Khutbah Jumat: Bahaya Penyakit Hati, Tanda-Tanda & Cara Mengobatinya

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Penyakit Hati Menurut Islam

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Surat Al-Hajj: 52-54 yang menjelaskan tentang adanya tiga jenis hati dalam diri setiap anak manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّىٰ أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,

agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat,

dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. [Al-Hajj: 52-54]

Dalam ayat ini Allah membagi hati menjadi tiga macam: Dua hati terkena fitnah dan satu hati yang selamat. Dua hati yang terkena fitnah adalah hati yang di dalamnya ada penyakit dan hati yang keras (mati).

Sedang yang selamat adalah hati orang Mukmin yang merendahkan dirinya kepada Tuhannya, dialah hati yang merasa tenang dengan-Nya, tunduk, berserah diri serta taat kepada-Nya.

Dengan demikian, hati terbagi menjadi tiga macam:

  1. Pertama: Hati yang sehat dan selamat, yaitu hati yang selalu menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran. Pengetahuannya tentang kebenaran benar-benar sempurna, juga selalu taat dan menerima sepenuhnya.
  2. Kedua: Hati yang keras, yaitu hati yang tidak menerima dan taat pada kebenaran.
  3. Ketiga: Hati yang sakit, jika penyakitnya sedang kambuh maka hatinya menjadi keras dan mati, dan jika ia mengalahkan penyakit hatinya maka hatinya menjadi sehat dan selamat.

Macam-Macam Penyakit Hati

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Penyakit hati begitu banyak macamnya. Menurut Dr. Abdussalam Hamud Ghalib yang termasuk penyakit hati adalah:

  1. Kemunafikan
  2. Riya’
  3. Penyakit syubhat, bimbang dan ragu.
  4. Suuzh-zhan (sangka buruk)
  5. Dengki
  6. Sombong, ujub terhadap diri sendiri dan meremehkan yang lain serta mengolok-olok mereka.
  7. Dendam dan permusuhan
  8. Putus asa
  9. Hawa nafsu dan cinta kepada selain Allah
  10. Takut kepada selain Allah.
  11. Waswas (kecemasan)
  12. Hati yang keras
  13. Fanatik kepada selain kebenaran

Sedangkan menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, penyakit hati itu pada dasarnya ada dua kategori besar yaitu:

  1. Penyakit syahwat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. [Al-Ahzab: 32]

Yang dimaksud penyakit hati dalam ayat ini adalah penyakit syahwat, kedurhakaan dan zina. Penyakit syahawat adalah kerusakan yang terjadi pada hati yang merusak keinginan atau kehendak hati terhadap kebenaran.

Kerusakan itu menjadikan hati membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatilan yang membahayakan.

Sumber penyakit syahawat adalah hawa nafsu. Sesungguhnya manusia itu mengetahui kebenaran akan tetapi dia tidak menginginkannya karena pada dirinya terdapat hawa nafsu yang menyelisihi ajaran yang dibawa Nabi ﷺ.

  1. Penyakit syubhat

Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [Al-Baqarah: 10]

وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ

dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” [Al-Mudatstsir : 31]

لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat. [al-Hajj: 53]

inilah tiga tempat yang menjelaskan penyakit hati berupa penyakit syubuhat, keraguan dan kebodohan.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah Ta’ala saat menjelaskan tafsir firman Allah Ta’ala:

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ

Dalam hati mereka ada penyakit,…” [Al-Baqarah: 10] mengatakan,”Yang dimaksud dengan penyakit di sini adalah penyakit ragu, syubuhat dan kemunafikan. Hati itu rentan terkena dua jenis penyakit yang mengeluarkan hati dari kesehatannya dan keseimbangannya.

Yaitu penyakit syubuhat yang batil dan penyakit syahawat yang membinasakan. Kekafiran, kemunafikan, keraguan dan berbagai bid’ah itu merupakan penyakit syubuhat. Sedangkan zina, menyukai perbuatan keji dan maksiat serta melakukannya termasuk penyakit syahawat.”

Dengan demikian, penyakit syubuhat adalah kerusakan yang terjadi pada hati, yang merusak pandangan hati tersebut kepada kebenaran, dalam bentuk hati tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran atau melihatnya secara berbeda dari kebenaran yang sebenarnya atau berkurangnya kemampuan dalam memahaminya.

Baca juga Khutbah Jum’at: Pengaruh Dosa dan Maksiat

Ciri Ciri Penyakit Hati Dalam Islam

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Hati yang berpenyakit itu ada ciri-ciri atau tanda-tandanya, sebagaimana tubuh yang tidak sehat karena suatu penyakit juga ada tanda-tandanya. Di antara tanda-tanda hati yang sakit menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzi adalah:

  1. Tidak merasakan sakitnya luka akibat melakukan berbagai keburukan.
  2. Hati yang sakit itu merasa lezat saat melakukan maksiat dan merasakan nyaman setelah bermaksiat.

Adapun keadaan keadaan orang mukmin itu jika bermaksiat kepada Allah dia akan menyesal dan beristighfar serta merasakan kepedihan atas apa yang telah terjadi, serta bersegera untuk bertaubat kepada Allah.

  1. Mendahulukan perkara yang lebih rendah dibandingkan perkara yang lebih tinggi nilainya dan memperhatikan hal-hal rendah dengan mengorbankan perkara-perkara mulia.

Lantas apa yang akan kita katakan tentang sebagian dari kaum Muslimin yang telah menjadi orang-orang yang tidak memperhatikan keadaan saudara-saudaranya dan keadaan umatnya?

Sementara mereka mengetahui perkara-perkara yang sepele dan rendah jauh lebih banyak dibanding pengetahuannya tentang perkara agamanya dan berita tentang para ulama dan pemimpin Islam.

  1. Membenci kebenaran dan merasa sesak dengan kebenaran. Ini merupakan permulaan jalan menuju kemunafikan dan bahkan puncaknya.
  2. Merasa terasing dari orang-orang shalih dan merasa akrab dengan para pelaku maksiat dan pendosa.

Anda akan dapati sebagian orang itu tidak sanggup duduk bersama dengan orang-orang shalih dan tidak merasa nyaman dengan mereka. Bahkan mereka mengolok-olok orang-orang shalih dan majlis orang-orang shalih.

Hatinya tidak merasa nyaman kecuali bila bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat keburukan dan para pelaku kemungkaran. Tidak ragu lagi ini, merupakan indikasi atas kerusakan dan sakitnya hati.

  1. Menerima syubhat dan terpengaruh dengannya, suka berdebat dan meninggalkan membaca al-Quran
  2. Takut kepada selain Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

ولن يخاف الرجل غير الله إلا لمرض في قلبه، كما ذكروا أن رجلًا شكا إلى أحمد بن حنبل خوفه من بعض الولاة، فقال: لو صححتَ لم تخف أحدًا. أي: خوفك من أجل زوال الصحة من قلبك

”Seseorang tidak mungkin takut kepada selain Allah kecuali karena penyakit yang ada dalam hatinya. Hal ini sebagaimana mereka sebutkan bahwa seorang lelaki mengeluhkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal tentang rasa takutnya kepada sebagian dari para pemimpin wilayah, Maka beliau berkata, ’Andaikan kamu sehat kamu tidak akan takut kepada seorang pun.” Maksudnya, rasa takutmu dikarenakan hilangnya kesehatan dari hatimu.”

  1. Adanya kerinduan atau rasa cinta yang berlebihan terhadap seseorang.
  2. Tidak mengenal hal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran dan tidak mempan terhadap nasehat.

Akibat dan Bahaya Penyakit Hati Berupa Fitnah Syubuhat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Penyakit hati itu lebih berbahaya dibandingkan penyakit badan. Penyakit hati akan selesai bila seseorang telah meninggal dunia. Sedangkan penyakit hati akan terus dibawa hingga setelah kematian dirinya.

Penyakit hati berupa fitnah syubuhat dan syahawat merupakan pangkal kerusakan seorang hamba dan kesengsaraannya di dunia dan akhirat. Penyakit syubuhat adalah penyakit hati yang paling berbahaya, paling sulit dan paling mematikan.

Bertolak dari sini, para ahli terapi penyakit hati mewasiatkan agar menjauhi para ahli bid’ah karena penyakit syahawat itu masih bisa diharapkan untuk bisa diobati. Sedangkan penyakit syubuhat maka tidak ada obatnya kecuali jika Allah memeliharanya dengan rahmat-Nya.

Sumber penyakit syubuhat adalah kebodohan. Seorang yang jahil (bodoh tentang agama) akan melakukan kebatilan sementara dia menyangka itu kebenaran. Ini penyakit. Penyakit itu disebut syubuhat karena adanya keserupaan kebenaran dengan kebatilan dalam penyakit tersebut. Penyakit syubuhat itu memakaikan pakaian kebenaran pada tubuh kebatilan.

Akibat dari fitnah syubuhat adalah kekafiran dan kemunafikan. Fitnah sybuhat adalah fitnah orang-orang munafik dan fitnah para ahli bid’ah sesuai dengan tingkatan bid’ah mereka. Mereka melakukan bid’ah hanyalah disebabkan fitnah syubuhat yaitu kebatilan menyerupai kebenaran dan kesesatan menyerupai petunjuk.

