Khutbah Idul Adha Tentang Pengorbanan & Hari Raya Qurban

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا .يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أمَّا بعد

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Islam Mengajarkan Pengorbanan

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, pada hari ini kita semua bisa melaksanakan salah satu dari sunnah yang sangat diagungkan dalam Islam yaitu, shalat ‘Idul Adha.

Shalat yang kita laksanakan setiap tahun di bulan Dzulhijjah mengingatkan kita semua dengan pengorbanan Nabi yang penuh kasih kepada keluarganya, Ibrahim ‘alaihis salam dan putranya yang yang sangat taat kepada tuhannya, agamanya dan orang tuanya, Nabiyullah Ismail’alaihis salam.

Pengorbanan mereka berdua merupakan contoh yang tak ada taranya. Dengan mengingat sejarah beliau berdua setiap tahunnya maka akan menghidupkan kembali jiwa-jiwa kaum Muslimin untuk menjadi orang-orang yang mengambil teladan mereka dan memiliki kesiapan, kesediaan dan bahkan kecintaan untuk berkorban karena Allah dan di jalan Allah Ta’ala.

Dalam bahasa Arab, pengorbanan dikenal dengan sebutan at-Tadhhiyah.

Pengertiannya dalam istilah syar’i menurut Prof. Dr. Ismail Ali Muhammad adalah mencurahkan seluruh upaya yang mampu dilakukan oleh seorang muslim dengan mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan tenaga, serta segala sesuatu dalam rangka mengharapkan keridhaan Allah dan di jalan Allah untuk tujuan-tujuan yang mulia:

  1. Meninggikan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  2. Menjadikan syariat Allah sebagai syariat yang paling tinggi,
  3. Menjayakan kebenaran dan menghancurkan kekuatan kebatilan,
  4. Menyebarkan Islam serta menunjukkan umat manusia ke jalan Allah yang lurus agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Islam merupakan agama yang sarat dengan ajaran untuk berkorban dan memuji orang-orang yang berkorban di jalan Allah. Islam pertama kali dalam keadaan asing, lemah tanpa daya dan menjadi sasaran kezhaliman orang-orang kafir yang berkuasa kala itu.

Namun dengan semangat pengorbanan yang luar biasa, baik oleh Rasulullah ﷺ , keluarganya, dan para sahabatnya, akhirnya Islam terus berkembang dan menyebar luas ke seluruh dunia hingga saat ini dan akan terus berkembang hingga seluruh penjuru bumi ini disinari oleh cahaya Islam dan dipimpin dengan keadilannya insyallah sebagaimana janji ALlah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ .

Ayat Yang Menghasung Berkorban di Jalan Allah

Di antara ayat dalam al-Quran yang menghasung kaum mukminin untuk berkorban di jalan Allah Ta’ala dengan apa yang mereka miliki adalah sebagai berikut:

 قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. [At-Taubah: 24]

Allah Ta’ala juga berfirman,

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah Melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah Menahan dan Melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. [Al-Baqarah: 245]

 لِلْفُقَرَاء الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً وَيَنصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ -٨- وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -٩-

(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

 Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Medinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Al-Hasyr: 8-9]

ini hanyalah sebagian saja dari sekian banyak ayat dalam Al-quran yang berbicara masalah berkorban di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bentuk Pengorbanan Dalam Islam

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Seorang mukmin yang telah ridha Allah Ta’ala sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad ﷺ sebagai Nabi dan Rasulnya, yang hatinya telah merasakan manisnya iman, pasti akan menyambut seruan Allah Ta’ala untuk berkorban dan mencurahkan segala sesuatu dalam rangka mendapatkan keridhaan-Nya.

Pengorbanan itu bisa berupa apa saja, jiwa, harta, waktu, umur, tenaga dan apa saja yang seseorang miliki baik yang berharga maupun tidak. Bahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun sampai pada tingkatan mengorbankan anaknya dalam rangka memenuhi perintah Allah Ta’ala.

Ini merupakan pengorbanan paling sulit dan paling berat yang pernah ditanggung oleh anak manusia. Anak yang sudah ditunggu kelahirannya selama puluhan tahun, tepatnya 86 tahun. Setelah itu baru Allah kabulkan keinginannya untuk memiliki keturunan.

Namun setelah anaknya beranjak dewasa dan menunjukkan keshalihan dalam agama, keagungan akhlak dan sifat amanah yang luar biasa, datang perintah untuk menyembelihnya.

Ini merupakan puncak pengorbanan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. dan Islam menghasung umatnya untuk meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Contoh Pengorbanan Dalam Al Quran:

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah

Di dalam Al-Quran banyak dikisahkan pengorbanan orang-orang shalih dan para nabi ‘alaihimus salam. kisah-kisah mereka memberikan contoh terbaik untuk diteladani dalam masalah berkorban karena Allah.

Sebagian dari kisah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kisah Kurban kedua anak Adam

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kisah kedua Anak Adam yaitu Habil dan Qobil,

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. [Al-Maidah: 27-28}

Dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa Anak Adam yang Shalih itu tidak mau melakukan tindak pembelaan diri untuk balas menyerang saudaranya saat diancam hendak dibunuh.

Dia bersedia berkorban nyawa agar tidak melakukan dosa pembunuhan kepada saudara kandungnya sendiri yang dengki kepadanya karena kurbannya diterima Allah Ta’ala.

Padahal dia bukanlah orang yang lemah. Justru lebih kuat dari saudaranya yang zhalim tersebut. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma yang berkata,

“Demi Allah, sesungguhnya dia (yaitu anak Adam yang terbunuh) adalah orang yang terkuat di antara keduanya. Tetapi dia tidak ingin membunuh saudaranya karena takut dosa dan karena sifat wara’nya.”

2. Kisah Pengorbanan Nabi Nuh ‘alaihis salam dalam berdakwah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan betapa kerasnya perjuangan dan pengorbanan Nabi Nuh ‘alaihis salam dalam mendakwahi kaumnya agar beriman kepada Allah selama 950 tahun.

Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا.فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا.وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا .ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا

ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,

maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan,

kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, [Nuh: 5-9]

Dari paparan singkat tersebut sudah bisa terbayangkan pengorbanan, waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan, yang dicurahkan oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam dalam upaya dakwahnya dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Namun demikian qadarullah hasilnya tidak sebagaimana yang beliau harapkan.

3. Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas salam.

Mengenai kisah pengorbanan nabi Ibrahim dan Nabi ismail sudah sedemikian terkenalnya dan sudah sangat sering kita dengarkan. Silahkan dibaca di surat Ash-Shaffat : 99-111.

4. Kisah Pengorbanan Nabi Musa ‘alaihis salam dalam mendakwahi Firaun

Fir’aun adalah raja paling zalim dalam sejarah Mesir kuno. Kisah nabi Musa merupakan kisah paling panjang dalam Al Quran. Jumlah ayat yang menyebut nama Nabi Musa di dalam al-Quran jauh lebih banyak dari jumalah nama Nabi Muhammad ﷺ .

Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut, terutama kesabaran dan kelapangan dada Nabi Musa ‘alaihis salam dalam menghadapi kezhaliman Firaun dan Bangsa Israel yang keras kepala. Tidak mengherankan bila beliau memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

5. Kisah Jihad Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.

Rasulullah Muhammad ﷺ  merupakan Nabi yang paling besar capaiannya dalam mendakwahkan risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus Allah Ta’ala di dunia ini yang pengikutnya melebihi jumlah pengikut Nabi Muhammad ﷺ .

Prestasi yang sangat luar biasa ini, setelah rahmat Allah Ta’ala, pasti merupakan buah dari perjuangan keras dan pengorbanan yang sangat besar dari beliau ﷺ , keluarganya dan para sahabatnya. Sejarah Islam banyak mengisahkan usaha keras dan pengorbanan beliau dalam dakwah dan jihad.

Dalam bidang jihad di jalan Allah, tercatat dalam sejarah bahwa beliau berperang secara langsung sebanyak 27 kali dalam kurun 8 tahun setelah hijrah ke Madinah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali. Artinya dalam setahun beliau berperang minimal 2 sampai tiga kali.

Dari sekian peperangan tersebut, ada beberapa perang besar yang diabadikan dalam al-Quran sebagai panduan dan pelajaran bagi kaum Muslimin hingga hari kiamat.

Kisah Jihad Nabi Muhammad ﷺ  yang diabadikan dalam al-Quran adalah perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab, perang Hunain dan perang Tabuk.

Semua ini menggambarkan besarnya pengorbanan Nabi Muhammad ﷺ  dan kaum Muslimin generasi pertama. Kita sebagai generasi Islam masa kini bisa mengambil teladan dari mereka dalam masalah berkorban di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebenarnya masih banyak kisah yang lain, namun waktunya tidak memungkinkan untuk disampaikan semuanya dalam kesempatan khutbah yang singkat ini.

Pelajaran Tentang Pengorbanan dari Hari Raya Qurban

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,

Mungkin selama ini muncul sejumlah pertanyaan yang menggelitik benak kita. Mengapa kisah Ibrahim ‘alaihis salam menyembelih putranya, diulangi kepada kita setiap tahun? Apa tujuan dari umat Islam meneladaninya dengan menyembelih kurban?

Mengapa sikap seorang ayah yang ingin mengorbankan putranya semenjak ribuan tahun lalu berubah menjadi perayaan dan pesta yang umat Islam bersenang-senang di dalamnya?

Di dalam kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ini terdapat banyak pelajaran-pelajaran yang agung. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ

Kami Menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Quran ini kepadamu, [Yusuf: 3]

Susungguhnya Allah mengisahkan berita-berita para Nabi dan rasul kepada beliau ﷺ dengan tujuan untuk mengokohkan hatinya dan memberikan kepada beliau ﷺ kisah-kisah yang benar juga nasehat dan peringatan untuk orang-orang beriman.

Allah Ta’ala menyebutkan kisah-kisah dalam al-Quran untuk kita agar kita merenungkan maknanya, menyingkap kandungan mutiara hikmah di dalamnya sehingga kita bisa mengambil hukum-hukum dan pelajaran dari kisah tersebut.

Namun semua itu hanya bisa dilakukan jika kita termasuk golongan ulul Al-albab. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. [Yusuf: 111]

Dr.jasim Al-Muthawwi’, seorang ulama Kuwait yang pernah menjadi Hakim di sana, menyebutkan sejumlah pelajaran dan hikmah di balik semua ini:

  1. Sikap mendengar dan taat yang sempurna

Ismail telah tunduk secara penuh kepada permintaan ayahnya betapa pun beratnya permintaan tersebut. Allah Ta’ala berfirman menggambarkan kepasrahan total ini dengan firman-Nya:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). [Ash-Shafat: 103]

maksudnya adalah pasrah kepada perintah Allah ketika dia diberitahu mengenai hal tersebut.

  1. Ganti yang cepat bagi kebaikan dan ketaatan.

Ketika seseorang itu mentaati Tuhannya atau seorang anak mentaati orang tuanya dalam hal perbuatan yang tidak disukai maka Allah akan mengganti untuk mereka berdua dengan yang lebih baik.

Allah Ta’ala berfirman,

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Lalu Kami Panggil dia, “Wahai Ibrahim!Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami Tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [Ash-Shaffat: 104-107]

Ibrahim ‘alaihis salam mendapatkan penghargaan dengan segera sebagai hasil dari kesuksesannya dalam ujian keluarga tersebut. Demikian pula dengan anaknya, Ismail ‘alaihis salam dia mendapatkan penghargaan segera lainnya dengan turunnya domba besar sebagai hasil dari kebaktiannya kepada orang tuanya.

  1. Amal shalih itu akan meninggalkan pengaruh.

Amal shalih itu umurnya panjang dan pengaruhnya besar. Oleh karenanya, kisah penyembelihan ini menjadi sejarah bagi manusia dan menjadi agama bagi kemanusiaan. Pengaruh Ibrahim dan anaknya ‘alaihimas salam terus berlanjut sampai terjadinya kiamat.

  1. Sabar terhadap perintah yang berat.

Allah Ta’ala berfirman mengisahkan ucapan Ismail ‘alaihis salam:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ -١٠٢-

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma‘il) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang Diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” [Ash-Shaffat: 102]

Ismail ‘alaihis salam kala itu baru berusia 15 tahun. Meskipun demikian, dia mengetahui makna sabar dan menjalankannya dalam kehidupan secara nyata. Dia memohon kepada Allah agar menolongnya untuk bersabar.

ini merupakan indikator keberhasilan pendidikan dalam rumah tangga Ibrahim ‘alahis salam betapa pun berat dan sulitnya tugas dan tanggung jawab tersebut. Ibrahim ‘alaihis salam telah mendidik dua nilai. Yang pertama adalah sabar dan kedua adalah memohon kepada Allah agar bisa terus bersabar.

  1. Selalu ada jalan keluar setelah kesulitan yang berat.

Allah Ta’ala berfirman,

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

” Demikianlah kami memberikan balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan (muhsinin).” [Ash-Shaffat: 110]

Ini merupakan hukum kehidupan. Hasil akhir selalu bagi orang bertakwa, kemenangan itu datang bersama dengan kesabaran, jalan keluar itu setelah adanya kesulitan yang berat dan bahwa bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan. Ada banyak nilai yang kita pelajari dari kisah Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas salam.

Allah Ta’ala telah mensifati Ibrahim dan Ismail sebagai orang-orang yang Muhsin, suka berbuat baik. Orang Muhsin adalah orang yang ikhlas dalam amalnya, senantiasa merasa diawasi oleh Allah, berbuat yang terbaik dan berusaha keras dalam melakukan kebaikan.

Jadi, orang Muhsin itu beribadah kepada Allah seolah dia melihat Allah Ta’ala. Jika tidak mampu seperti itu dia merasa bahwa Allah melihat dirinya.

  1. Kemurahan Allah Subhanahu wa ta’ala,

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ . وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ

“Sesungguhnya dia (Ibrahim) termasuk hamba kami yang beriman. Dan Kami beri kabar gembira dia dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang shalih.” [Ash-Shaffat: 111-112]

Siapa saja yang bersabar atas perintah-perintah Allah yang sulit, maka Allah pasti akan melimpahinya dengan kemurahan-Nya jauh lebih banyak dari apa yang diminta oleh manusia.

Di antara kemurahan Allah Ta’ala adalah Allah memberikan rezeki Ibrahim ‘alaihis salam seorang anak laki-laki lagi sebagai hasil dari kesabarannya dan ketaatannya serta keberhasilannya dalam ujian, tujuannya adalah agar beliau merasa bahagia dengan anak tersebut yaitu Ishaq ‘alaihis salam.

  1. Turunnya barokah dengan sebab ketaatan

Allah Ta’ala berfirman,

وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ

Dan Kami Limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishaq. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [Ash-Shaffat: 113]

Allah memberkahi Ibrahim ‘alaihis salam dan keturunannya dengan sebab ketaatannya dan keberhasilannya dalam ujian keluarga. Allah memberkahi keturunan Ismail, di antaranya adalah Rasulullah Muhammad ﷺ.

Demikian pula, Allah memberkahi keturunan Ishaq, di antaranya adalah Nabi Allah Ya’qub dan Yusuf ‘alaihimas salam. Semua ini merupakan balasan dari keberhasilan dalam ujian pengorbanan tersebut.

Ini sebagian dari pelajaran yang bisa diambil dari hari raya qurban terkait dengan masalah pengorbanan.

Untuk itu, bagi siapa saja yang mampu di antara kita untuk menghidupkan sunnah berkurban ini, maka hendaklah dia melaksanakannya sebagai bagian upaya menghidupkan sunnah dan sekaligus sebagai wahana latihan berkurban dengan harta.

Hal ini akan menumbuhkan dan menguatkan jiwa berkorban dalam hati kita, memberkahi harta dan keluarga kita, serta akan menbuahkan pengaruh positif lainnya dalam jiwa kita yang hanya Allah sendiri yang lebih tahu tentang hal itu, selain tentu saja pahala yang besar di akhirat nanti.

Demikian khutbah Idul adha kali ini. Semoga bermanfaat. Marilah kita akhiri dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Referensi:

Baca juga: Khutbah Jumat Tentang Ibadah Haji

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment