Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat hidayah iman dan Islam serta keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki.
Dengan rahmat-Nya semata kita semua bisa melaksanakan fardhu shalat Jumat di masid ini dengan mudah, aman dan nyaman tanpa ada gangguan dan kesulitan apa pun, sebagaimana yang dialami saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain seperti, di India, Xinjiang, Rohingya dan Palestina.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pemimpin umat manusia pada hari kiamat dan imam para nabi dan Rasul, Nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ , keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh ketundukan, keikhlasan, kesabaran dan keistiqamahan.
Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan jamaah shalat Jumat sekalian , marilah kita berusaha untuk terus meningkatkan kualitas takwa kepada Allah hingga bisa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan agar kita bisa meninggal sebagai seorang Muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. [Ali Imran: 102]
Ramadhan Adalah Tamu Agung
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Saat ini kita berada di penghujung bulan Sya’ban. Tidak lama lagi akan datang kepada kita tamu mulia yang mengetuk hati kita, agar terikat dengan Rabb pencipta dan pemilik alam semesta dan mengajak kita agar bersikap zuhud kepada dunia, serta menjauhi segala syahwat yang diharamkan.
Tamu ini membawa penghapus dosa-dosa dan maksiat yang telah merusak hati dan anggota badan kita. Tamu yang mulia ini bila telah pergi meninggalkan kita, tanpa kita sambut dengan sebaik-baiknya, dan tidak kita muliakan dengan sepenuh hati sebagaimana mestinya, sebagaimana yang diajarkan syariat kita, maka yang kita dapatkan hanyalah kerugian dan penyesalan.
Sebagaimana kita ketahui, tamu mulia ini adalah Ramadhan, bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulan yang sangat istimewa. Beruntunglah orang yang memuliakannya dengan sebaik-baiknya dan sungguh rugilah orang yang menyia-nyiakannya.
Bagaimana Cara Menyambut Ramadhan?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengingat bulan Ramadhan adalah bulan suci yang mulia dan penuh keutamaan, maka sudah selayaknya ada perlakuan khusus untuk menyambut kedatangannya. Ia ibarat tamu istimewa yang sangat terhormat dan harus diberikan penghormatan yang layak dan sesuai dengan keagungannya.
Hal- hal yang perlu dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan di antaranya adalah sebagai berikut:
- Bertaubat dari segala dosa dan berhenti dari melakukan maksiat.
Kita mulai dengan bertaubat dan kembali kepada Allah, mengakui berbagai dosa dan kesalahan, perbuatan dan perkataan buruk.
Jika permulaannya bersama Allah adalah taubat nasuha, ruh akan bersih, hati menjadi suci, jiwa menjadi khusyu’, hati yang lalai menjadi sadar kembali, bertasbih kepada Rabbnya dan memohon ampunan kepada-Nya.
Sangatlah penting untuk menghentikan dosa-dosa yang kita lakukan sepanjang tahun. Kita harus menyambut Ramadhan dengan tekad untuk meninggalkan dosa dan perbuatan buruk dan taubat yang tulus dari segala dosa dan maksiat, berhenti dari dosa-dosa tersebut dan tidak kembali melakukannya.
Bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Bila tidak bertaubat di bulan ini, lantas kapan lagi akan bertaubat? Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An-Nur: 31]
- Berdoa agar Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan selamat dan agar Allah menolong kita untuk mampu melaksanakan ibadah shiyam Ramadhan dengan baik.
- Bergembira dengan kedatangannya dan bersyukur kepada Allah bisa bertemu dengan bulan Ramadhan.
Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang paling besar kepada hamba-Nya adalah taufik Allah kepada mereka untuk melakukan ketaatan dan ibadah.
