Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
فإنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ
Ujian Iman Adalah Sunnatullah
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah: 155,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” [Al-Baqarah: 155]
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dia akan menguji hamba-hamba-Nya. Terkadang dengan kelapangan, terkadang dengan kesempitan baik berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, maupun buah-buahan.
Ini senada dengan firman-Nya,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
”Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” [Muhammad: 31]
Terkadang Allah memberikan ujian berupa kebahagiaan dan pada saat yang lain Allah juga memberikan ujian berupa kesusahan, seperti rasa takut dan kelaparan.
Allah juga berfirman,
وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ -١١٢-
”Dan Allah telah Membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah Menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.” [An-Nahl: 112]
Allah Ta’ala menggambarkan kelaparan dan ketakutan dengan pakaian. Hal ini karena kelaparan dan ketakutan tampak jelas pada orang yang kelaparan dan ketakutan tampak jelas pada orang yang kelaparan dan ketakutan, bagaikan pakaian yang menyelimuti mereka.
Baca juga Khutbah Jum’at: Larangan Berbuat Zalim
Bentuk-Bentuk Musibah Dalam Al Quran
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Surat Al-Baqarah ayat 155 di atas menjelaskan bentuk-bentuk musibah yang dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk menguji hamba-hamba-Nya, yaitu
- Musibah berupa rasa takut
Yang dimaksud dengan rasa takut di sini menurut para ahli tafsir adalah rasa takut terhadap bahaya musuh dan yang lainnya. Rasa takut di sini bukan seluruh rasa takut. Namun hanya sebagian kecil saja.
Ini ditunjukkan dari penggunaan kata “bi syai-in” yang berarti sejumlah kecil saja bukan seluruhnya. Para ulama mengatakan, bila diuji dengan rasa takut secara menyeluruh niscaya akan binasa. Padahal ujian itu untuk menyaring bukan untuk membinasakan.
- Musibah berupa kelaparan
Yang dimaksud dengan al-juu’ adalah kelaparan dan kekeringan, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, dosen Tafsir Universitas Islam Madinah.
Sama dengan musibah rasa takut, musibah kelaparan di sini pun juga bukan kelaparan secara keseluruhan, namun hanya sebagian saja dari kelaparan. Sebab bila diuji dengan kelaparan secara total maka akan binasa.
- Musibah berupa kekurangan harta.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekurangan harta di dalam ayat di atas adalah hilangnya sebagian harta. Sebab kehilangan harta ini bisa bermacam-macam.
Bisa karena tindak kejahatan, misalnya, dirampok, dirampas oleh penguasa zalim dan lain sebagainya. Bisa pula karena sebab di luar tindak kejahatan semisal tenggelam dan kehilangan. Hal ini sebagaimana diterangkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid.i
Namun menurut, Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam kitabnya Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir, kehilangan harta di dalam ayat itu juga mencakup berkurangnya harta karena mengeluarkan zakat dari harta.ii
Ini memang bentuk ujian yang tidak mudah bagi orang yang berharta melimpah namun imannya lemah. Hanya mereka yang kuat ketundukkannya kepada Allah yang sanggup mengurangi harta yang dia kumpulkan dengan segala jerih payahnya.
- Musibah kekurangan pada jiwa
Yang dimaksud dengan kekurangan jiwa dalam ayat di atas menurut para ahli tafsir adalah meninggalnya para kerabat, sahabat dan orang-orang yang dicintai. Demikian pula dengan berbagai penyakit yang mengenai tubuh seseorang atau orang yang dia cintai.
Sedangkan menurut Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, yang dimaksud dengan kekurangan jiwa di sini adalah kematian dan pembunuhan yang terjadi di medan jihad.
- Musibah berupa kekurangan buah-buahan
Di dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa yang dimaksud adalah buah-buahan dan tanaman tidak banyak seperti biasanya, bahkan sedikit dan berkurang, kebun dan sawah tidak dapat diolah sebagaimana mestinya. Sebagaimana ulama salaf mengemukakan, ”Di antara pohon kurma ada yang tidak berbuah kecuali hanya satu buah saja.”
Semua hal di atas dan yang semisalnya adalah bagian dari ujian dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Siapa bersabar, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya dan siapa yang tidak bersabar dan berputus asa karenanya maka Allah akan menimpakan siksaan kepadanya.
