Khutbah Jumat Puasa Tasua Asyura – Keutamaan, Sejarah, & Hikmahnya

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Pengertian Puasa Tasu’a / Asyura

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita sudah berada di hari-hari awal dari bulan Muharram, bulan yang agung dan diberkahi. Bulan ini adalah bulan pertama dalam tahun baru hijriyah Islam dan merupakan salah satu dari bulan haram atau bulan yang disucikan dalam Islam yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

”Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia Menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, …” [At-Taubah: 36]

Empat bulan haram yang Allah sebutkan dalam ayat tersebut dijelaskan rinciannya oleh Rasulullah ﷺ sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ :

.. السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Satu tahun itu ada dua belas bulan. Empat diantaranya adalah bulan haram. Tiga bulan haram berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram dan(yang keempatnya) Rajab Mudhar yang berada di antara bulan Jumada dan Sya’ban.” [Hadits riwayat al-Bukhari no.2958]

Dinamakan dengan Muharram karena ia merupakan bulan yang diharamkan dan sebagai penegasan atas pengharamannya.

Salah satu keutamaan bulan Muharram adalah amal shaleh yang dilakukan di bulan ini pahalanya lebih besar sebagaimana maksiat juga dosanya lebih besar dari bulan lainnya.

Hal sebagaimana penjelasan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu saat menjelaskan maksud firman Allah Ta’ala:

فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

 maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, …”

Sedangkan Qatadah, seorang ulama salaf ahli tafsir, menjelaskan maksud ayat tersebut dengan mengatakan, ”Sesungguhnya kezhaliman di bulan-bulan yang haram itu kesalahan dan dosanya lebih besar daripada yang dilakukan di selain bulan-bulan haram. Walaupun kezhaliman dalam keadaan apa pun itu adalah besar akan tetapi Allah mengagungkan urusan-Nya sesuai kehendak-Nya.”

Keutamaan lainnya dari bulan Muharram adalah puasa sunnah di bulan ini merupakan puasa yang paling utama setelah kewajiban puasa Ramadhan.

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله : { أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ } [رواه مسلم 1982].

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram.” [Hadits riwayat Muslim no.1982]

Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk memperbanyak puasa sunnah namun tidak berpuasa sebulan penuh karena Nabi ﷺ berpuasa sebulan penuh hanya di bulan Ramadhan.

Kemudian masih ada lagi satu hari khusus yang disunnahkan bagi kaum Muslimin untuk menjalankan puasa pada bulan Muharram, yaitu puasa ‘Asyura. Maksud dari hari ‘Asyura, sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah, adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram.

Sedangkan Tasu’a adalah hari kesembilannya. Demikian pula yang dikatakan oleh Jumhur ulama (kebanyakan ulama). Inilah yang nampak jelas dari hadits-hadits dan konsekuensi makna penyebutan lafazh tersebut secara umum. Hal ini telah dikenal di kalangan ahli bahasa.” [Al-Majmu’]

Dengan demikian yang dimaksud dengan puasa Tasu’a adalah puasa pada hari kesembilan dan puasa ‘Asyura adalah puasa sunnah pada hari kesepuluh pada bulan Muharram.

Dalil Keutamaan Puasa ‘Asyura

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Puasa ‘Asyura memiliki keutamaan yang agung sebagaimana dijelaskan dalam hadits :

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ } – رواه البخاري 1867

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,”Aku tidak melihat Nabi ﷺ begitu antusias untuk berpuasa pada hari yang lebih diharap keutamaannya dibanding hari-hari lain melebihi hari ini, yaitu hari ‘Asyura, dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan.” [Hadits riwayat al-Bukhari no.1867]

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ، إِنِّيْ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ } – رواه مسلم 1976

“Puasa hari ‘Asyura, aku mengharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya.” [Hadits riwayat Muslim no.1976]

Ini merupakan anugerah Allah kepada kita yang telah memberikan kepada kita puasa sehari saja bisa menghapus dosa-dosa setahun penuh. Namun perlu dicatat bahwa dosa-dosa yang terhapus selama setahun sebelumnya ini adalah dosa-dosa kecil bukan dosa besar, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat nasuha sebagaimana penjelasan para ulama.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, ”(Puasa ‘Asyura) menghapus seluruh dosa-dosa kecil. Artinya menghapus semua dosa pelakunya kecuali dosa besar.”

