al-Bukhari biasa bangun untuk melakukan shalat tahajud di waktu malam. Dia membaca antara setengah hingga sepertiga Al-Quran. Beliau menghatamkan bacaan al-Quran di waktu sahur pada setiap tiga malam.
  3. Al-‘Allamah Ibnu Abdul Hadi menggambarkan bagaimana qiyamul lail Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagai berikut:

“Di waktu malam beliau biasanya menjauhi dari semua orang. Beliau menyendiri bersama dengan Rabbnya. Beliau bertadharru’ dan tekun membaca Al-Qur’an. Mengulang-ulang berbagai macam ibadah malam dan siang. Ketika beliau mulai melaksanakan shalat, anggota tubuhnya bergetar dan miring ke kanan dan ke kiri.”[v]

Agar Mudah Untuk Qiyamul Lail

Agar Mudah Qiyamul Lail Tips Sukses Bangun Malam
Sumber: https://www.inc.com/

Berikut ini resep yang diberikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid kepada kaum Muslimin agar dimudahkan oleh Allah untuk melaksanakan qiyamul lail:[vi]

  1. Ikhlas karena Allah Ta’ala.

Semakin ikhlas seseorang maka dia akan mendapat taufik yang lebih banyak untuk melakukan ketaatan dan pendekatan kepada Allah.

  1. Orang yang hendak melakukan qiyamul lail hendaknya merasa dipanggil oleh Allah untuk melakukan qiyamu lail.

Bila seorang hamba merasa bahwa Tuannya memanggilnya agar melakukan qiyamul lail padahal Dia tidak butuh kepada ketaatan seluruh umat manusia, maka hal itu akan lebih menggugah untuk memenuhi seruan tersebut.

  1. Mengetahui keutamaan qiyamul lail.

Siapa yang mengetahui keutamaan ibadah ini, maka dia akan sangat bersemangat untuk bermunajat kepada Allah Ta’ala dan berdiri di hadapan Allah Ta’ala pada waktu tersebut.

  1. Melihat keadaan orang-orang Salaf dan Shalihin dalam qiyamul lail dan sejauh mana mereka melaziminya. Para salaf dahulu merasakan kelezatan qiyamul lail dan merasa sangat gembira dengan qiyamul lail.
  2. Tidur dengan posisi tubuh miring ke kanan.

Nabi ﷺ telah memberikan bimbingan kepada umatnya untuk tidur dengan posisi tubuh miring ke kanan.

عَنِ البَرَّاء بنِ عَازِب، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: (( إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَأْ وُضُوءَكَ للصَلاةِ، ثُمَّ اضْطَّجِعْ على شِقِّكَ الأَيْمَنِ

“Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan.” [Hadits disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Ada rahasia di dalam tidurnya Rasulullah ﷺ dengan posisi miring ke kanan, yaitu jantung itu tergantung di sisi kiri. Bila tidur dengan posisi miring di sebelah kiri maka akan terasa berat saat tidur. Ini karena dia dalam kondisi beristirahat sehingga tidurnya menjadi berat.

Dan bila tidur miring pada sisi kanan tubuhnya, maka dia tidak akan tenang dan tidak akan tenggelam dalam tidurnya karena jantungnya tidak tenang dan menghendaki kestabilan dan jantung memang cenderung kepada hal tersebut.

  1. Tidur dalam keadaan suci.

Yakni, berusaha untuk wudhu sebelum tidur. Sebab, salah satu manfaat wudhu sebelum tidur adalah mempermudah bangun qiyamul lail.

Ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu tadi, didalamnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,”Bila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat.” [Hadits disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim]

  1. Bersegera tidur

Tidur segera sesudah shalat ‘isya’ adalah wasiat kenabian, perbuatan yang terpuji dan kebiasaan yang sehat. Hadits yang menunjukkan keutamaan hal ini adalah hadits Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ lebih menyukai untuk mengakhirkan shalat Isya’. Dan beliau tidak suka tidur sebelum Isya’ dan ngobrol setelahnya. [Hadits riwayat Al-Bukhari]

  1. Senantiasa melakukan dzikir-dzikir syar’i sebelum tidur.

Sesungguhnya dzikir-dikir tersebut merupakan benteng yang kokoh dengan izin Allah bisa melindungi dari setan dan membantu untuk bisa bangun malam.

  1. Selalu berusaha untuk senantiasa tidur sebentar di siang hari.

Qailullah atau Tidur siang sebentar itu bisa sebelum zhuhur atau setelah zhuhur. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:

قيلوا فإن الشياطين لا تقيل ” رواه الطبراني ، الصحيحة 2647

”Tidurlah sebentar di siang hari. Sesungguhnya setan itu tidak tidur sebentar di siang hari.” [Hadits riwayat Ath-Thabarani, di dalam Ash-Shahihah no. 2647]

Ishaq bin Abdullah berkata, ”Tidur sebentar di siang hari itu perbuatan orang-orang yang suka berbuat baik (Ahlul Khair). Ia mengistirahatkan hati dan menguatkan untuk melakukan qiyamul lail.”

