Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah menganugerahkan kepada kita semua, nikmat yang tak terhitung banyaknya, terutama nikmat iman , Islam, keamanan, kesehatan dan kelapangan rezki.
Dengan semua nikmat tersebut dan rahmat-Nya yang luas, kita semua bisa hadir di masjid yang diberkahi ini, untuk melaksanakan salah satu kewajiban dan syiar agama Islam yang agung yaitu ibadah shalat Jumat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ , kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat Islam yang mengikuti jejak Nabi Muhammad ﷺ dengan baik, secara lahir dan batin hingga akhir zaman.
Tak lupa kami berwasiat kepada jamaah shalat Jumat seluruhnya dan kepada diri kami sendiri, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki di mana saja kita berada.
Dengan takwa, seorang Muslim akan mulia di dunia dan akhirat. Melalui takwa, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan urusan seorang Muslim, memberinya jalan keluar dari masalah yang membelit dirinya dan menganugerahkan rezeki dari arah yang tidak pernah diduga sebelumnya.
Imlek Tak Sekadar Festival Budaya
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, ada banyak perayaan pergantian tahun yang dirayakan oleh masyarakat di negeri kita ini. Misalnya, pergantian tahun baru Hijriah yang diperingati umat Islam.
Pergantian tahun Masehi yang diperingati kaum Nasrani, namun faktanya banyak umat Jslam yang ikut merayakannya. Demikian pula halnya dengan pergantian tahun baru China atau sering disebut dengan hari raya Imlek.
Hari raya Imlek, semenjak era presiden Abdurrahman Wahid, alias Gusdur, telah diberikan kebebasan untuk dilaksanakan secara terbuka. Bahkan, pada tahun 2002 di era presiden Megawati, hari raya Imlek telah dijadikan sebagai hari libur nasional.
Masyarakat umum memandang bahwa Imlek merupakan sebuah festival budaya biasa yang tidak ada hubung kaitnya dengan keyakinan tertentu. Persepsi ini keliru. Budaya Tionghoa mencerminkan nilai luhur, kebiasaan dan bakti kepada leluhurnya. Imlek merupakan bagian dari kepercayaan agama mereka.
Perlu diketahui bahwa orang Tionghoa mempunyai 3 pandangan keagamaan yaitu, Kunfusianisme, Bhudisme, dan Taoisme. Ketiga pandangan ini saling berdampingan satu sama lain, damai dalam kerukunannya.
Ajaran Khonghucu memasukkan perayaan tradisi Imlek menjadi salah satu ibadahnya yaitu sembahyang Imlek. Di sini ajaran Khonghucu lebih menekankan kepada ritual praktik ibadahnya.
Menurut Tao, perayaan Imlek ini berdasarkan kebudayaan Tionghoa yang terdapat pada kepercayaan tradisional Tionghoa. Dalam ajaran Tao, saat perayaan Imlek, umat Tao diharuskan untuk melakukan pemujaan pada leluhur terdahulu.[i]
Setiap hari raya imlek, pasti lampion-lampion dinyalakan di berbagai kelenteng. Namun sebelum menggantungnya, lampion tersebut terlebih dahulu di doakan di kelenteng. Setelah itu, lampion tersebut akan digantung.
Tidak hanya lampion, pertunjukkan barongsai pun digelar yang mengartikan sebagai penolak bala. Namun sebelum atraksi barongsai dilakukan, barongsai ini akan berdoa di klenteng terlebih dahulu.[ii]
Dengan demikian, hari raya Imlek itu pada dasarnya berangkat dari sebuah keyakinan agama, apakah Konghucu atau Taoisme. Ini penting untuk diketahui agar kita sebagai kaum Muslimin yang terikat oleh aturan syariat dalam berinteraksi dengan non Muslim, tidak salah dalam bersikap.
Sebab, seluruh ucapan dan perbuatan kita, sikap dan perilaku, serta kegiatan kita dalam hidup sehari-hari, seluruhnya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semuanya dituntut untuk selaras dengan tuntunan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, agar ketika kita pulang menghadap Allah di akhirat nanti, kita tidak dimurkai oleh Allah Ta’ala, Raja alam semesta ini.
Sungguh sangat tidak menyenangkan sama sekali, ketika kita yang berstatus sebagai budak, hamba Allah, pulang menghadap kepada sang Raja pemilik diri kita dan alam semesta ini, dalam keadaan dimarahi dan dimurkai gara – gara suka melanggar aturan-Nya saat di dunia ini, nasalullahal ‘afiyah.
Umat Islam Menyikapi Hari Raya Imlek
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bila kita diajarkan untuk senantiasa berusaha selaras dengan tuntunan syariat dalam mensikapi berbagai persoalan dan peristiwa dalam hidup ini, lantas bagaimana semestinya seorang Muslim menyikapi perayaan hari raya Imlek?
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dikembalikan dan ditanyakan kepada para ahli ilmu dalam Islam atau para ulama, karena Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ – ٤٣
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl: 43]
Markaz Al-Fatwa Islamweb sebuah lembaga fatwa di bawah pengawasan Syaikh Al-‘Alamah Dr. Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqithi, saat ditanya tentang hukum menghadiri perayaan hari raya non Muslim, dalam hal ini adalah hari raya Imlek, untuk menonton permainan mereka secara langsung, dalam fatwa no. 241285 mengatakan:
“Seorang Muslim tidak boleh terlibat dengan non Muslim dalam hari raya mereka semacam ini. Di antara dalilnya adalah firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Furqan: 72,
وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا – ٧٢
Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.
Syaikh Ibnu ‘Athiyyah Al-Andalusi rahimahullah dalam kitab Al-Muharrar Al-Wajiz fi Tafsiri Kitabil ‘Aziz mengatakan, ”Ungkapan يَشْهَدُوْنَ di tempat ini sudah jelas. Maknanya adalah يشاهدون ويحضرون menyaksikan dan menghadiri, sedangkan yang dimaksud dengan الزُّورَ adalah segala hal yang batil (bertentangan dengan kebenaran dan tidak ada faedahnya), dusta dan keindahan palsu.”
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, ”Pendapat yang paling jelas berdasarkan konteks kalimat tersebut adalah bahwa yang dimaksud dengan “لاَ يَشْهَدُونَ الزُّورَ ” ”dan orang-orang yang tidak menyaksikan az-zuur.” adalah tidak menghadirinya.
Untuk itu Allah Ta’ala berfirman,
وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
“dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.”
Maksudnya, mereka tidak menghadiri perbuatan kotor tersebut. Dan apabila mereka berpapasan secara kebetulan, mereka melalui saja dan tidak mengotori dirinya sedikit pun. Untuk itulah Allah Ta’ala berfirman
مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.
Dengan demikian jelaslah hukum menghadiri perayaan-perayaan ini dan keluar rumah untuk menyaksikannya. Yang jelas, hal itu akan menambah jumlah para pengikut kebatilan dan rentan tertimpa kemurkaan Allah yang turun kepada mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda,
الْعَجَبُ إِنَّ نَاسًا مِنْ أُمَّتِي يَؤُمُّونَ بِالْبَيْتِ بِرَجُلٍ مِنْ قُرَيْشٍ، قَدْ لَجَأَ بِالْبَيْتِ، حَتَّى إِذَا كَانُوا بِالْبَيْدَاءِ خُسِفَ بِهِمْ»، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ الطَّرِيقَ قَدْ يَجْمَعُ النَّاسَ، قَالَ: «نَعَمْ، فِيهِمُ الْمُسْتَبْصِرُ وَالْمَجْبُورُ وَابْنُ السَّبِيلِ، يَهْلِكُونَ مَهْلَكًا وَاحِدًا، وَيَصْدُرُونَ مَصَادِرَ شَتَّى، يَبْعَثُهُمُ اللهُ عَلَى نِيَّاتِهِمْ.
”Sungguh mengherankan! Ada sejumlah orang dari umatku menyerang Ka’bah untuk menangkap seorang dari Quraisy yang telah berlindung ke Ka’bah. Hingga, ketika mereka ada di Baida`, mereka ditenggelamkan (ke dalam tanah).
Lalu kami (maksudnya, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, ”Wahai Rasulullah! Sungguh di jalan itu banyak sekali orang.” Beliau menjawab, ”Iya, di antara mereka ada yang terlibat secara sengaja, ada yang terpaksa ikut dan ada orang yang sedang melakukan perjalanan (Ibnu Sabil).
Mereka binasa secara bersamaan, namun akan kembali ke tempat kembali yang berbeda-beda. Allah membangkitkan mereka sesuai niat mereka.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 2118 dan Muslim, no. 2884 dan ini lafazhnya]
Hadits ini menunjukkan keharaman membuat para pengikut kebatilan menjadi melimpah dan memperbanyak jumlah mereka, meskipun tanpa ikut serta dalam keyakinan mereka, keinginan mereka dan perbuatan mereka.
Imam An-Nawawi berkata, ”Dalam hadits ini terdapat pelajaran yaitu menjauhi para pelaku kezhaliman, dan peringatan dari berada dalam majlis mereka serta duduk-duduk bersama para bughat yang batil (pemberontak pemerintahan Islam), agar mereka tidak tertimpa hukuman yang akan menimpa para pengikut kebatilan tersebut.
Pelajaran lainnya adalah orang yang memperbanyak jumlah suatu kelompok maka akan berlaku kepada orang tersebut hukum terhadap kelompok tadi dalam hal zhahir sanksi di dunia ini.”
Imam Ibnu Hajar berkata, ”Al-Muhallab berkata, ”Pelajaran dalam hadits ini adalah bahwa siapa saja yang memperbanyak jumlah suatu kelompok dalam hal kemaksiatan secara sukarela, maka sanksi hukuman akan menimpa dirinya bersamaan dengan kelompok tersebut.”
Adapun sekedar menonton permainan ini tanpa menghadirinya, misalnya, melihat dari jendela rumah atau melalui media, maka tidak diharamkan, meskipun mencegah dari hal tersebut lebih layak dan lebih baik bagi pelakunya.” Wallahu a’lam.[iii]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Jangan Latah Mengikuti Perayaan Imlek
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kita diperintahkan untuk berinteraksi atau bergaul secara baik dengan semua orang dan bertutur kata yang baik kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah: 83
وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia
Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Al- Mumtahanah : 8
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ – ٨
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Namun tidak semestinya kita mencampur adukkan antara bermuamalah atau interaksi sosial dengan mereka, dengan masalah menunjukkan kasih sayang kepada mereka namun dengan mengorbankan akidah dan agama kita.
Kita meyakini bahwa keyakinan mereka itu batil dari sudut pandang ajaran Islam. Sementara hari raya keagamaan merupakan syiar yang paling menonjol dari agama.[iv]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.
Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, ”Ikut serta bersama-sama dengan dengan orang-orang kafir dalam hari raya mereka merupakan sebuah bentuk saling menolong dalam dosa dan permusuhan.
Yang wajib atas setiap Muslim dan Muslimah adalah meninggalkan hal tersebut. Tidak selayaknya bagi orang yang berakal itu tertipu oleh perbuatan kebanyakan orang.
Yang wajib dilakukan adalah melihat kepada syariat Islam dan ajaran yang dibawanya, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya ﷺ. Kemudian tidak melihat kepada kondisi kebanyakan orang, karena kebanyakan manusia itu tidak peduli dengan syariat Allah Ta’ala.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-An’am: 116
وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ – ١١٦
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan. [Al-An’am: 116]
Allah Ta’ala juga berfirman di dalam surat Yusuf: 103
وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ – ١٠٣
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.
Dengan demikian tradisi yang menyelisihi syariat tidak boleh diikuti, meskipun dilakukan oleh kebanyakan orang.
Seorang mukmin itu menimbang perkataan dan perbuatannya serta perkataan dan perbuatan manusia dengan al-Quran dan As-Sunnah. Dengan Kitab Allah dan sunnah Rasulullah ﷺ .
Apa saja yang sesuai dengan keduanya atau salah satu dari keduanya, maka diterima, meskipun dijauhi oleh umat manusia.
Dan apa saja yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah atau salah satu dari keduanya maka hal itu ditolak, meskipun dilakukan oleh kebanyakan orang. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita semuanya taufik dan hidayah.”[v]
Doa Penutup
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
[i] https://digilib.uinsgd.ac.id/20818/4/4_bab%201.pdf
[ii] http://scholar.unand.ac.id/16642/2/BAB%20I.pdf
[iii]https://www.islamweb.net/ar/fatwa/241285/%D8%AD%D9%83%D9%85%D8%AD%D8%B6%D9%88%D8%B1%D8%A7%D8%AD%D8%AA%D9%81%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%AA-%D9%88%D8%A3%D8%B9%D9%8A%D8%A7%D8%AF-%D8%BA%D9%8A%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D9%84%D9%85%D9%8A%D9%86-%D9%84%D8%B1%D8%A4%D9%8A%D8%A9-%D8%A3%D9%84%D8%B9%D8%A7%D8%A8%D9%87%D9%85
[iv]https://www.islamweb.net/ar/fatwa/41447/%D8%AD%D9%83%D9%85%D8%AA%D9%87%D9%86%D8%A6%D8%A9-%D9%83%D8%A7%D9%81%D8%B1-%D9%81%D9%8A-%D8%B9%D9%8A%D8%AF-%D9%8A%D8%AE%D8%AA%D8%B5-%D8%A8%D8%AF%D9%8A%D9%86%D9%87-%D8%AE%D9%88%D9%81-%D8%A7%D9%84%D8%B6%D8%B1%D8%B1
[v]https://binbaz.org.sa/fatwas/6539/%D8%AD%D9%83%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B4%D8%A7%D8%B1%D9%83%D8%A9%D9%81%D9%8A%D8%A7%D8%B9%D9%8A%D8%A7%D8%AF%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%B5%D8%A7%D8%B1%D9%89-%D9%88%D8%BA%D9%8A%D8%B1%D9%87%D9%85-%D9%85%D9%86-%D8%A7%D9%84%D9%83%D9%81%D8%B1%D8%A9
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jum’at Singkat Terbaru
– Khutbah Jumat Tentang Valentine Day
– Khutbah Jumat Isra Mi’raj