Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita yang tiada batasnya. Hanya karena rahmat-Nya semata kita bisa hadir dengan mudah, aman dan selamat di masjid ini, untuk melaksanakan kewajiban ibadah shalat Jumat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya dan kaum Muslimin yang senantiasa mengikuti sunnah beliau ﷺ dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Tak lupa kami mengingatkan jamaah shalat Jumat sekalian, juga diri kami pribadi, agar senantiasa berusaha semaksimal kemampuan yang kita miliki untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada.
Lailatul Qadar Malam Seribu Bulan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Qadar surat nomor 97 ayat 1-5
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ – ١
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ – ٢
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – ٣
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – ٤
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ – ٥
Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Kita sangat akrab dengan surat ini, bahkan sebagian besar dari kita mungkin sudah hafal luar kepala. Surat ini menerangkan adanya lailatul qadar.
Lailah artinya malam hari, sedangkan al-Qadr artinya asy-syaraf wat ta’zhim, kemuliaan dan keagungan. Al-Qadr juga memiliki makna at-taqdir wal qadha’, ketetapan dan keputusan.
Dinamakan dengan Lailatul qadar, malam kemuliaan, karena ia merupakan malam yang mulia dan agung yang pada malam tersebut Allah menetapkan berbagai perkara penuh hikmah yang akan terjadi dalam satu tahun. Lailatul qadar ini terbatas waktunya, yaitu sampai terbit fajar shubuh.[i]
Lailatul qadar memiliki banyak keutamaan dan barokah. Malam kemuliaan ini datang hanya setahun sekali, di setiap bulan Ramadhan, pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama di malam yang ganjil.
Hal ini berdasarkan sejumlah hadits, di antaranya hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim,”Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan.” [Muttafaq ‘alaih]
Dan kemungkinan terjadi pada malam -malam yang ganjil lebih besar daripada malam-malam yang genap, berdasarkan hadits Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari,
“Carilah lailatul qadar pada malam yang ganjil pada akhir dari bulan Ramadhan.”
Keistimewaan Malam Lailatul Qadar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Lailatul qadar benar-benar malam yang sangat istimewa, sehingga Nabi Muhammad ﷺ menghasung para sahabatnya untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Beliau bukan sekedar menyuruh, namun menjadi contoh yang sempurna dalam kesungguhan memaksimalkan ibadah di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan.
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, istri Nabi ﷺ
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِن رَمَضَانَ حتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أزْوَاجُهُ مِن بَعْدِهِ
”Bahwa Nabi ﷺ dahulu senantiasa melakukan i’ikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkannya. Kemudian para istrinya beri’tikaf setelah beliau wafat.” [Hadits riwayat Al-Bukhari 2026 dan Muslim 1172]
Nabi ﷺ sangat sungguh-sungguh menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha,
كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وأَحْيَا لَيْلَهُ، وأَيْقَظَ أهْلَهُ
”Nabi ﷺ apabila sudah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan , beliau mengencangkan sarungnya (sangat sungguh-sungguh dalam ibadah, pent), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari 2024]
Lantas apa saja keistimewaan atau keutamaan dari lailatul qadar? Keistimewaannya banyak dan keutamaannya sangat besar, yaitu:
- Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar.
Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ – ١
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. [Al-Qadr: 1]
- Pada malam lailatul qadar Allah Ta’ala menentukan takdir apa saja yang akan yang terjadi pada satu tahun ke depan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ – ٤
Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
اَمْرًا مِّنْ عِنْدِنَاۗ اِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَۖ – ٥
(yaitu) urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus rasul-rasul, [Ad-Dukhan: 4-5]
Para ulama menerangkan, pada malam lailatul qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala menentukan takdir seluruh makhluk dalam satu tahun. Ini takdir yang kedua, karena Allah Ta’ala telah menentukan takdir segala sesuatu lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan semua makhluk.
Ditulislah yang hidup dan yang mati, yang selamat dan binasa, yang bahagia dan sengsara, yang mulia dan hina. Semua yang Allah kehendaki pada satu tahun ke depan ditulis pada saat lailatul qadar ini. [Tafsir Ibnu Jarir 16/480 dan Tafsir ibnu Katsir 4/469]
- Lailatul Qadar adalah malam yang diberkahi.
Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ – ٣
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. ) Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. [Ad-Dukhan: 3]
- Ibadah pada saat lailatul qadar nilainya melebihi ibadah selama seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – ٣
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. [Al-Qadar: 3]
Ibadah di saat lailatul qadar lebih utama di sisi Allah daripada ibadah selama seribu bulan yang tidak ada lailatul qadarnya. Seribu bulan itu setara dengan 83 tahun 4 bulan. [Tafsir Ibnu Katsir 4/442]
- Pada malam itu Jibril dan para malaikat turun dengan membawa kebaikan serta barokah.
Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – ٤
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
Turunnya para malaikat pada saat lailatul qadar ke bumi dengan membawa kebaikan, barokah, rahmat dan maghfirah.
- Lailatul qadar adalah malam yang penuh keselamatan.
Allah Ta’ala berfirman,
سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ – ٥
Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. [Al-Qadar: 5]
Lailatul qadar adalah malam yang bebas dari gangguan dan keburukan. Di dalamnya banyak dilakukan ketaatan dan amal kebaikan dalam segala jenisnya. Di malam itu banyak yang selamat dari siksa sehingga lailatul qadar adalah keselamatan secara keseluruhan.[ii]
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Lailatul qadar tidak bisa dipastikan hari H-nya. Isyarat waktu yang diberikan Nabi ﷺ paling gamblang adalah pada malam ganjil di 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Hanya saja tidak bisa dipastikan pada malam tertentu karena para ulama mengatakan turunnya lailatul qadar itu setiap tahun berpindah-pindah dari satu malam ganjil ke malam ganjil lainnya sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al – Utsaimin rahimahullah.[iii]
Namun, ada tanda-tanda malam lailatul qadar yang bisa dikenali berdasarkan berbagai hadits yang shahih mengenai hal ini. Di antara tanda-tanda lailatul qadar adalah sebagai berikut:
- Matahari terbit keesokan harinya dengan sinar tidak menyilaukan.
Berdasarkan hadits Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Sesungguhnya Nabi ﷺ mengabarkan bahwa di antara tanda-tanda lailatul qadar adalah
أنَّهَا تَطْلُعُ يَومَئذٍ لا شُعَاعَ لَهَا
”Matahari terbit pada pagi harinya tanpa sinar yang menyilaukan mata.” [Hadits riwayat Muslim 762]
- Malamnya cerah dengan hawa yang tidak panas tidak pula dingin
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ليلةُ القدْرِ ليلةٌ سمِحَةٌ ، طَلِقَةٌ ، لا حارَّةٌ ولا بارِدَةٌ ، تُصبِحُ الشمسُ صبيحتَها ضَعيفةً حمْراءَ
”Malam lailatul qadar adalah malam yang mudah, cerah, tidak panas, tidak dingin. Keesokan paginya matahari terbit sinarnya lembut (tidak menyilaukan) dan kemerahan.”
[Hadits riwayat Ath-Thayalisi (2802), Ibnu Khuzaimah (2192), dan Al-Uqaili (2146). Syaikh Al-Albani menyatakan sebagai hadits shahih dalam Shahih Al-Jami’ no. 5475]
- Bulan muncul pada malam lailatur qadar seperti separuh nampan makanan.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
عن أبي هرير رضي الله عنه قال تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ القَدْرِ عِنْدَ رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ القَمَرُ وَهو مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ؟
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,”Kami saling mengingatkan tentang lailatul qadar di dekat Rasulullah ﷺ , lalu Rasulullah ﷺ bersabda,”Siapakah di antara kalian yang ingat ketika bulan muncul seperti separuh nampan makanan?” [Hadits riwayat Muslim no. 1170]
Inilah riwayat-riwayat yang shahih tentang tanda-tanda malam lailatul qadar.
Ada sejumlah tanda lailatul qadar yang disebutkan oleh sebagian ahli ilmu namun tidak ada asal yang jelas dan tidak sah berasal dari Nabi ﷺ . Di antaranya:
- Pepohonan merunduk hingga sampai menyentuh tanah kemudian kembali ke posisi semula.
- Air laut yang asin berubah menjadi manis pada malam lailatul qadar.
- Anjing tidak menggonggong pada malam itu.
- Malaikat turun dan mengucapkan salam kepada kaum Muslimin.
Semua ini dan yang lainnya, tidak ada asalnya dan tidak terbukti ada riwayat dari Nabi ﷺ meskipun disebutkan oleh salah seorang ahli ilmu.[iv]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Agar Dapat Meraih Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bila kita disunnahkan untuk mencari lailatul qadar secara serius, lantas bagaimana caranya agar Allah Ta’ala memudahkan kita untuk mendapatkannya?
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan yang diharapkan bisa memudahkan untuk mendapatkan lailatul qadar, yaitu:
- Berdoa secara tekun dan sungguh-sungguh, memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar bisa mendapati lailatul qadar.
Agar lebih mudah terkabul doanya, maka harus diperhatikan waktu-waktu mustajab, adab berdoa dan sebab-sebab dikabulkannya doa, serta menjauhi berbagai penghalang dikabulkannya doa.
Semua ini bisa dipelajari di berbagai buku yang ditulis para ulama atau website Islam yang kredibel di internet.
- Mencari lailatul qadar di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjilnya.
- Bila mampu dan tidak ada halangan, sebaiknya melakukan i’tikaf di masjid agar bisa lebih fokus dan semangat dalam mencari lailatul qadar.
Walaupun i’tikaf bukan syarat untuk mendapatkan lailatul qadar, namun ini sunnah yang agung nilainya, sehingga tidak layak diabaikan begitu saja mengingat hanya datang setahun sekali.
- Bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan berbagai ketaatan, misalnya berdzikir, membaca al-Quran, istighfar, shalawat atau melaksanakan shalat sunnah.