Al-Hasan Al-Bashri (ulama Tabi’in terkemuka) melewati sekelompok orang di pasar di tengah hari. Dia melihat kegaduhan dan keributan mereka. Lalu dia bertanya (kepada seseorang),”Apakah mereka tidur sebentar di siang hari?” Dijawab,”Tidak.” Dia berkata,”Sungguh aku benar-benar melihat malam mereka itu malam yang buruk.”

  1. Menjauhi banyak makan dan minum.

Memperbanyak makan dan minum adalah pengahalang besar yang membuat seseorang tidak mampu melakukan qiyamu lail. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, ”Hendaklah kalian sedikit makan. Niscaya kalian akan mendapatkan qiyamul lail.”

  1. Mujahadatun nafs (bersungguh-sungguh melawan kecenderungan jiwanya sendiri yang buruk) dalam melakukan qiyamul lail.

Ini termasuk sarana terbesar yang bisa membantu untuk bisa melakukan qiyamu lail karen jiwa manusia itu tabiatnya adalah memerintahkan kepada keburukan, cenderung kepada segala keburukan dan kemungkaran.

Siapa saja yang menuruti tabiat jiwanya yang mengajak kepada keburukan maka jiwanya tersebut akan mengarahkannya kepada kehancuran dan kerugian.

  1. Menjauhi dosa-dosa dan maksiat.

Bila seorang Muslim ingin meraih kemuliaan bermunajat kepada Allah Ta’ala, merasa tenang dengan mengingat-Nya di gelapnya malam, maka jauhilah dosa-dosa. Orang yang berlumuran dengan maksiat tidak akan diberi taufik untuk melakukan qiyamul lail.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,”Wahai Abu Sa’id, sesungguhnya aku tidur dalam keadaan sehat. Aku menyukai qiyamul lail dan aku telah menyiapkan air untuk berwudhu, tapi mengapa aku tidak bisa bangun?” Al-Hasan menjawab,” Dosa-dosamu telah membelenggumu.”

Dan beliau rahimahullah berkata,”Sungguh seorang hamba benar-benar telah melakukan suatu dosa sehingga karena dosanya tersebut dia terhalang dari qiyamul lail. ”

  1. Mengevaluasi diri sendiri dan mencela diri sendiri karena meninggalkan qiyamu lail.

Evaluasi diri (Muhasabatun Nafs) merupakan sebagian dari syiar orang-orang shalih, ciri khas orang-orang yang jujur (Shadiqun). Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-Hasyr: 18]

  1. Menggunakan Alarm Jadwal Sholat Digital

Meski ini bersifat eksternal, penggunaan alarm jadwal sholat digital sangat membantu untuk bangun malam. Terlebih, untuk yang belum terbiasa dan jam biologisnya belum terbentuk. Setelah terbentuk kebiasaan baru, insyaAllah reflek tubuh akan semakin membaik dan alarm jam digital tidak diperlukan lagi.

Amalan Ketika Qiyamul Lail

Bila mengacu kepada penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Minajjid di atas tentang pengertian qiyamul lail secara umum, maka amalan-amalan yang dilakukan ketika qiyamu lail tidak hanya berupa shalat saja.

Namun bisa berupa shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an dan beristighfar dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ketaatan lainnya. Hal ini bisa dilihat pada dalil-dalil yang menjadi dasar disyariatkannya qiyamu lail, seperti:

  1. Shalat dan membaca Al-Quran

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا

Arti: (1). Hai orang yang berselimut (Muhammad), (2). bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (3). (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. (4). atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. [Al-Muzammil : 1- 4]

Keutamaan Membaca Al Qur'an ketika Qiyamul Lail
Sumber: https://alislah.ma/
  1. Berdoa

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. [As-Sajdah: 16]

  1. Beristighfar kepada Allah

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

”Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [Adz-Dzariyat: 17-18]

Selain ibadah-ibadah di atas, amalan lainnya adalah mendengarkan hadits dan membaca shalawat untuk Nabi ﷺ dan ketaatan lainnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah 34/117.[vii]

Kapan Waktu Terbaik Qiyamu Lail

Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani mengatakan bahwa waktu qiyamu lail yang paling utama adalah pada sepertiga malam yang akhir. Namun shalat malam diperbolehkan untuk dilakukan di awal malam, pertengahan malam dan di akhir malam.

Hal ini berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Rasulullah ﷺ tidak berpuasa dalam satu bulan sehingga kami menyangka beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut dan beliau berpuasa hingga kami menyangka beliau terus menerus berpuasa pada bulan itu.

Rasulullah ﷺ itu bila kamu ingin melihatnya di waktu malam dalam keadaan shalat maka pasti kamu akan melihatnya dan (bila kamu ingin melihatnya di waktu malam) dalam keadaan tidur maka kamu pasti akan melihatnya pula.” [Al-Bukhari no. 1141]

Hal menunjukkan kepada kemudahan. Maka seorang muslim bangun malam sesuai dengan kemudahan yang dia mampu lakukan. Akan tetapi yang lebih utama adalah qiyamu lail itu dilakukan pada sepertiga malam yang terakhir.