Rekomendasi Khutbah Jumat Tentang Palestina
Rekomendasi Khutbah Membantu Kesusahan Orang Lain
Rekomendasi Khutbah Jumat Generasi Muda

Akibat dan Bahaya Penyakit Hati Berupa Fitnah Syahawat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Fitnah Syahawat itu begitu banyak. Fitnah syahawat itu berupa mengikuti apa saja yang disukai oleh jiwa, mengikuti syahwat. Allah Ta’ala berfirman,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [Maryam: 59]

Syahwat itu bisa berupa syahwat kemaluan, syahwat perut, syahwat harta, syahwat kepemimpinan dan jabatan. Hal ini sangat berbahaya bagi agama seorang Muslim. Syahwat kemaluan menjerumuskan ke dalam perbuatan zina, homoseksual (lgbt) dan onani yang haram. Semoga Allah melindungi kita semua.

Allah berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. [Al-isra’: 32]

Syahwat perut bisa menjerumuskan seseorang ke dalam memakan yang haram, memakan riba, memakan harta anak yatim dan banyak perkara lainnya berupa makanan dan minuman yang haram. Semua ini termasuk fitnah syahawat.

Syahwat harta dan cinta harta bisa menjerumuskan ke dalam riba yang merupakan salah satu perkara yang membinasakan. Syahwat harta bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan suap yang dilaknat oleh Rasulullah ﷺ pelaku dan penerimanya.

Ini sedikit dari gambaran betapa berbahayanya fitnah syahawat bagi seorang Muslim. Akibat dari mengikuti hawa nafsu hanyalah penyesalan, kerugian , kesesatan dan adzab yang keras di akhirat nanti bagi yang tidak bertaubat hingga akhir hayat sebagaimana ancaman yang disebutkan di dalam surat Maryam: 59 yang tadi telah kami bacakan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Kumpulan Tema Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Cara Menghilangkan Penyakit Hati

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Bila kita sudah tahu jenis-jenis penyakit hati, tanda-tandanya dan bahaya yang ditimbulkannya, lantas bagaimana caranya agar kita bisa selamat dari berbagai penyakit hati tersebut? Para ulama telah menjelaskan cara-cara agar kita bisa selamat dari berbagai penyakit berbahaya ini.

Di antara ulama yang sangat ahli dan mumpuni dalam terapi penyakit hati adalah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah. Beliau menjelaskan, cara untuk mengobati penyakit hati adalah:

  1. Dengan al-Quran.

Al-quran adalah obat bagi keraguan yang ada dalam hati, menghilangkan kemusyrikan dan noda kekafiran di dalam dada serta berbagai penyakit syubuhat dan syahawat.

Al-Quran merupakan petunjuk bagi orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya serta menjadi rahmat karena balasan yang akan didapatkan oleh orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. [Al-An’am: 122]

  1. Menjaga kekuatan dan unsur hati dengan iman dan amal shaleh serta melakukan amalan-amalan ketaatan secara terus menerus, dengan kata lain memiliki wirid ketaatan.
  2. Melindungi hati dari hal-hal yang membahayakannya yaitu dengan menjauhi seluruh kemaksiatan dan pelanggaran syariat.
  3. Mengosongkan hati dari segala unsur yang melukai hati dengan taubat dan istighfar.

Sedangkan menurut Dr. Abdussalanm Hamud Ghalib cara mengobati hati yang sakit adalah dengan:

  1. Kesempurnaan cinta kepada Allah.

Caranya adalah dengan menjadikan cintanya hanyalah untuk Allah dan karena Allah serta marah dan bencinya karena Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,’Sarana terbesar untuk mengobati hati adalah dengan memenuhi hati manusia dengan cinta kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. [Al Baqarah: 165]

Sarana untuk mencintai Allah itu banyak, di antaranya adalah membaca al-Quran dan mentadabburinya serta, memahami maknanya. Mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amalan sunnah setelah melakukan yang wajib. Terus menerus berdzikir kepada Allah dalam segala keadaan dan lain-lain.

  1. Ikhlas

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [Al-An’am: 162-163]

Kalau seseorang mengikhlaskan amal-amalnya hanya untuk Allah semata maka akan mendapatkan kelapangan dan ketentraman dalam hatinya.

  1. Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dengan sebaik-baiknya.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imran: 31]

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Al-Hasyr: 7]

Kumpulan Judul Khutbah Jumat Terbaru

Doa Penutup

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Naskah Khutbah Jum’at
Istidraj Dalam Al Qur’an dan Sunnah