Imam An-Nawawi rahimahullah juga berkata, ”Puasa hari ‘Arafah menghapuskan dosa dua tahun, puasa ‘Asyura menghapus dosa setahun, ucapan ‘aamiin’ (dalam shalat berjamaah) jika bertepatan dengan bacaan Aamiin malaikat dihapuskan dosanya yang telah lalu….

Semua itu dapat menghapuskan dosa. Jika terdapat dosa-dosa kecil yang bisa dihapus, maka dosa kecil itu dihapus. Jika dosa kecil dan besar tidak ada, maka pahalanya dicatat sebagai kebaikan dan diangkat derajatnya. Jika yang ada adalah dosa besar sedangkan dosa kecilnya tidak ada, kami berharap dapat meringankan dosa besar.” [al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab juz 6]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ”Penghapusan dosa ketika bersuci, shalat, puasa Ramadhan, puasa ‘Arafah dan puasa ‘Asyura hanyalah untuk dosa kecil saja.” [Al-Fatawa al-Kubra juz 5]

Kapan Waktu Puasa ‘Asyura

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Lantas kapankah kita sebaiknya melaksanakan puasa ‘Asyura? Apakah tepat pada hari kesepuluh atau sehari sebelumnya dan hari ke sepuluh?

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ”. قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ }. [رواه مسلم 1916[

”Ketika Rasulullah ﷺ berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.”

Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ”Jika tiba tahun depan, insyaAllah kita akan berpuasa (juga) Tasuu’a (hari kesembilan).” Abdullah bin ‘Abbas berkata, ”Belum tiba tahun berikutnya Rasulullah ﷺ telah wafat.” [Hadits riwayat Muslim 1916)

As-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishak dan yang lainnya berkata, ”Dianjurkan untuk berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus, karena Nabi ﷺ berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan.”

Dengan demikian puasa ‘Asyura ada beberapa tingkatan:

  1. Tingkat yang paling rendah adalah berpuasa pada tanggal sepuluh saja,
  2. Tingkat di atasnya adalah berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh

Semakin banyak berpuasa pada bulan Muharram adalah lebih utama dan lebih baik.

Sejarah Puasa Tasu’a – ‘Asyura

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bagaimanakah awal mula disyariatkannya puasa Tasu’a dan ‘Asyura?

Berikut ini keterangan dari sepupu Nabi Muhammad ﷺ , Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhumaز Dia berkata, “Ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura.

Nabi ﷺ bertanya, ”Ada apa ini?‘ Orang-orang Yahudi menjawab, ”Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh mereka, maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi ﷺ bersabda,‘Aku lebih berhak meneladani Musa dari pada kalian.” Maka Nabi ﷺ berpuasa pada hari itu dan memerintahkan (kaum Muslimin) untuk berpuasa juga.” [Hadits riwayat al-Bukhari no.1865]

Puasa ‘Asyura sudah dikenal sejak dahulu hingga di masa jahiliah sebelum diutusnya Nabi ﷺ . Terdapat riwayat yang telah dipastikan dari Aisyah radhiyalahu ‘anhuma, dia berkata,

إِنَّ أَهْلَ اْلجَاهِلِيَّةِ كَانُوْا يَصُوْمُوْنَهُ

”Orang-orang jahiliah dahulu berpuasa pada hari ‘Asyura.”

Al-Qurthubi berkata, ”Kemungkinan Bangsa Quraisy menyandarkan puasanya kepada syari’at umat terdahulu seperti Ibrahim ‘alaihissalam. Terdapat pula riwayat yang telah dipastikan bahwa Nabi ﷺ telah berpuasa pada hari ‘Asyura di Mekkah, sebelum berhijrah ke Madinah.

Ketika hijrah ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi merayakannya. Lalu beliau ﷺ bertanya kepada mereka tentang sebab perayaan tersebut. Orang-orang Yahudi menjawab sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits tersebut.

Nabi ﷺ memerintahkan untuk menyelisihi kaum Yahudi yang menjadikannya sebagai hari raya.

Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Dahulu hari ‘Asyura dikategorikan sebagai hari raya oleh orang-orang Yahudi.”

Dan dalam riwayat Muslim, ”Dahulu Hari ‘Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi. Mereka menjadikannya sebagai hari raya.”

Masih dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, ”Dahulu Yahudi Khaibar menjadikannya sebagai hari raya. Para wanita mereka mengenakan perhiasan dan pakaian mereka yang indah pada hari itu. Nabi ﷺ bersabda, ”Maka berpuasalah kalian!” [Hadits riwayat al-Bukhari]

Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah menyatakan bahwa yang nampak dari hadits ini bahwa motif dari perintah untuk berpuasa pada hari ‘Asyura tersebut adalah karena kesukaan untuk menyelisihi orang-orang Yahudi sehingga melakukan puasa pada hari mereka tidak berpuasa karena tidak ada puasa pada hari raya. [Diringkas dari penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Kumpulan Judul Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

 أما بعد

Hikmah Puasa Tasu’a Asyura

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Apakah hikmah dari disyariatkannya puasa Tasu’a dan ‘Asyura? Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, ”Ulama dari kalangan sahabat kami (yaitu para ulama madzhab Syafi’i) dan selain mereka menyebutkan hikmah dianjurkannya melaksanakan puasa Tasu’a sebagai berikut:

  1. Pertama: tujuannya adalah untuk menyelisihi orang-orang Yahudi yang membatasi pada hari kesepuluh saja.
  2. Kedua: untuk menyambung puasa ‘Asyura dengan puasa lain sebagaimana dilarangnya puasa hari Jum’at saja. Yang demikian disebutkan oleh al-Khattabi dan yang lainnya.
  3. Ketiga: kehati-hatian dalam berpuasa pada hari ‘Asyura, dikhawatirkan kurangnya hilal dan terjadi kekeliruan sehingga dihitung hari kesembilan padahal yang sebenarnya hari kesepuluh.”

Yang paling kuat dari tinjauan-tinjauan tersebut adalah yang bertujuan menyelisihi Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Rasulullah ﷺ melarang tasyabuh (menyerupai) Ahli Kitab dalam banyak hadits, seperti sabda beliau tentang ‘Asyura, ”Jika aku hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan.” [Al-Fataawaa al-Kubro Juz 6 Saddu adz-Dzaroi’ al-Mufdhiah Ilal Maharim]

Ibnu Hajar rahimahullah dalam komentarnya mengenai hadits, ”Jika aku hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan.” mengatakan, ”Tekad Nabi ﷺ untuk berpuasa hari kesembilan mengandung makna agar jangan membatasi pada hari itu saja.

Akan tetapi ditambah dengan hari kesepuluh, bisa karena pertimbangan kehati-hatian, bisa juga untuk menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan alasan ini yang lebih kuat. Pendapat inilah yang diisyaratkan sebagian riwayat Muslim. [Fathul Baari 4/245][i]

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Setelah kita mengetahui betapa mulia dan agungnya bulan Muharram, di bulan ini amal shaleh lebih besar pahalanya dan kita sudah mengetahui betapa besar keutamaan berpuasa sunnah di bulan ini, terutama pada hari 9 dan 10, maka hendaknya kita menguatkan tekad untuk bisa melaksanakan puasa sunnah di bulan ini.

Paling tidak kita berusaha menunaikan puasa pada hari ‘Asyura, hari yang kesepuluh, dengan harapan kita telah menghidupkan sunnah Nabi ﷺ dan berharap agar mendapatkan penghapusan dosa-dosa kecil kita di tahun yang lalu.

Mari kita pelihara kesehatan diri kita dengan gaya hidup sehat dan olah raga yang sesuai dengan usia kita, agar tidak jatuh sakit kala hari itu tiba sehingga terhalang untuk melaksanakannya. Juga kita hindari maksiat sejauh mungkin karena maksiat juga menjadi sebab seseorang bisa terhalang melakukan suatu kebaikan.

Daftar Judul Khutbah Jumat Terbaru

Doa Penutup

Mari kita akhiri khutbah jumat tentang puasa tasu’a asyura ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

  عِبَادَ اللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ


[i] Khutbah ini diolah dari artikel Fadhlu ‘Asyura wa Syahrillah Al Muharram, karya Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Sumber: http://matwiat.com/

Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Khutbah Jum’at Singkat Terbaru
– Khutbah Jumat Bulan Safar