Baca juga Khutbah Jum’at: Akibat Mujaharah
Hikmah Dibalik Musibah
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Terjadinya musibah yang menimpa orang-orang mukmin yang merupakan ujian buat mereka memiliki banyak hikmah yang agung. Di antara hikmahnya menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid adalah:iii
- Mewujudkan ‘ubudiyah (penghambaan) kepada Allah rabbul ‘alamin.
Banyak orang menjadi hamba bagi hawa nafsunya dan bukan hamba Allah. Dia menyatakan dirinya sebagai hamba Allah namun bila diuji kemudian berbalik kebelakang (murtad) sehingga rugilah dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang sesungguhnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
”Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Al-Hajj: 11]
- Berbagai ujian berupa musibah itu menyiapkan orang-orang mukmin untuk berkuasa (tamkin) di muka bumi.
Ada orang bertanya kepada Imam Syafi’i rahimahullah, ”Manakah yang lebih utama, sabar, atau ujian atau tamkin?” Maka beliau menjawab,
التَّمْكِيْنُ دَرَجَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَلَا يَكُوْنُ التَّمْكِيْنُ إِلَّا بَعْدَ اْلمِحْنَةِ، فَإِذَا امْتُحِنَ صَبَرَ ، وَإِذَا صَبَرَ مُكِّنَ
Tamkin itu derajat para Nabi. Tamkin itu tidak akan terjadi kecuali setelah ujian. Apabila diuji dia bersabar dan bila bersabar maka dia akan mendapat tamkin.”
- Penghapus dari dosa-dosa
Ini sebagaimana dalam hadits At-Tirmidzi (2399) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Nabi ﷺ bersabda,
مَا يَزَالُ اْلبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَاْلمُؤْمِنَةِ فِيْ نَفْسِهِ، وَوَلَدِهِ، وَمَالِهِ، حَتَّى يَلْقَى اللهُ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ (2399) وَصَحَّحَهُ اْلأَلْبَانِيْ فِيْ “السِّلْسِلَةِ الصَحِيْحَةِ” (2280
Bala’ (ujian berupa bencana) akan senantiasa menimpa kepada orang-orang mukmin dan muminah pada dirinya, anaknya dan hartanya hingga dia bertemu Allah dalam keadaan tidak memiliki kesalahan.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (2399) dan Al-Albani menshahihkannya di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (2280)]
Nabi ﷺ juga bersabda,
وعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) . رواه الترمذي (2396) وصححه الألباني في السلسلة الصحيحة (1220
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda, ”Apabila Allah menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, Allah mensegerakan hukuman untuknya di dunia ini. Dan apabila Allah menginginkan keburukan pada seorang hamba, Allah menahan dosanya hingga dosa tersebut dibalas dengan hukuman setimpal pada hari kiamat.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (2396) dan Al-Albani menshahihkannya di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (1220)]
- Diperolehnya pahala dan ditinggikannya derajat
Imam Muslim (hadits no 2572) meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
“Tidaklah seorang mukmin terkena duri atau yang lebih dari itu kecuali Allah mengangkat dengan musibah tersebut satu derajat atau menghapus darinya dengan musibah tersebut satu kesalahan.
- Ujian yang menimpa itu kesempatan untuk memikirkan tentang berbagai kekurangan diri dan kesalahan di masa lalu. Bila ternyata itu adalah sebuah hukuman lantas dimana kesalahannya?
- Musibah itu merupak pelajaran tauhid, iman dan tawakal.
Kita mengetahui diri secara praktis tentang hakikat diri kita sendiri bahwa anda adalah seorang hamba yang lemah. Kita tidak punya daya kecuali dengan kekuatan dari Allah. Maka kita akan bertawakkal kepada Allah dengan tawakal yang sebenarnya dan berlindung kepada Allah dengan sebenar-benar perlindungan.
Saat itulah runtuhlah pengaruh dan kesombongan, rasa ujub , lalai dan tertipu oleh diri sendiri. Kita menjadi faham bahwa kita sangat membutuhkan Allah Ta’ala. kita adalah orang lemah yang berindung kepada Dzat Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Baca juga: Pentingnya Muhasabah Diri
- Musibah itu mengusir rasa ujub dari dalam jiwa dan menjadikan jiwa itu dekat dengan Allah.