Hal ini berdasarkan kepada hadits Amr bin ‘Abasah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi ﷺ bersabda,”Allah Ta’ala berada dalam keadaan paling dekat dengan seorang hamba adalah di malam yang akhir. Apabila kamu mampu untuk menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada waktu tersebut maka lakukanlah.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 3579]

Kemudian diperjelas dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,”Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga malam yang akhir, lalu berfirman: “ Siapakah yang berdoa kepada-Ku maka Aku kabulkan untuknya? Siapakah yang meminta kepada-Ku maka Aku beri yang dia minta? Siapakah yang memohon ampun kepada-Ku maka aku ampuni dirinya? Demikianlah seterusnya hingga fajar terbit.” [Muttafaq ‘alaih. Al-Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758]

Tanya Jawab Seputar Qiyamul Lail

Berikut ini beberapa pertanyaan terkait qiyamul lail yang kadang terlintas di benak sebagian orang:

Bolehkah melakukan shalat qiyamul lail dengan suara keras?

Diperbolehkan bagi seorang muslim yang melakukan shalat qiyamul lail untuk membaca qurannya dengan suara keras maupun dengan suara pelan. Dia diperbolehkan untuk memilih.[viii]

Manakah yang lebih utama, shalat qiyamu lail dengan suara keras atau pelan (tersembunyi)?

Shalat qiyamul lail dengan suara keras lebih utama jika jelas membuat seseorang lebih semangat dan berfaedah dalam mengulang -ulang hafalan dan menghafal al-Quran. Namun Qiyamu lail dengan suara pelan lebih utama bila menimbulkan mafsadat berupa mengacaukan konsentrasi orang lain yang sedang shalat, atau membangunkan orang yang sedang tidur dan yang semacam itu.[ix]

Bolehkah melakukan witir sebelum tidur?

Boleh melakukan witir sebelum tidur. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

أَيُّكُمْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ ثُمَّ لْيَرْقُدْ وَمَنْ وَثِقَ بِقِيَامٍ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِهِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ

”Siapa saja yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam maka kerjakanlah witir, lalu tidurlah. Dan siapa yang yakin bisa bangun di sebagian malam, maka lakukanlah witir di akhir malam karena bacaan di akhir malam itu dihadiri (Malaikat) dan itu lebih utama.” [Hadits riwayat Muslim no. 755]

Apakah Qiyamu Lail Harus Tidur Dulu

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid menerangkan bahwa qiyamul lail lebih umum dan lebih luas cakupannya daripada tahajjud karena qiyamul lail itu meliputi shalat dan selain shalat dan mencakup shalat sebelum tidur dan sesudah tidur. Sedangkan tahajjud itu khusus untuk shalat. [x]

Dari penjelasan Syaikh al Munajjid di atas bisa disimpulkan bahwa untuk melakukan qiyamu lail tidak disyaratkan tidur terlebih dahulu. Tidak demikian halnya dengan tahajjud. Tahajjud itu merupakan shalat malam secara khusus dan sebagian ulama mengaitkannya dengan dilakukan setelah tidur terlebih dahulu.

Apakah Tarawih termasuk qiyamul lail?

Syaikh Abdul Azis bin Baz mengatakan bahwa tarawih itu menurut para ulama dipakai secara umum sebagai sebutan bagi qiyamul lail di bulan Ramadhan di awal malam dengan memperhatikan aspek keringanan dan tidak berlama-lama (dalam melakukannya).[xi]

Referensi Penulisan

[i]https://islamqa.info/ar/answers/143240/%D9%87%D9%84%D9%87%D9%86%D8%A7%D9%83%D9%81%D8%B1%D9%82%D8%A8%D9%8A%D9%86%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%87%D8%AC%D8%AF%D9%88%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%8A%D9%84

[ii] Ibid.

[iii] Sholatul Mukmin, Syaikh Sa’id bin Ali bin wahf Al Qahthani, hal. 354-358, secara ringkas.

[iv] Ibid, hal. 360-371 dengan diringkas.

[v]https://islamqa.info/ar/answers/3749/%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B3%D8%A8%D8%A7%D8%A8%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B9%D9%8A%D9%86%D8%A9%D8%B9%D9%84%D9%89%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%8A%D9%84

[vi]https://islamqa.info/ar/answers/3749/%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B3%D8%A8%D8%A7%D8%A8%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B9%D9%8A%D9%86%D8%A9%D8%B9%D9%84%D9%89%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%8A%D9%84

[vii]https://islamqa.info/ar/answers/143240/%D9%87%D9%84%D9%87%D9%86%D8%A7%D9%83%D9%81%D8%B1%D9%82%D8%A8%D9%8A%D9%86%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%87%D8%AC%D8%AF%D9%88%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%8A%D9%84

[viii] Lihat: http://ferkous.com/home/?q=fatwa-951

[ix] Ibid.

[x]Ibid.

[xi] Ibid.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment