18 Keutamaan Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsha

Pernah mendengar Baitul Maqdis? Bagaimana kalau Masjid Al Aqsha? Ya, orang Muslim mana yang tidak mengenal Masjid Al Aqsha? Masjid ini begitu terkenal di dunia Islam.

Sejarahnya begitu panjang. Keutamannya banyak. Dan sampai hari ini, ia menjadi salah satu masjid yang sedang dirundung masalah akibat dikuasai oleh Negara Yahudi Israel.

Namun, ada nama lain yang sering kita dengar terkait dengan Masjid Al Aqsha, yaitu Baitul Maqdis. Apakah Baitul Maqdis itu sama dengan Masjid Al Aqsha? Ataukah keduanya dua hal yang berbeda? Nah, tulisan ini hendak menjelaskan masalah tersebut.

Daftar Isi munculkan

Perbedaan Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsha?

Perbedaan Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsa
Gambar Masjid Al Aqsa Sumber Instagram.com

Pada dasarnya, Baitul Maqdis merupakan sebutan untuk sebuah kawasan yang di dalamnya ada Masjid Al Aqsha. Ini berdasarkan keterangan pakar  yang melakukan penelitian tentang Masjid Al Aqsha dan Baitul Maqdis lebih dari 30 tahun lamanya.

Namun bila kita melihat sejumlah hadits tentang penyebutan nama Baitul Maqdis, memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam tidak membedakan penyebutan Masjid Al Aqsha dengan Baitul Maqdis. Ini wajar karena memang Masjid Al Aqsha terletak di kawasan Baitul Maqdis.

Syaikh Abdul Hayyi Yusuf ketika ditanya adakah perbedaan antara Masjid Al Aqsha dengan Baitul Maqdis beliau menjawab bahwa keduanya tidak ada perbedaan.

Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan secara umum bahwa yang dimaksud dengan Baitul Maqdis adalah Masjid Al Aqsha.

Al Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَّى اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ

Ketika orang-orang Quraisy mendustakanku, maka aku berdiri di Hijir. Kemudian Allah memperlihatkanku Baitul Maqdis maka aku mulai menjelaskan kepada mereka tentang ciri-cirinya sementara aku dalam keadaan melihat kepadanya.” [Al Bukhari: 3886 dan 4710]

Sementara di dalam Shahih Muslim  dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لقَدْ رَأَيْتُنِي في الحِجْرِ وقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عن مَسْرايَ، فَسَأَلَتْنِي عن أشْياءَ مِن بَيْتِ المَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْها، فَكُرِبْتُ كُرْبَةً ما كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ، قالَ: فَرَفَعَهُ اللَّهُ لي أنْظُرُ إلَيْهِ، ما يَسْأَلُونِي عن شيءٍ إلَّا أنْبَأْتُهُمْ به

Aku benar-benar melihat jiwaku sendiri di Hijir sementara orang-orang Quraisy bertanya kepadaku mengenai berbagai hal tentang Baitul Maqdis yang aku sendiri tidak mengetahuinya secara pasti. Sehingga aku menghadapi kesulitan yang belum pernah aku alami sebelumnya. Maka Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku sehingga aku bisa melihatnya. (Setelah itu) Mereka tidak bertanya tentang sesuatu pun kecuali aku bisa menjawabnya.”  [HR Muslim: 172]

Baca Definisi dan Pengertian Masjid

Dengan demikian Masjid Al Aqsha adalah Baitul Maqdis sebagaimana Masjid Al Haram adalah Baitul Atiq.[1]

Menurut Prof. Dr. Abdul Fattah El-Awaisi, Guru Besar Sejarah yang mendalami Masjid Al Aqsha dan Baitul Maqdis selama 30 tahun, ketika menjawab pertanyaan manakah yang benar antara sebutan Baitul Maqdis atau Jerussalem maka beliau menjawab bahwa yang benar adalah Baitul Maqdis. Beliau melanjutkan:

“Karena, itulah istilah yang digunakan Rasulullah Shallallahu alayhi wa sallam. Dengan demikian, menyebut Baitul Maqdis merupakan bentuk kecintaan dan kedekatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, serta bagian dari proyek menghidupkan kembali sunnah beliau yang mulai ditinggalkan, bahkan dilupakan.

Pada istilah yang digunakan oleh Rasulullah itu ada ikatan kuat antara ummat Islam dengan kekasihnya Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dengan demikian, jalan yang kita tempuh untuk membebaskan Baitul Maqdis pun sesuai dengan metode, jalan dan strategi yang beliau tempuh. Bukan ikut-ikutan menggunakan istilah yang latah diucapkan para politisi di zaman ini: ‘Jerusalem Timur’…’Jerusalem Barat’… dan ‘Jerusalem Mandat Inggris’.

Ini juga merupakan langkah ilmiah yang strategis dalam melawan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemerintahannya. Maka, mari kita gunakan istilah Baitul Maqdis. Sebab, istilah ini adalah yang paling lengkap, menyeluruh, mendalam dan kuat maknanya.

Menggunakan istilah Baitul Maqdis adalah landasan dasar menciptakan langkah konkret, memperjelas kompas perjuangan, mengembalikan urusan ini kepada akar keislamannya, dan meletakkan batu pertama bagi ummat Islam dalam membangun landasan keilmuan untuk membebaskan Baitul Maqdis.

Baitul Maqdis yang dimaksud di sini mencakup Al-Bait Al-Muqaddas (Masjidil Aqsha), Kawasan Baitul Maqdis (Tanah yang Disucikan) dan Kota Baitul Maqdis (Kota yang Disucikan).

Baca juga: Daftar Masjid tertua di dunia.

Berikut ini penjelasan ringkasnya

Dimana Tempat Baitul Maqdis?

Dimana Tempat Baitul Maqdis
Sumber: wikimedia.org

Baitul Maqdis terletak di jantung kawasan Baitul Maqdis yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha (Rumah yang Disucikan), pusat mata air kesucian dan keberkahan kawasan ini.

Kawasan atau dalam bahasa Arab disebut iqlim, biasa diungkapkan dalam Al-Quran dengan sebutan Al-Ardhul Muqaddasah (Tanah yang Disucikan).

Batas-batas geografis kawasan ini hari ini melebihi batas-batas Kota Tua dan batas-batas kolonialisme Palestina dan Yordania, mencakup sebagian daerah dari keduanya, dan di sekitar kota Baitul Maqdis terdapat beberapa kota dan desa. Batas-batas kawasan ini bersifat paten seperti batas-batas Makkah dan Madinah, serta disucikan dari langit ke tujuh.” [2]

Semoga penjelasan ringkas ini bisa memberikan manfaat bagi kita semuanya agar mampu mendudukkan posisi Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis secara proporsional.

Keutamaan Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis

Masjidil Aqsha atau yang kadang disebut dengan Baitul Maqdis merupakan salah satu masjid paling bersejarah dan paling tua di muka bumi yang didirikan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Masjid ini memiliki sangat banyak keutamaan sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits. Pembahasan tentang keutamaan Masjdil Aqsha dan Baitul Maqdis ini diharapkan bisa membangkitkan rasa cinta kaum Muslimin terhadap Masjid yang mulia dan bumi yang diberkahi tersebut.

Berikut ini sejumlah keutamaan Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha:

1. Masjidil Aqsha merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Baitullah Al-Haram.[3]

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلَ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً ثُمَّ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ بَعْدُ فَصَلِّهْ فَإِنَّ الْفَضْلَ فِيهِ

Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma’il telah bercerita kepada kami ‘Abdul Wahid telah bercerita kepada kami Al A’masy telah bercerita kepada kami Ibrahim at-Taymiy dari bapaknya berkata aku mendengar Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, masjid apakah yang pertama di bangun di muka bumi ini?.” Beliau menjawab,”al-Masjidil Haram.”

ABu Dzar berkata,” Aku bertanya lagi,’Kemudian apa?.’ Rasulullah ﷺ menjawab, ”al-Masjidil Aqsha.” Aku bertanya lagi,”Berapa lama selang waktu antara keduanya?”. Rasulullah ﷺ menjawab,”40 tahun. Kemudian dimana saja kamu berada dan waktu shalat sudah datang maka shalatlah, karena didalamnya ada keutamaan.” [Hadits riwayat Al-Bukhari No.3115 Bab Firman Allah “Dan Allah telah mengangkat Nabi Ibrahim sebagai kekasih-Nya”]

2. Para Nabi ‘alaihimus salam secara bergantian membangun, memperbaharui dan memperluasnya.

Hal ini menunjukkan keutamaannya, kemuliaannya dan tingginya kedudukannya karena para nabi menginginkan pembangunan, pembaharuan dan perluasan ini ditambahkan kepada kemuliaan mereka, kemuliaan membangun Al-Bait Al-Muqaddas, semoga Allah menambahkan kesuciannya.