Bagi yang sanggup begadang untuk ibadah, dianjurkan untuk melakukannya, namun ini bukan syarat untuk mendapatkan lailatul qadar. Imam Al-Hafizh Al-‘Iraqi (806 H) dalam kitab Thorhu At-Tatsrib (4/161) mengatakan,
”Yang dimaksud menghidupkan malam lailatul qadar bukanlah menghidupkan malam penuh tanpa istirahat. Akan tetapi cukup sebagian kecil malam saja, seperti orang yang bangun untuk shalat tahajjud dan sebelumnya telah tidur.
Atau, dengan hanya shalat tarawih bersama jamaah, atau shalat isya’ dan shubuh secara berjamaah, seperti yang telah dijelaskan dalam hadits Utsman tersebut.”
Yang dimaksud hadits Utsman yaitu hadits yang diriwayatkan dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
”Siapa saja yang shalat isya’ secara berjamaah maka ia seperti orang yang menghidupkan setengah malamnya. Dan siapa saja yang shalat shubuh secara berjamaah maka seolah dia telah shalat semalam penuh.” [Hadits riwayat Muslim no. 1049]
Walau memang sebagian ulama berpendapat bahwa seseorang tidak disebut sebagai orang yang menghidupkan malam jika tidak bangun sepanjang malam atau sebagian besar malam. Di antara ulama yang berpendapat seperti ini adalah Imam Al-Kirmani.”[v]
Rasulullah ﷺ sendiri memang tidak tidur di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Beliau betul-betul begadang untuk ibadah di 10 malam tersebut, bukan hanya malam ganjil.
Ini berdasarkan penjelasan Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf saat menjelaskan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang maksud “dan menghidupkan malamnya”.
Bagi yang mampu seperti Nabi ﷺ , itu yang paling ideal karena dia pasti akan bertemu dengan lailatul qadar meskipun tidak tahu malam yang keberapa karena dia senantiasa siaga.[vi]
Bagi yang tidak mampu, bisa begadang dengan melakukan berbagai ibadah di malam – malam ganjilnya saja juga tidak mengapa.
Bila masih tidak mampu begadang, maka seperti yang dijelaskan Imam al-Iraqi tadi, yaitu menghidupkan sebagian malam dengan shalat tahajud atau ikut tarawih berjamaah atau minimal shalat Isya dan shubuh berjamaah. Wallahu a’lam.
Doa Penutup
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua taufik dan hidayah-Nya.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهم احفَظ المُسلمين في كل مكان، اللهم احفَظ المُسلمين في بلاد الشام، وانصُرهم على عدوِّهم وعدوِّك يا رب العالمين
اللهم إنا نسألُك الجنةَ وما قرَّبَ إليها من قولٍ وعملٍ، ونعوذُ بك من النار وما قرَّب إليها من قولٍ وعملٍ
اللهم أصلِح لنا دينَنا الذي هو عصمةُ أمرنا، وأصلِح لنا دُنيانا التي فيها معاشُنا، وأصلِح لنا آخرتَنا التي إليها معادُنا، واجعل الحياةَ زيادةً لنا في كل خيرٍ، والموتَ راحةً لنا من كل شرٍّ يا رب العالمين
اللهم إنا نسألُك الهُدى والتُّقَى والعفافَ والغِنى، اللهم أعِنَّا ولا تُعِن علينا، وانصُرنا ولا تنصُر علينا، وامكُر لنا ولا تمكُر علينا، واهدِنا ويسِّر الهُدى لنا، وانصُرنا على من بغَى علينا
اللهم اجعَلنا لك ذاكِرين، لك شاكِرين، لك مُخبتين، لك أوَّاهين مُنيبين
اللهم تقبَّل توبتَنا، واغسِل حوبتَنا، وثبِّت حُجَّتنا، وسدِّد ألسِنتَنا، واسلُل سخيمةَ قلوبنا.
اللهم اغفِر للمُسلمين والمُسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، اللهم ألِّف بين قلوبِ المُسلمين ووحِّد صُفوفَهم، واجمع كلمتَهم على الحقِّ يا رب العالمين
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴾ [النحل: 90]
فاذكروا اللهَ يذكُركم، واشكُروه على نعمِه يزِدكم، ولذِكرُ الله أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنَعون
[i] Lihat: Misteri lailatul Qadr, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Yayasan Ash-Shafwa jakarta, hal. 2.
[ii] https://dorar.net/feqhia/2663/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%AB%D8%A7%D9%86%D9%8A:-%D9%84%D9%8A%D9%84%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D9%82%D8%AF%D8%B1
[iii] Lihat: Misteri lailatul Qadr, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Yayasan Ash-Shofwa, Jakarta, hal.6.
[iv] https://al-maktaba.org/book/34129/52
[v] Lihat: Meraih Lailatul Qadar Haruskah I’tikaf, Ahmad Zarkasih, Lc, Rumah Fiqih Publishing, Jakarta, 2019, hal. 30-35 secara ringkas.
[vi] Lihat : https://dorar.net/hadith/sharh/67870 dan http://www.saaid.net/mktarat/ramadan/844.htm
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jum’at
– Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan
– Khutbah Jumat Sunnah Nabi di Bulan Ramadhan
– Khutbah Jumat Keutamaan Ramadhan
– Khutbah Jumat Bulan Syawal 2023