Khutbah Pertama
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ اْلكِتَابَ. أَظْهَرَ اْلحَقَّ بِاْلحَقِّ وَأَخْزَى اْلأَحْزَابَ وَأَتَمَّ نُوْرَهُ، وَجَعَلَ كَيْدَ اْلكَافِرِيْنَ فِيْ تَبَاب
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ اْلعَزِيْزِ اْلوَهَّابَ. المَلِكُ فَوْقَ كُلِّ اْلمُلُوْكِ وَرَبَّ اْلأَرْبَابِ.غَافِرُ الذَّنْبِ وَقَابِلُ التَّوْبِ شَدْيْدُ اْلعِقَابِ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمُسْتَغْفِرُ التّوَّاب.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى اْلآلِ وَاْلأَصْحَابِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا .يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أمَّا بعد
Pengertian Khauf
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apabila kita perhatikan keadaan di sekitar kita saat ini, kita sering temukan dengan sangat mudah orang-orang Muslim yang tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan.
Tidak mampu mengendalikan syahwatnya, terjermus ke dalam berbagai pelanggaran agama dan syubhat, memakan yang haram, melakukan berbagai dosa besar serta meninggalkan kewajiban agama yang besar seperti sholat dan puasa.
Mengapa semua ini bisa terjadi? Banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya yang cukup besar pengaruhnya adalah tidak adanya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Ya, al- khauf minallah. Pada khutbah ini kami ingin mengulas apa itu khauf minallah atau takut kepada Allah, kedudukannnya dalam Islam, urgensinya, keutamaannya dan buah-buahnya yang agung dan mulia.
Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah pengertian khauf.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengatakan al-khauf atau dalam bahasa kita berarti rasa takut, adalah perkiraan terjadinya sesuatu yang tidak disukai atau sirnanya sesuatu yang disukai karena tanda-tanda yang diduga atau diketahui adanya.
Bisa juga berarti kegoncangan dan kengerian hati terhadap sesuatu yang dibenci yang akan menimpanya atau hilangnya yang dicintai. Khauf ini kebalikan dari Al- Amn, atau aman dan digunakan dalam urusan dunia maupun akhirat. [i]
Kedudukan Khauf Dalam Islam
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya takut kepada Allah itu termasuk kedudukan atau maqam yang tinggi. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
فَوَاللَّهِ إِنِّي أَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَحْفَظُكُمْ لِحُدُودِهِ
“Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling menjaga batas-batas-Nya.”
Semakin dekat seorang hamba kepada Tuhannya maka rasa takutnya akan semakin besar. Jadi takut kepada Allah itu merupakan ciri khas orang-orang mukmin dan sifat orang-orang yang bertakwa serta jalan bagi orang yang menginginkan keselamatan di akhirat.[ii]
Takut kepada Allah merupakan sumber segala keutamaan dan pendorong kepada segala kebaikan serta pencegah dari segala keburukan.
Di antara hadits Nabi ﷺ yang menunjukkan kedudukan dari rasa takut kepada Allah dalam Islam adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ
” Siapa yang takut maka akan berjalan dengan cepat dan siapa yang berjalan dengan cepat akan sampai ke rumah (tujuan). Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (2374) dan dia berkata, “Hadits hasan gharib.”].
Ketika seseorang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia akan berlindung kepada Allah dan lari dari setan. Orang yang takut kepada Allah Ta’ala karena khawatir terhadap siksa-Nya gara-gara mengikuti jalan setan, maka dia akan bersegera untuk mentaati Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan dia juga menjauhi setan sejauh mungkin sehingga dia bisa terhindar dari perangkap setan dengan kehendak Allah. Ketika itulah dia sudah sampai ke rumah, sampai ke tujuan yang dia tuju. Dengan demikian surga itu tidak didapat dengan angan -angan tapi hanya bisa diraih dengan iman dan amal shalih.[iii]
Urgensi Khauf Takut Kepada Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasa takut kepada Allah memiliki urgensi yang bersifat khusus dalam Syariat Islam karena ia mendorong orang-orang untuk beramal shaleh dan menjauhkan mereka dari terjerumus ke dalam berbagai perbuatan durhaka kepada Allah.
Takut kepada Allah merupakan jalan untuk mendekat kepada-Nya. Ia merupakan jalan orang-orang beriman yang mengenal Allah, menginginkan kehidupan akhirat dan beramal untuk akhirat.
Abu Hafs rahimahullah berkata, “Khauf adalah pelita hati. Dengan rasa takut terlihatlah kebaikan dan keburukan di dalam hati. Setiap orang yang kamu takuti akan kamu jauhi kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Sesungguhnya jika kamu takut kepada-Nya maka kamu justru berlari menuju kepada-Nya. Jadi orang yang takut kepada Tuhannya itu akan lari menuju kepada-Nya.” [Madarijus Salikin: 1/513][iv]
Keutamaan Khauf Takut Kepada Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apa sajakah keutamaan dari ibadah takut kepada Allah ini? Keutamaanya jelas banyak. Di antara keutamaan dari rasa takut kepada Allah adalah sebagai berikut:
- Allah Ta’ala telah memerintahkan para hamba-Nya untuk takut kepada-Nya dan menjadikan takut kepada Allah itu sebagai syarat iman.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. [Ali Imran: 175]
- Allah Ta’ala mensifati para Malaikat-Nya dengan rasa takut kepada-Nya demikian juga dengan para Nabi-Nya ‘alaihimus salam.
Allah berfirman menerangkan sifat para Malaikat-Nya:
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). [An-Nahl: 50]
dan Allah berfirman tentang para nabi-Nya:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. [Al-Ahzab: 39]
- Allah Ta’ala memuji orang-orang yang takut kepada-Nya
Allah telah memuji orang-orang yang takut kepada-Nya dalam kitab-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ .وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ .وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ. أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
57. Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,
58. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
59. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun),
60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,
61. mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. [Al-Mukminun: 57-61]
‘Aisyah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku bertanya kepada Nabi ﷺ tentang ayat ini:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, [Al-Mukminun: 60]
apakah mereka itu orang-orang yang minum khamr dan mencuri?” Nabi ﷺ menjawab, “Bukan, wahai putri Ash-Shiddiq. Namun mereka adalah orang-orang yang puasa dan shalat serta bersedekah akan tetapi mereka takut amalannya itu tidak diterima.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (3175)][v]
Buah Khauf Takut Kepada Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Setiap ibadah yang Allah wajibkan memiliki buah-buah baik di dunia maupun di akhirat. Takut kepada Allah merupaka ibadah yang banyak buahnya. Tentunya buah -buah ini adalah buah-buah yang mulia dan agung karena merupakan hasil dari ibadah hati yang mulia juga.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid telah merinci buah-buah dari takut kepada Allah Ta’ala sebagai berikut:
- Mendorong seorang hamba untuk bersikap ikhlas.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا. إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan (Jaza’) dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. [Al-Insan: 9-10]
- Mendorong seorang hamba untuk melaksanakan amal shaleh.
Allah Ta’ala berfirman,
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. [An-Nur: 36-37]
Amal-amal shaleh dalam ayat tersebut pendorongnya adalah rasa takut terhadap hari kiamat.
- Menyesali perbuatan buruk dan tidak merasa nyaman dengannya.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Di antara buah takut adalah memadamkan syahwat dan merasa tidak enak dengan berbagai kelezatan sehingga kemaksiatan yang disukai menjadi sesuatu yang dibenci dan tidak mengenakkan.”
Kelezatan yang dimaksud di situ bukanlah kelezatan yang mubah. Sebab seseorang dibolehkan untuk bersenang-senang dengan kelezatan yang mubah sesuai kadarnya.
Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling takut kepada Allah namun beliau tetap menikmati perkara mubah di dunia ini seperlunya. Rasulullah ﷺ bersabda,
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ
“Perkara dunia yang aku sukai adalah wanita (para istrinya) dan wewangian (parfum).” [Hadits riwayat An-nasa’i (3939) dishahihkan oleh al-hakim dan disepakati adz-dzahabi]
- Mendapatkan pujian dari Allah
Allah Ta’ala memuji para Nabi-Nya karena rasa takut mereka kepada Allah dengan firman-Nya:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. [Al-Anbiya’: 90]
Allah Ta’ala juga memuji orang-orang mukmin dengan mensifati mereka sebagai orang yang takut terhadap siksa-Nya:
وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). [Al-Ma’arij: 27-28]
Allah juga berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [Az-Zumar: 9]
- Berkuasa di muka bumi
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ. وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
13. Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,
14. dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”. [Ibrahim: 13-14]
Jadi takut kepada Allah itu mengantarkan kepada kekuasaan di muka bumi (tamkin), menang atas musuh dan mewarisi negeri mereka.
- Selamat dari segala keburukan
Hal ini sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,’Nabi ﷺ bersabda, “Tiga perkara yang menyelamatkan: takut kepada Allah dalam keadaan sendirian dan di hadapan orang banyak, bersikap adil dalam keadaan ridha dan marah, bersikap pertengahan saat kaya dan miskin.” [Hadits riwayat Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (7252) dan dihasankan oleh Al-Albani]
- Mendapatkan naungan pada hari kiamat dengan naungan ‘Arsy.
Dalilnya adalah salah satu dari tujuh golongan orang yang mendapatkan naungan saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah, di antaranya adalah: “Dan lelaki yang diajak (maksiat) oleh wanita berkedudukan tinggi dan cantik lalu dia berkata, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (660) dan Muslim (1031)]
- Dihilangkan rasa takutnya pada hari kiamat
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ yang meriwayatkan dari Rabbnya Jalla wa ‘Ala, Allah berfirman, “Demi Kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyatukan dua rasa takut dan dua rasa aman dalam diri hamba-Ku.
Apabila dia takut kepada-Ku di dunia, Aku membuatnya aman di hari kiamat. Dan jika dia merasa aman dari-Ku di dunia aku buat dia takut pada hari kiamat.” [Shahih Ibnu Hibban (640) dan dihasankan oleh Al-Arnauth)]
- Selamat dari neraka
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Ibnu “Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Dua mata yang tidak disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang begadang karena berjaga di jalan Allah (dalam jihad).” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (1639), dishahihkan oleh Al-Albani.]
- Mendapatkan ampunan dan rahmat Allah.
Hal ini sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , “Ada seorang lelaki dari masa sebelum kalian (maksudnya sebelum Islam) yang Allah karuniakan rezeki harta, lalu berkata kepada anak-anaknya ketika hendak meninggal,’Ayah macam apakah aku ini?” Mereka menjawab, “Sebaik-baik ayah.”
Dia berkata, “Sesungguhnya aku belum beramal baik sama sekali. Apabila aku meninggal, maka bakarlah aku, hancur lumatkan aku, kemudian sebarkanlah aku di hari yang berangin kencang.” Lantas mereka melaksanakan pesan tersebut.
Kemudian Allah mengumpulkannya kembali dan bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Rasa takut kepada-Mu.” Maka Allah memberikan rahmat-Nya kepadanya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (3478)]
Allah Ta’ala berfirman,
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. [Al-Bayyinah: 8]
- Masuk surga dan mendapatkan nikmat yang menyejukkan mata.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46]
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. [As-Sajdah: 16-17][vi]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ
Sebab Yang Membantu Mendapatkan Khauf
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kita telah mengetahui kedudukan takut kepada Allah dalam Syariat Islam. Kita juga sudah mengetahui begitu banyak buah yang agung dari amal hati tersebut baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Lantas muncul pertanyaan, bagaimana caranya agar kita bisa memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kami kemukakan sejumlah langkah yang menurut Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid akan membantu seorang muslim untuk mendapatkan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
- Mengingat kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan keagungan diri-Nya,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. [Az-Zumar: 67]
Dalam sebuah hadits dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah langit yang tujuh lapis itu dibandingkan dengan Al-Kursiy (Kursi Allah) kecuali seperti gelang besi yang dilemparkan ke sebuah padang pasir.
Dan lebih besarnya ‘Arsy dibandingkan dengan kursi Allah adalah sebagaimana lebih besarnya padang pasir daripada gelang besi.” [Shahih Ibnu Hibban (361) dan dishahihkan oleh Al-Albani]
Siapa saja yang memikirkan keagungan Allah tersebut mau tidak mau akan muncul rasa takutnya kepada Allah Ta’ala.
- Mentadabburi firman Allah ‘Azza wa Jalla.
- Mentadabburi sabda Nabi Muhammad ﷺ
- Memegang teguh kewajiban agama seperti sholat, puasa , haji dan seterusnya.
Semua amalan ini akan menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah Subhanahuwa Ta’ala. dan kedekatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ini akan menjadikannya takut kepada-Nya dan siksa-Nya.
- Khawatir amalannya tidak diterima.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa“. [Al-Maidah: 27
- Mengingat dosa-dosa terdahulu.
Sesungguhnya mengingat dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang di masa lalu termasuk sarana yang sangat membantu untuk takut kepada Allah Ta’ala. Orang tahu secara pasti bahwa dia telah melakukan kemaksiatan namun tidak mengetahui apakah Allah akan mengampuni dosa-dosanya ataukah akan memberikan hukuman kepadanya?
- Memikirkan tentang tempat kembali umat manusia.
Akan datang satu hari atas diri kita wahai kaum Muslimin, ruh kita dicabut pada hari tersebut. Setelah itu kita akan masuk ke alam kubur yang bisa menjadi salah satu lubang dari lubang-lubang neraka, na’udzu billah min dzalik atau menjadi salah satu dari taman surga, kita mohon kepada Allah anugerah-Nya.
Setelah itu kita akan dikeluarkan dari kubur, dikumpulkan, berdiri dalam kondisi hawa sangat panas dan berjubel penuh sesak. Kemudian kita akan melewati shirath atau jembatan di atas neraka, lalu kita disuruh ke surga atau ke neraka.
Memikirkan tempat kembalinya umat manusia akan menjadi jalan untuk menumbuhkan rasa takut kepada siksa Allah.
- Memikirkan tentang kematian.
Mengingat kematian yang pasti akan datang akan menyebabkan rasa takut kepada Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ , “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan – yaitu kematian – Sesungguhnya, tidaklah seseorang mengingatnya saat dalam keadaan kehidupan yang sempit kecuali akan menjadikannya terasa luas dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam keadaan luas kehidupannya kecuali hal itu akan menjadikannya terasa sempit bagi dirinya.” [Hadits riwayat Ath-Thabrani dan Al-Bazar dan sanad keduaya hasan]
- Memikirkan tentang kubur dan hal-hal yang menakutkan di alam kubur.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku pernah melarang kalian dari berziarah kubur. Ketahuilah, (mulai sekarang) lakukanlah ziarah kubur. Sesungguhnya hal itu akan melembutkan hati, mengalirkan air mata dan mengingatkan akhirat…” [Hadits riwayat Al-Hakim (1393) dan dishahihkan oleh Al-Albani]
- Memikirkan tentang hari kiamat.
- Memikirkan tentang neraka.
- Memikirkan tentang suul khatimah (akhir kehidupan yang buruk).
Para ulama salaf takut terhadap suul khatimah. Salah seorang dari mereka betapa pun tinggi tingkatan keshalehan dan ketakwaannya, senantiasa merasa khawatir terhadap perubahan di akhir hayatnya menuju kerusakan,kefajiran dan kekafiran.
Rasulullah ﷺ sebagai orang yang paling bertakwa dan tinggi derajatnya, sangat banyak berdoa kepada Allah dengan doa memohon keteguhan di atas agama ini.
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِي
” Ya muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinika.”
Wahai Dzat Yang membolak- balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamam-Mu.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi (2140) dan dia berkata,” Hadits hasan.”]
Masih ada beberapa cara lainnya namun kami memandang ini sudah lebih dari cukup untuk memberikan gambaran apa saja yang perlu dilakukan untuk mendapatkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Semoga penyampaian khutbah ini bermanfaat bagi kita semua.
Doa Penutup
Marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[i] Al-Khauf, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Majmu’ayuz Zaad, Saudi Arabia, 1430 H / 2009 M, cetakan pertama, hal. 12.
[ii] https://www.alukah.net/sharia/0/70328/
[iii] https://nir-osra.org/%D8%A5%D8%B3%D9%87%D8%A7%D9%85/%D8%A3%D8%AB%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%88%D9%81-%D9%85%D9%86-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%B3%D9%84%D9%88%D9%83-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A4%D9%85%D9%86
[iv] Al-Khauf, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Majmu’ayuz Zaad, Saudi Arabia, 1430 H / 2009 M, cetakan pertama, hal. 7-8.
[v] https://www.alukah.net/sharia/0/111843/
[vi] Al-Khauf, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Majmu’ayuz Zaad, Saudi Arabia, 1430 H / 2009 M, cetakan pertama, hal. 32-41 secara ringkas.
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Khutbah Jum’at Singkat Terbaru