Hal ini sebagaimana terjadi dalam perang Hunain. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan perang tersebut,
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” [At-Taubah: 25]
- Mengetahui hakikat manusia dan kualitas aslinya. Ada sebagian orang yang tidak diketahui keutamaan mereka kecuali melalui ujian.
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
” النَّاسُ مَا دَامُوْا فِيْ عَافِيَةٍ مَسْتُوْرُوْنَ ، فَإِذَا نَزَلَ بِهِمْ بَلَاءٌ صَارُوْا إِلَى حَقَائِقِهِمْ ؛ فَصَارَ الْمُؤْمِنُ إِلَى إِيْمَانِهِ ، وَصَارَ اْلمُنَافِقُ إِلَى نِفَاقِهِ
”Manusia selama mereka dalam keadaan selamat itu keadaannya masih tertutup (tidak diketahui). Apabila bala bencana menimpa mereka, mereka akan terihat aslinya. Orang mukmin nampak imannya dan orang munafik nampak kemunafikannya.”
- Musibah itu akan mendidik dan menyiapkan para tokoh.
- Musibah itu akan memilah mana teman-teman sejati dan yang hanya karena ada kepentingan.
- Musibah itu akan mengingatkan kita kepada dosa dan maksiat yang pernah dilakukan agar kita bertaubat dari dosa tersebut.
Allah berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-syura: 30]
- Musibah itu menyingkap hakikat dunia dan kepalsuannya kepada kita.
- Musibah itu mengingatkan dengan keutamaan nikmat Allah terhadap diri kita berupa kesehatan dan keselamatan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ.
Perkataan Salaf Tentang Hikmah Musibah
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam khutbah kedua ini, mari kita simak ungkapan penuh hikmah dari para ulama Salaf berkaitan dengan pandangan mereka terhadap musibah yang menimpa seorang mukmin.
Ulama salaf adalah orang-orang yang berilmu tinggi dan mendalam, berakhlak mulia dan beriman kuat sehingga mereka memiliki cara pandang dan kesimpulan yang sangat positif terhadap musibah. Di antara contohnya adalah:
- Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, ” Tidaklah musibah turun, melainkan karena sebab dosa. Dan tidaklah ia diangkat, melainkan dengan taubat.”
- Ikrimah berkata,
” لَيْسَ أَحَدٌ إِلَّا وَهُوَ يَفْرَحُ وَيَحْزَنُ، وَلَكِنَّ اجْعَلُوْا الفَرَحَ شُكْرًا وَاْلحَزْنُ صَبْرًا “
“Setiap orang pasti mengalami rasa gembira dan sedih. Namun jadikanlah kegembiraan itu sebagai kesyukuran dan jadikanlah kesedihan itu sebagai kesabaran.”
Baca juga: Arti Ucapan InnaalillaahiWaInnaailaihirojiun
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
اْلمَصَـائِبُ تُكَفِّــرُ سَيِّئـَاتِ اْلمُـؤْمِنِيْنَ، وَبِالصَّبْرِ عَلَيْهَا تَرْتَفِـعُ دَرَجَاتِـهِمْ
”Berbagai musibah itu akan menghapus kesalahan-kesalahan orang-orang yang beriman, dan dengan sabar dalam menghadapinya akan menaikkan derajat mereka.” [Majmu’ AlFatawa, jilid 14 hlm. 255]
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan wawasan kita tentang peri kehidupan para ulama Salaf. Hal itu akan memudahkan kita untuk meneladani mereka dalam mensikapi berbagai persoalan kehidupan.
Mereka adalah orang-orang yang telah terbukti baik jalan hidupnya, istiqamah di atas ilmu yang benar dan meninggal di atas al haq. Mereka mewariskan banyak ilmu dan hikmah yang sangat berharga.
Doa Penutup
Mari kita akhiri khutbah Jumat tentang hikmah musibah ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Download Khutbah Hikmah Musibah
Referensi Khutbah:
i https://islamqa.info/ar/answers/159103/
ii https://tafsirweb.com/624-quran-surat-al-baqarah-ayat-155.html
iii https://islamqa.info/ar/answers/35914/
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Khutbah Jum’at PDF
– Melindungi Keluarga dari LGBT
– Khutbah Tentang Gempa Bumi
– Sebab Runtuhnya Peradaban