Mengenal Tingkatan Kemunafikan Menurut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

Kemunafikan di dalam Islam tidak berada dalam satu tingkatan. Para ulama ahlus sunnah wala jama’ah, menyebutkan bahwa kemunafikan bertingkat-tingkat.

Kemunafikan itu ada yang bisa menyebabkan keluar dari Islam. Inilah yang disebut dengan Nifak Akbar (Kemunafikan besar). Kemunafikan inilah yang diancam oleh Allah dengan siksaan yang sangat berat, yaitu ditaruh di bagian paling bawah dari neraka, naudzubillah min dzalik.

Banyak orang menyangka bahwa orang yang suka bohong, mengingkari janji dan suka khianat itu akan mendapat sanksi hukum tadi. Padahal untuk ciri-ciri yang terkenal ini bukan termasuk nifak akbar sebagaimana keterangan para ulama ahlus sunnah wal jamaah.

Tiga ciri khas orang munafik dalam hadits yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu disebut oleh para ulama dengan Nifak Ashghar (Kemunafikan kecil).

Nifaq jenis kedua ini tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam. Meski demikian dosanya sangat besar. Tidak bisa diremehkan sama sekali.

Kemunafikan jenis kedua inilah yang bisa menjangkiti dan merasuki banyak orang Islam, kecuali yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu pentingnya hal ini, maka para ulama mengklasifikasikan tingkatan kemunafikan.

Tingkatan Kemunafikan Menurut Para Ulama:

Untuk lebih jelasnya kita sampaikan keterangan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah mengenai persoalan nifaq ini.

– Kemunafikan Menurut Imam Ibnu Katsir

Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Nifaq itu adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Nifaq ada dua macam. Pertama, Nifaq I’tiqadi. Nifaq jenis ini menjadikan pelakunya kekal di neraka. Kedua, Nifaq Amali. Nifaq jenis kedua ini termasuk dosa yang paling besar.”

[Tafsir Al Quranul azhim: 1/48]

– Kemunafikan Menurut Ibnu Rajab

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,” Nifaq di dalam syara’ terbagi menjadi dua macam:

1. Nifaq akbar

Yaitu menampakkan kepada manusia keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir dan menyembunyikan hal yang bertentangan dengan semua itu atau sebagiannya.

Inilah nifaq yang ada pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Quran turun mencela para pelakunya dan mengkafirkan mereka dan memberi tahu bahwa pelakunya berada di bagian neraka yang paling bawah.

2. Nifaq ashghar

Yaitu nifaq amal. Maksudnya adalah seseorang menampakkan keadaan lahir yang shalih namun menyembunyikan kebalikannya.

Pokok dari nifaq ashghar ini kembali kepada ciri-ciri yang disebutkan di dalam sejumlah hadits. Ada 5 ciri utama:

  1. Berbicara dengan suatu pembicaraan kepada seseorang yang orang itu akan membenarkan omongannya padahal dia berdusta kepadanya.
  2. Apabila berjanji menyelisihi janji tersebut.

Hal ini ada dua bentuk:

  • Dia berjanji dan dalam hatinya dia berniat untuk tidak memenuhi janji tersebut.

Ini bentuk menyelisihi janji yang paling jelek. Andai dia berkata,” Saya akan lakukan hal ini insyaallah.” Namun niatnya tidak akan melakukannya karena memang hendak berdusta dan menyelisihi. Ini dijelaskan oleh Imam Al Auza’I rahimahullah.

Dia berjanji dan memang berniat untuk memenuhi janji tersebut. Ternyata kemudian dia menyelisihi janji itu tanpa ada udzur sama sekali.

Bila berselisih dia berbuat fajir.

Maksud berbuat fajir adalah keluar dari kebenaran secara sengaja sehingga kebenaran itu menjadi batil dan kebatilan itu menjadi kebenaran. Yang mendorong hal ini adalah kedustaan.

Apabila seseorang memiliki kemampuan untuk memenangkan kebatilan pada saat berselisih –baik perselisihan itu dalam urusan agama atau dunia– dan mengesankan kepada orang yang mendengarkan bahwa hal itu kebenaran, dia mengabaikan kebenaran dan menampilkan kebenaran itu dalam gambaran kebatilan maka ini termasuk keharaman yang paling buruk dan ciri nifak paling buruk.

Baca: Perbedaan Antara Zindiq dan Munafik

  • Bila melakukan perjanjian kesepakatan dia menyelisihi dan tidak memenuhi perjanjian tersebut. Tidak memenuhi perjanjian kesepakatan itu haram di setiap perjanjian di antara Muslim dan selainnya, meskipun yang diajak melakukan perjanjian kesepakatan itu adalah orang kafir.

Oleh karena itu di dalam hadits Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

من قتل نفساً معاهداً بغير حقها لم يرح رائحة الجنة، وإن ريحها ليوجد من مسيرة أربعين عاماً

Barangsiapa yang membunuh orang kafir mu’ahid, maka ia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya bau surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3166, Ibnu Majah no. 2686, Ahmad 2/186, dan An-Nasa’iy no. 4750.]

Di antara bentuk-bentuk perjanjian yang harus dipenuhi oleh seorang Muslim dan haram untuk dikhianati adalah seluruh bentuk akad di antara sesama Muslim jika mereka telah saling ridha terhadap akad tersebut seperti akad baiat, pernikahan, dan lain-lain.

  • Khianat terhadap amanat

Kesimpulannya adalah bahwa nifaq ashghar seluruhnya kembali kepada berbedanya keadaan yang tersembunyi (keadaan batin) dengan yang nampak (zhahir). Al-Hasan Al-Bashri mengatakan,

مِنَ النِّفَاقِ اِخْتِلاَفُ القَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَاخْتِلاَفُ السِّرِّ وَالعَلاَنِيَّةِ ، وَاخْتِلاَفُ الدُّخُوْلِ وَالخُرُوْجِ

“Di antara tanda kemunafikan adalah berbeda antara hati dan lisan, berbeda antara sesuatu yang tersembunyi dan sesuatu yang nampak, berbeda antara yang masuk dan yang keluar.” [Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:481 dan seterusnya dengan perubahan]

Tentang bahaya nifaq ashghar ini Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan:

والنفاق الأصغر وسيلة وذريعة إلى النفاق الأكبر، كما أن المعاصي بريد الكفر، فكما يُخشى على من أصرّ على المعصية أن يسلَبَ الإيمانَ عند الموت، كذلك يخشى على من أصرّ على خصال النفاق أن يسلَب الإيمان، فيصير منافقاً خالصاً

“Nifak ashghar menjadi sarana dan merupakan cabang dari Nifaq Akbar. Ini sebagaimana maksiat itu menjadi penghantar menuju kekafiran. Orang-orang yang terus menerus melakukan kemaksiatan dikhawatirkan akan kehilangan iman di saat menjelang kematian. Demikian pula dikhawatirkan orang-orang yang terus menerus melakukan ciri – ciri kemunafikan akan kehilangan iman sehingga menjadi seorang munafik tulen.” [Jami’ul Ulum wal Hikam: 2/492-492].

Hadits -hadits yang menerangkan kelima ciri utama nifaq ashghar adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

Di antara tanda munafik ada tiga: jika dia berbicara, ia berdusta; jika dia berjanji, ia menyelisihi; dan jika dia diberi amanat, ia berkhianat.” (HR. Muslim no. 59)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: (1) jika diberi amanat, dia khianat; (2) jika berbicara, di berdusta; (3) jika membuat perjanjian, dia tidak memenuhi; (4) jika berselisih, dia akan berbuat zalim.” (HR. Muslim no. 58)

Sementara untuk nifaq akbar ciri-cirinya banyak sekali di dalam al quran. Di antaranya adalah mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam batin namun menampakkan keislaman dan ketundukkan secara lahir. Kemudian membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ciri lainnya adalah senang dan gembira gembira dengan kemunduran agama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan benci terhadap kemenangan, ketinggian dan kejayaan Islam.

Kemudian menghina Al Quran dan sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bekerjasama dengan orang kafir dalam memerangi Islam dan kaum Muslimin.

Contoh paling nyata mengenai ciri terakhir ini adalah pendirian Masjid Dhirar di dekat Masjid Quba’. Masjid Dhirar didirikan untuk menimbulkan madharat kepada kaum muslimin, memecah persatuan mereka. Masjid Dhirar merupakan puncak kejahatan orang munafik di Madinah.

Mereka sampai nekat menjadikan masjid sebagai tempat pangkalan pasukan Romawi yang berjanji kepada orang-orang Munafik di Madinah untuk membantu mereka memerangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun Allah Ta’ala menggagalkan rencana jahat ini.

Dan masih banyak ciri Nifaq Akbar lainnya di dalam al Quran, namun belum semuanya diuraikan di sini. Semoga sedikit penjelasan ini bisa meluruskan pemahaman yang keliru mengenai nifaq dan orang munafik.

Sehingga kita tidak mudah memberi vonis kepada seseorang sebagai orang munafik yang bakal masuk neraka paling bawah gara-gara jengkel terhada orang yang suka bohong dan menyelisihi janji kepadanya.

Sumber: http://midad.com/article/198226/ secara ringkas dan dengan sedikit tambahan.

Leave a Comment