Maka, saat seorang Muslim bisa bertemu dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat, sebenarnya itu merupakan nikmat yang sangat besar. Nikmat sebesar ini harus disyukuri dengan sebaik-baiknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. [Ibrahim: 7]
Hal Yang Harus Disiapkan Menyambut Ramadhan
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagaimana kita ketahui bersama, puasa Ramadhan adalah fardhu yang telah Allah tetapkan di dalam al-Quran untuk semua Muslim yang telah baligh, berakal sehat serta memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Agar pelaksanaan kewajiban shiyam Ramadhan tersebut bisa berjalan dengan baik, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Paling tidak ada 4 jenis persiapan yang perlu dilakukan:
1. Persiapan fisik
Shiyam sebulan penuh bukan pekerjaan ringan. Ibadah ini membutuhkan fisik yang sehat dan kuat. Oleh karena itu, orang yang sakit yang tidak memungkinkan untuk menjalankan puasa diberi keringanan untuk tidak menjalankan puasa, namun diwajibkan untuk menggantinya di waktu lain saat sehat.
Dengan demikian, menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh agar mampu menjalankan puasa sebulan penuh secara sempurna dan maksimal, menjadi sebuah keharusan. Caranya sederhana saja. Yaitu dengan berolah raga secara teratur dan sesuai dengan kondisi fisik dan usia.
Kemudian berdisiplin dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat. Nabi ﷺ adalah teladan terbaik dalam masalah gaya hidup sehat dan pola makan sehat.
Ada keseimbangan dalam segala urusannya. Termasuk dalam masalah makan, minum, dan tidur. Namun bukan di sini tempatnya membahas secara mendetail tentang gaya hidup sehat ala Nabi ﷺ.
2. Persiapan ruh dan mental
Terkait pengkondisian ruh dan mental agar sangat siap dalam melaksanakan shiyam Ramadhan sebulan penuh, ada petunjuk dari Nabi ﷺ dalam bentuk sunnah fi’liyah atau sunnah berbentuk perbuatan yang relevan dengan masalah ini.
Sunnah fi’liyah ini adalah memperbanyak shiyam sunnah di bulan Sya’ban. Ini bisa dimaknai sebagai sebuah pengkondisian ruh dan kejiwaan, agar sangat siap melaksanakan shiyam di bulan Ramadhan.
Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan puasa hingga kami berkata,’Beliau terus menerus berpuasa.’ Dan beliau ﷺ juga biasa tidak berpuasa sunnah hingga kami berkata,’Beliau tidak pernah berpuasa.’
Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunnah) lebih banyak dibanding puasa di bulan Sya’ban.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (1969)]
Dalam riwayat yang lain ’Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,” …Aku tidak melihatnya dalam keadaan puasa pada suatu bulan pun yang lebih banyak dari puasanya di bulan Sya’ban. Beliau biasa berpuasa di bulan Sya’ban secara penuh. Beliau biasa hanya beberapa hari sedikit saja tidak berpuasa di bulan Sya’ban.” [Hadits riwayat Muslim 1156]
Oleh karena itu, seyogyanya seorang Muslim memperbanyak puasa di bulan Sya’ban berdasarkan hadits ini. Para ahli ilmu berkata, ”Puasa Sya’ban itu seperti sunnah-sunnah rawatib dalam hubungannya dengan shalat lima waktu. Puasa di bulan Sy’a’ban itu seolah merupakan pendahuluan bagi bulan Ramadhan.
Artinya, seakan-akan puasa Sya’ban itu merupakan sunnah rawatib bagi bulan Ramadhan. Oleh karena itu, disunnahkan puasa di bulan Sya’ban dan disunnahkan pula puasa 6 hari di bulan Syawal, sebagaimana sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat lima waktu.” [Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin 30/22-23]
3. Persiapan ilmu
Yang diharapkan dari kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan adalah hendaknya mereka memperhatikan pendalaman hukum-hukum syar’i terkait dengan ibadah dan amal shaleh yang akan mereka jalankan di waktu yang diberkahi ini.
Di antara cara yang bisa dilakukan misalnya adalah dengan membaca buku-buku, mendengarkan kajian lewat rekaman audio atau video, atau bisa juga dengan menghadiri majlis-majlis ilmu dan pengajian-pengajian.
Yang terbaik memang dengan menghadiri majlis ilmu atau pengajian seorang ustadz yang terpercaya ilmu, agama dan akhlaknya karena bisa bertanya secara langsung persoalan agama atau hukum syar’i yang tidak dipahami kepada ahli ilmu yang menjadi nara sumber di majlis tersebut.
Sedangkan bila sekedar membaca buku, atau mendengar rekaman audio dan video itu ada kekurangan berupa tidak bisa menanyakan atau mendiskusikan secara langsung hal-hal yang dirasa masih belum jelas, atau masih ada bagian yang tidak dipahami.
Bila menyimpulkan sendiri kadang belum tentu benar, karena terbatasnya perangkat ilmu yang dimiliki. Wallahu a’lam.
4. Menyiapkan program praktis untuk memanfaatkan bulan Ramadhan
Agar seorang Muslim mampu memanfaatkan bulan Ramadhan dengan semaksimal mungkin, maka perlu dirumuskan agenda amal ketaatan dan ibadah apa saja yang hendak dilakukan selama bulan Ramadhan betapa pun sederhananya rancangan tersebut.
Sekedar contoh program praktis tersebut misalnya:
- Menentukan masjid yang akan menjadi tempatnya melaksanakan shalat tarawih dan i’tikaf.
- Menentukan waktu-waktu untuk memperbanyak membaca al-Quran.
- Kajian-kajian keislaman apa saja yang hendak diikuti. Dan bila dia adalah seorang dai, kajian apa saja yang hendak disampaikan selama Ramadhan.
- Menyiapkan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa baik secara individu atau secara kolektif sesuai kemampuan meskipun hanya berupa kurma atau air minum dan lain-lain.
- Menyiapkan masjid dari sisi penerangan, soundsystem, kebersihan karpet, aliran air, tempat sholat untuk ibu-ibu bila belum ada tempat khusus untuk itu dan seterusnya.
- Mencocokkan jam masjid agar akurat. Sehingga waktu imsak, adzan shubuh, waktu sholat lainnya, dan terkhusus waktu maghrib tepat waktu.
- Melakukan kampanye berupa seruan untuk membersihkan jalanan, dan menghias pusat bisnis dan perdagangan serta rumah-rumah sebelum datangnya bulan Ramadhan untuk mengkondisikan masyarakat.
Dan masih banyak lagi yang lain sesuai dengan kondisi dan kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab atas berjalannya suatu aktifitas kaum muslimin di masjid.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Penyambutan Ramadhan Bukti Kecintaan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bila kita menyukai seseorang, maka saat dia datang ke rumah kita, maka pasti kita akan sambut kedatangannya dengan hati yang gembira dan berusaha untuk memperlakukannya dengan sebaik mungkin. Tidak mungkin kita mengabaikannya dan menyia-nyiakannya sama sekali.
Apalagi bila orang yang kita cintai itu memiliki banyak kebaikan dan keutamaan dan tidak pernah sekalipun merugikan kita sama sekali dan jarang bertemu, maka sambutan kita akan sangat spesial dan upaya kita untuk memuliakannya juga maksimal.
Demikian pula halnya ketika seseorang sangat mencintai bulan Ramadhan. Kedatangannya sudah ditunggu-ditunggu. Dan saat datang, pasti disambut dengan rasa gembira yang luar biasa.
Nabi kita Muhammad ﷺ sangat senang dengan kedatangan Ramadhan dan memberi kabar gembira kepada para sahabat dengan kedatangannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ :أَتَاكُمْ رَمَضَانُ ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
”Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah ﷺ memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan mengatakan,”Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan kalian untuk berpuasa Ramadhan.
Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka jahannam ditutup dan setan-setan pendurhaka dibelenggu.
Di bulan ini, Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam tersebut, maka dia benar-benar orang yang terhalang dari kebaikan.”
[Hadits riwayat An-Nasa’i (2106), Ahmad (7148), Ibnu Abi Syaibah (8867). Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini Shahih lighairihi di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (999)]
Penutup
Demikianlah khutbah jumat tentang menyambut ramadhan yang bisa kami sampaikan. Bila ada kebenaran di dalamnya maka itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena rahmat-Nya semata dan bila ada kesalahan di dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga Allah Ta’ala mengampuni kesalahan kami dan kaum Muslimin.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Khutbah Jum’at Singkat Padat
– Khutbah Jumat Keutamaan Ramadhan
– Khutbah Jumat Kewajiban Ramadhan
– Khutbah Jumat Lailatul Qadar
– Khutbah Jumat Nuzulul Quran