Terdapat riwayat yang berbeda-beda tentang siapakah yang pertama kali membangun Baitul Maqdis. Ada yang menyebut pertama yang membangunnya adalah Malaikat, ada yang mengatakan Adam, ada juga yang menyebut Sam bin Nuh, yang lain mengatakan Ibrahim. Ada juga yang menyebut Ya’qub dan ada yang mengatakan Sulaiman Shalawatullah wa salamuhu ‘alaihim Ajma’in.

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menguatkan pendapat bahwa yang pertama membangun Baitul Maqdis adalah Ya’qub ‘alaihish shalatu was salam. Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa yang pertama membangun Baitul Maqdis adalah Nabiyullah Adam ‘alaihish shalatu was salam.

Imam An-Nawawi juga mendukung pendapat dari Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa yang membangun kedua masjid tersebut adalah Adam ‘alahish shalatu was salam. Dengan demikian problem waktu yang terdapat pada pendapat yang menyatakan bahwa yang membangun Masjidil Haram adalah Ibrahim dan Sulaiman adalah yang membangun Baitul Maqdis bisa diselesaikan. Sebab jarak antara Ibrahim dan Sulaiman itu lebih dari 40 tahun. Jadi Ibrahim dan Sulaiman adalah pembaharu bukan pendiri.

3. Tempat Turun & Berkumpulnya Para Nabi

Masjidil Aqsha merupakan tempat turunnya pada Nabi dan tempat berkumpulnya mereka dan pusat tempat peribadahan mereka.

Yakni, saat mereka semua berkumpul untuk nabi kita ﷺ saat Nabi ﷺ menjadi imam mereka setelah beliau kembali dari Mi’raj menurut pendapat yang dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah.

4. Nabi Ibrahim tinggal di Baitul Maqdis

Nabiyullah Ibrahim ‘alaihish shalatu was salam tinggal di Baitul Maqdis dan dua anaknya terlahir di sana yaitu Ismail dan Ishaq shalawatullah wa salamuhu ‘alaihim ajma’in.

5. Baitul Maqdis merupakan tempat hijrah Nabi Musa

Baitul Maqdis merupakan tempat hijrah Musa dan kaumnya ketika mereka keluar dari Mesir dan Allah  ‘Azza wa Jalla menyelamatkan mereka dari Fir’aun. Allah Ta’ala berfirman:

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ

Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.[Al-Anbiya’: 71]

Baca juga: Khutbah Tentang Muslim Suriah

6. Baitul Maqdis merupakan tempat Isra’ Nabi kita Muhammad ﷺ .

Allah Ta’ala berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Isra’: 1]

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ”Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya.”

Nabi ﷺ bersabda,”Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis.” Nabi ﷺ bersabda,”Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat.

Setelah selesai aku keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, ‘Kamu telah memilih fitrah’. Lalu Jibril membawaku naik ke langit…” [Hadits Muslim No.234 Bab Isra` Rasulullah ﷺ ke langit]

7. Baitul Maqdis itu negeri yang diberkahi.

Allah Ta’ala berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Isra’: 1]

Barokah ini bersifat umum dan khusus. Barokah yang bersifat umum adalah barokah dalam hal airnya, udaranya, tanahnya, tanamannya, dan buahnya. Adapun barokah yang bersifat khusus adalah barokah pahala dan ganjaran bagi orang yang pergi ke ke sana yang tidak menginginkan kecuali untuk shalat di dalamnya maka dia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dia dilahirkan oleh ibunya. Inilah makna barokah yang bersifat khusus.

8. Baitul Maqdis merupakan kiblat pertama kaum Muslimin.

Nabi ﷺ dan para sahabatnya telah shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan sebelum Allah Azza wa Jalla mengubahnya ke arah Ka’bah.

Dari Al Bara’ bin ‘Azib radliallahu ‘anhuma, dia berkata,”Rasulullah ﷺ shalat mengahdap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan Rasulullah ﷺ menginginkan kiblat tersebut dialihkan ke arah Ka’bah. Maka Allah menurunkan ayat:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ

(“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit) ‘ [ Al Baqarah: 144]

Maka kemudian Nabi ﷺ menghadap ke Ka’bah. Lalu berkatalah orang-orang yang kurang akal, yaitu orang-orang Yahudi: ‘(Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus) ‘ [Al Baqarah: 144].

Kemudian ada seseorang yang ikut shalat bersama Nabi ﷺ, orang itu kemudian keluar setelah menyelesaikan shalatnya. Kemudian orang itu melewati Kaum Anshar yang sedang melaksanakan shalat ‘Ashar dengan menghadap Baitul Maqdis. Lalu orang itu bersaksi bahwa dia telah shalat bersama Rasulullah ﷺ dengan menghadap Ka’bah. Maka orang-orang itu pun berputar dan menghadap Ka’bah.”

[Hadits Al-Bukhari No.384 Bab Menghadap qiblat bagaimanapun keadaannya]

9. Nabi Musa ‘alaihis salam berdoa agar didekatkan ke Baitul Maqdis di akhir hayatnya

Nabi Musa ‘alaihis salam ketika didatangi oleh Malaikat maut, dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mendekatkannya ke Baitul Maqdis sejauh jarak lemparan batu.

Imam Al- Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi Musa ‘alaihish shalatu was salam saat ajal mendatanginya

فسأل موسى الله أن يُدنيه من الأرض المُقدسة رمية بحجر، فلو كنت ثَمَّ لأريتكم قبره إلى جانب الطريق تحت الكثيب الأحمر

“Maka Musa meminta kepada Allah agar mendekatkan dia dengan tanah yang disucikan (Baitul Maqdis) sejauh lemparan batu. Andaikan aku ada di sana akan aku tunjukkan kuburnya di pinggir jalan di bawah bukit pasir merah (Al Katsib Al Ahmar).”

Baca juga: Khutbah Jum’at Singkat Menyentuh Hati

10. Umat Islam mendapat kabar penaklukan Baitul Maqdis

Nabi ﷺ memberi kabar gembira kepada umat Islam bahwa Baitul Maqdis akan ditaklukkan sebelum terjadinya penaklukan tersebut. Ini merupakan salah satu tanda kenabian beliau ﷺ.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,” Aku menemui Nabi ﷺ ketika terjadi perang Tabuk saat Nabi ﷺ sedang berada di tenda terbuat dari kulit yang disamak. Nabi ﷺ bersabda,” Hitunglah enam perkara yang akan timbul menjelang hari qiyamat. Kematianku kemudian dibebaskannya Baitul Maqdis,… “ [Shahih Bukhari no. 2940]

Kabar gembira dari Nabi Muhammad ﷺ telah terwujud melalui tangan Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu. Umar al-Faruqlah yang telah menaklukkan Baitul Maqdis.

11. Masjidil Aqsha merupakan salah satu dari tiga masjid yang disyariatkan bersafar ke sana untuk beribadah di dalamnya.

Di salam Ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa rasulullah ﷺ bersabda,

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صلى اللهُ عليه وسلم، وَالمَسْجِدِ الْأَقْصَى

”Tidaklah pelana unta itu diikat (tidak boleh sengaja melakukan safar untuk ibadah ke suatu tempat, pent) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul dan Masjidil Aqsha.” [Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

12. Shalat di Masjidil Aqsha pahalanya berlipat ganda dibanding shalat di masjid selainnya.

عن أبي ذر – رضي الله عنه – قال: تذاكرنا – ونحن عند رسول الله – أيهما أفضل: أمسجد رسول الله أَم بيت المقدس ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” صلاة في مسجدي أفضل من أربع صلوات فيه، ولنعم المصلى هو، وليوشكن أن يكون للرجل مثل شطن فرسه من الأرض حيث يرى منه بيت المقدس خير له من الدنيا وما فيها )وهذا الحديث رواه الحاكم وصححه ، ووافقه الذهبي وصححه أيضاً العلاّمة الألباني رحم الله)

“Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,” kami pernah berbincang-bincang saat kami berada di sisi Rasulullah ﷺ. tentang mana yang paling utama di antara kedua masjid; Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi) atau Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha)?

Rasulullah ﷺ bersabda, “Shalat di masjidku, lebih utama empat kali lipat dibanding shalat di sana (Masjid al-Aqsha) dan itu benar-benar nikmat terbaik bagi orang yang shalat. Hampir tiba saatnya seseorang memiliki spepetak tanah semisal panjangnya tali kekang kudanya sehingga dari tanah tersebut dia bisa melihat Baitul Maqdis hal itu lebih baik baginya dari dunia dan isinya.” [Hadits riwayat Al-Hakim yang disetujui oleh Ad-Dzahabi dan dishahihkan Al-Albani]

Hadits ini menunjukkan bahwa shalat di Masjidil Aqsha itu dilipatgandakan pahalanya 250 kali lipat dibanding masjid yang lain kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena shalat di Masjid Nabawi itu 1000 kali lipat dibanding masjid yang lainnya. Sedangkan pahala shalat di Masjidil Aqsha seperempat dari pahala shalat di Masjid Nabawi. Jadi 250 kali lipat dibanding masjid lainnya.

Adapun hadits yang menyatakan bahwa pahala shalat di Baitul Maqdis itu 500 kali lipat dibanding shalat di masjid yang lain selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka ini hadits dha’if dan tidak shahih dari Nabi ﷺ.

13. Shalat di Masjidil Aqsha itu menghapus dosa-dosa.

Hal ini sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Amr bin al’Ash radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا فَرَغَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ مِنْ بِنَاءِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ ثَلَاثًا حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ وَمُلْكًا لَا يَنْبَغِي لَأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ وَأَلَّا يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ أَحَدٌ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ فِيهِ إِلَّا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ

Dari Abdullah bin Amru dari Nabi ﷺ bersabda,”Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis ia meminta Allah tiga hal; hukum yang sesuai dengan hukum-Nya, kerajaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang setelahnya, dan tidak ada seorang pun yang mendatangi masjid ini kecuali untuk shalat, melainkan akan keluar semua dosanya sebagaimana bayi yang dilahirkan ibunya.

Lalu ﷺ bersabda,”Dua perkara pertama telah dikabulkan, dan aku berharap yang ketiga juga telah diberikan.” [Hadits shahih riwayat An-nasai dan Ibnu Majah No.1398 Bab Shalat di Masjid Baitul Maqdis]

14. Baitul Maqdis adalah tempat keberadaan Thaifah Al-Manshurah

Hal ini sebagaimana dalam hadits:

لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين على من ناوأهم. كالإناء بين الأكلة حتى يأتي أمر الله عز وجل وهم كذلك. قلنا: يارسول الله وأين هم؟قال بأكناف بيت المقدس. والحديث رواه الطبراني في الكبير وصححه الألباني رحمه الله تعالى.

“Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang berjaya di atas kebenaran mengalahkan orang-orang yang memusuhi mereka sebagaimana pinggan yang dikelilingi oleh orang yang hendak makan, hingga datang keputusan Allah Azza wa Jalla dan mereka (thaifah manshurah tersebut) tetap seperti itu.

Kami bertanya,”Wahai rasulullah, dimanakah mereka itu?” Rasulullah ﷺ menjawab,”Di sisi Baitul Maqdis.” [Hadits riwayat ath-Thabrani di dalam Al-Kabir dan Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini shahih.]

15. Seseorang akan berangan-angan agar mereka memiliki tanah di sekitar Baitul Maqdis selebar tali kekang kuda agar bisa berdekatan dengan Baitul Maqdis.

Hal ini sebagaimana dalam hadits:

وَلَيُوشِكَنَّ أَنْ يَكُونَ لِلرَّجُلِ مِثْلُ شَطَنِ فَرَسِهِ مِنَ الأَرْضِ، حَيْثُ يَرَى مِنْهُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

”Hampir tiba saatnya seseorang memiliki spepetak tanah semisal panjangnya tali kekang kudanya sehingga dari tanah tersebut dia bisa melihat Baitul Maqdis hal itu lebih baik baginya dari dunia dan isinya.”

Angan-angan kaum Muslimin agar memiliki sebidang tanah untuk berpijak di Baitul Maqdis hanyalah agar mereka bisa ikut serta dalam mempertahankan Baitul Maqdis dan agar mereka mendapatkan kemuliaan jihad untuk membela kaum Muslimin dan tempat suci mereka di Baitul Maqdis.

Jika bukan karena hal ini, sebagaimana anda ketahui, dunia seisinya itu tidak bernilai di sisi Allah meski hanya sehelai sayap nyamuk. Jadi, kebaikan dalam hadits ini adalah kebaikan ibadah. Yaitu seorang Muslim berangan – angan untuk ikut serta bersama saudara-saudaranya dalam membela Baitul Maqdis.

Atau bisa jadi karena Baitul Maqdis itu masjid terbesar di bumi mahsyar (tempat berkumpulnya manusia kelak) dan keutamaan ibadah di dalamnya dilipatgandakan dibanding masjid-masjid lainnya di negeri Syam. Wallahu a’lam.

16. Baitul Maqdis adalah bumi Mahsyar (tempat dikumpulkannya manusia sebelum kiamat) dan Mansyar (tempat dibangkitkannya manusia)

Baitul Maqdis adalah tempat dikumpulkannya umat manusia (bumi mahsyar) dan dari sini pula akan dibangkitkan. Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Maimunah binti Sa’ad radhiyalllahu ‘anha, dia berkata,

يَا نَبِيَّ اللهِ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَقَالَ: “أَرْضُ الْمَنْشَرِ، وَالْمَحْشَرِ

”Wahai Nabi Allah, berikanlah penjelasan kepada saya tentang Baitul Maqdis.! Maka Nabi ﷺ menjawab,”Bumi Mahsyar dan Mansyar.” [Hadits riwayat Ahmad dan Al-albani menyatakan isnadnya shahih di dalam Fadhailusy Syam]

17. Dajjal tidak akan bisa memasuki Masjidil Aqsha.

Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya bahwa Rasulullah ﷺ memperingatkan para sahabatnya dari Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau memberitahukan bahwa matanya yang sebelah kiri terhapus (buta). Bersamanya ada gunung roti dan air sungai serta menetap di muka bumi selama 40 hari. Kekuasannya mencapai seluruh jalan. Dia tidak akan mendatangi empat masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Ath-Thur dan Masjidil Aqsha. [Hadits riwayat Ahmad di 39/89-90 nomor 23685. Muhaqqiq Musnad berkata,”isnadnya shahih.”]

18. Kehancuran Ya’juj dan Ma’juj di Baitul Maqdis.[4]

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari hadits an-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ saat menyebutkan tentang Ya’juj dan Ma’juj bersabda,

…ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْخَمَرِ -وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ- فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي الْأَرْضِ، هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ، فَيَرُدُّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا..» وفي تتمة الحديث: «فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَىَ عليه السلام وَأَصْحَابُهُ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ [11] فِي رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى[12] كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ

… Kemudian dia berjalan hingga berhenti di Gunung Al-Khamar – yaitu gunung di Baitul Maqdis – lalu mereka berkata,”Kita telah membunuh siapa saja yang ada di muka bumi, marilah kita bunuh siapa saja yang ada di langit.” Lalu mereka menembakkan anak panahnya ke langit. Lalu Allah membalikkan anak panah mereka dalam keadaan berlumuran darah..”

Di penghujung hadits tersebut Rasulullah ﷺ bersabda,”maka Nabiyullah ‘isa ‘alaihissalam dan para sahabatnya berharap (pertolongan kepada Allah) maka Allah mengirim naghaf (ulat yang biasa ada di hidung unta dan kambing, pent) ke leher-leher mereka maka mereka tewas seketika sebagaimana kematian satu jiwa.” [Riwayat Muslim no. 2937]

Tulisan ini ditulis oleh Tim Pabrik Jam Digital. Semoga tulisan tentang keutamaan Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha ini bermanfaat.

Bila ada kebenaran di dalamnya maka itu dari rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya.


Footnote Referensi:

[1] Lihat: ar.islamway.net/fatwa/34946

[2] Lihat: https://sahabatalaqsha.com/nws/?p=24633

[3] Poin 1-17 lihat: http://www.aqsaonline.org/news.aspx?id=3843

[4] https://www.alukah.net/culture/0/125810/

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment