Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ
Refleksi Banyaknya Gempa Bumi
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,
Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada kaum muslimin semuanya agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berusaha melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sesungguhnya dengan takwa itulah kehidupan kaum muslimin akan dipenuhi dengan barokah dan dijauhkan dari berbagai musibah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang musibah gempa bumi di berbagai tempat di negeri kita maupun di berbagai negeri yang lain di muka bumi ini.
Semua kejadian ini tentu menuntut kita sebagai orang beriman untuk melakukan muhasabah atau instropeksi diri karena bagi orang mukmin, musibah gempa bukanlah sekedar musibah biasa yang kejadiannya bisa diterangkan secara ilmiah dari sudut pandang ilmu geologi.
Namun ada dimensi transendental, atau sesuatu yang bersifat non fisik yang melatar belakangi terjadinya musibah gempa. Hal ini telah diterangkan di dalam Al-Quran al-Karim dengan sangat jelas.
Gambaran Gempa Dalam Al Quran
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,
Bumi memiliki kekayaan yang tak terhitung banyaknya, keistimewaan yang agung, dan manfaat yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuatnya bisa dimanfaatkan oleh makhluk hidup dan menjadikannya sebagai benua tempat tinggal yang aman baginya.
Tetapi Allah membuat di dalamnya ada bencana alam dan musibah yang kerusakannya terbatas dalam kehidupan duniawi. Semua itu yang Allah timbulkan sesuai kehendak-Nya dan kapan pun Dia kehendaki.
Dan ada hari di mana seluruh bumi akan berguncang, yang pasti akan datang, dan ini akan menjadi permulaan dari Hari Kebangkitan di sisi Allah Azza wa Jalla.
Gempa yang kita lihat dan dengar dari waktu ke waktu, semuanya terbatas, di lokasi terbatas dan memiliki akibat yang terbatas, tetapi akan ada gempa yang melanda seluruh bumi di semua benua. Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا -١- وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا -٢
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. [Az-zalzalah: 1-2]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan gempa bumi dan bencana alam dalam sejumlah ayat yang mulia dengan mengisyaratkan adanya gerakan – gerakan bumi dan aktivitas geologisnya seperti getaran dan guncangan serta berbagai akibatnya berupa kerusakan, kehancuran, dan kebinasaan makhluk hidup serta propertinya di permukaan bumi.
Di antara ayat-ayat yang berbicara tentang hal itu adalah sebagai berikut:
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا
Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, [Al-Waqi’ah: 4-6]
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا -١- وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا -٢
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. [Az-Zalzalah: 1-2]
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, [Al-Mulk: 16]
أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلًا
Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindungpun bagi kamu, [Al-Israa’: 68]
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ
Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, [Al-Insyiqaq: 3-4]
Ini adalah sebagian dari ayat-ayat yang menerangkan tentang kejadian gempa bumi, yang sebagiannya merupakan peristiwa yang dampak kerusakannya bersifat terbatas namun ada juga yang merupakan satu tanda dari tanda-tanda permulaan terjadinya hari kiamat.
Gempa Bumi Dalam Hadits
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Rasulullah ﷺ juga telah menginformasikan tentang fenomena gempa bumi. Beliau menegaskan bahkan hari kiamat itu tidak akan terjadi kecuali sebelumnya telah didahului dengan banyak gempa bumi yang terjadi di berbagai belahan bumi.
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ
”Kiamat tidak akan terjadi sampai ilmu diangkat dan banyak gempa bumi, waktu menjadi terasa singkat, fitnah merajalela dan banyak terjadi al-harju yaitu pembunuhan, pembunuhan, hingga beredar banyak harta di antara kalian.”
Kemudian sebuah hadits dari sahabat Salamah bin Nufail as-Sakuni radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ
“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ (lalu beliau menyebutkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang dahsyat, dan setelah itu adalah tahun-tahun gempa bumi.” [Hadits shahih riwayat Ibnu Majah]
Perlu diketahui bahwa gempa bumi tidak pernah terjadi di masa Rasulullah ﷺ masih hidup. Semua hadits yang memberitakan terjadinya gempa bumi di Madinah di masa Nabi ﷺ adalah hadits dhai’f.
Hal ini ditegaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid. Beliau berkata, “riwayat yang disebut sanadnya bersambung dan shahih yang yang menyebutkan bahwa gempa melanda Madinah pada masa Rasulullah saw itu merupakan riwayat yang tidak benar keshahihannya di dalam kitab-kitab sunnah dan atsar.
Riwayat-hadits yang menerangkan hal itu sanadnya dha’if mursal.
Di antara hadits tersebut adalah sebagai berikut:
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اْلمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ قَالَ : (إِنَّ اْلأَرْضَ زُلْزِلَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ: اُسْكُنِيْ فَإِنَّهُ لَمْ يَأْنِ لَكَ بَعْدُ، ثُمَّ اْلتَفَتَ إِلَى أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكُمْ يَسْتَعْتِبَكُمْ فَاعْتِبُوْهُ ) رواه ابن أبي الدنيا في “العقوبات” (رقم/18)
Dari Muhammad bin Abdul Malik bin Marwan , dia berkata, “Sesungguhnya bumi berguncang pada masa Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ meletakkan tangannya di atas tanah dan bersabda, “Tenanglah! Sesungguhnya waktumu belum tiba.”
kemudian beliau menoleh kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian meminta kalian agar kembali maka kembalilah kalian kepada-Nya.” Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya di dalam al-‘uqubaat no.18.
Muhammad bin Abdul Malik ini wafat pada tahun 266 H sementara tidak ada selain dirinya yang menukil riwayat tersebut. Lantas bagaimana dia bisa menceritakan peristiwa yang terjadi pada masa Nabi ﷺ?
Terjadinya gempa adalah setelah masa kenabian, yaitu pada masa Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan di dalam al-Mushannaf (2/358) dan yang lainnya dari Nafi’ dari Shofiyyah, dia berkata, “Bumi berguncang pada masa Umar, lantas dia berkhutbah di hadapan masyarakat banyak dengan mengatakan,
لَئِنْ عَادَتْ لَأَخْرُجَنَّ مِنْ بَيْنِ ظُهْرَانِيْكُمْ
”Apabila gempa kembali terjadi aku benar-benar akan pergi meninggalkan kalian.” [i]
Seorang Muslim Melihat Gempa
Beberapa orang menyangka bahwa perhitungan dan sebab-sebab ilmiah dari gempa yang disampaikan oleh para ahli itu berarti tidak ada hikmah tertentu di balik terjadinya bencana gempa bumi.
Mereka mengatakan ini hanyalah peristiwa alam biasa yang terjadi karena sebab-sebab yang bisa dijelaskan secara rasional dan ilmiah.
Menurut Syaikh Asyrof Abdul Maqshud ini adalah kesalahan yang jelas dan keyakinan yang rusak.
Al-‘Allamah Ibnu Bathal berkata, ’Terjadinya gempa bumi dan berbagai tanda-tanda (berbagai peristiwa alam) itu adalah merupakan ancaman dari Allah kepada para penduduk bumi ini.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. [Al-Israa’: 59] [lihat: Al-Kaukab Ad-Daroriy karya Al-Kirmani: 6/124]
Qatadah berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menakut-nakuti manusia dengan tanda-tanda yang Allah kehendaki agar mereka mengambil pelajaran, teringat dan kembali kepada Allah. Kami mendapat cerita bahwa di Kufah (salah satu kota di Irak) terjadi gempa di masa Ibnu Mas’ud. Maka Ibnu Mas’ud berkata, “
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ رَبَّكُمْ يَسْتَعْتِبَكُمْ فَاعْتِبُوْهُ
“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian telah meminta kalian agar berhenti dari keburukan dan meminta keridhaan-Nya maka lakukanlah hal itu.” [Tafsir Ibnu Katsir: 3/48]
Dalam sebuah hadits dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , ketika terjadi gerhana matahari, beliau bersabda, “
“هَذِهِ اْلآيَاتُ الَّتِيْ يُرْسِلُ اللهُ لَا تَكُوْنُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ يُخَوِّفُ اللهُ بِهَا عِبَادَهُ
“Tanda-tanda (peristiwa alam, pent) yang Allah kirim ini bukan karena kematian seseorang atau kehidupan seseorang akan tetapi Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya dengan tanda-tanda tersebut.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (1059) dan Muslim (912)]
Dalam hadits Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu, “
“إِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهِمَا عِبَادَهُ
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah. Terjadinya gerhana pada mereka bukan karena kematian seseorang akan tetapi Allah Ta’ala mempertakuti para hamba-Nya dengan keduanya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (1048)
Demikian juga yang kita katakan terkait dengan peristiwa gempa bumi. Apa yang disampaikan oleh para ilmuwan geologi mengenai sebab-sebab terjadinya gempa bumi tidak menafikan bahwa hal itu merupakan merupakan bentuk menakut-nakuti para hamba Allah Ta’ala terhadap kekuatan-Nya, hukuman-Nya, kemurkaan-Nya dan pembalasan-Nya.[ii]
Hikmah Terjadinya Gempa Bumi
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Di balik terjadinya segala musibah, termasuk di dalamnya adalah gempa bumi selalu ada hikmah di dalamnya. Semua peristiwa di alam semesta ini hanya akan terjadi dengan ijin dan takdir Allah Ta’ala.
Dan Allah Ta’ala mengatur alam raya ini dengan ilmu dan hikmah-Nya. Ada tujuan besar dan mulia di balik segala persitiwa yang ada.
Di antara pelajaran yang bisa diambil dari terjadinya musibah gempa bumi sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Dr. Muhammad Badi’ Musa, Doktor di bidang Tafsir dan Ulumul Quran dari Sudan, adalah sebagai berikut:[iii]
- Alam semesta ini seluruhnya tunduk kepada Allah.
Setiap orang harus mengetahui bahwa alam semesta ini seluruhnya, baik manusia, jin, bumi, langit, udara, air, daratan dan lautan, planet dan bintang-bintang seluruhnya adalah makhluk Allah, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.
Seluruhnya tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menahan apa yang Dia kehendaki dari siapa yang Dia kehendaki serta mengirim apa yang Dia kehendaki kepada siapa yang Dia kehendaki.
- Mengingatkan orang-orang yang lalai dan memberikan pelajaran kepada orang-orang yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang sikap kaum ‘Aad:
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ ﴾ [فصلت: 15]
Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. [Fushilat: 15]
﴿ أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ * فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ * فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ * فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ ﴾ [غافر: 83-85].
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah”.
Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. [Ghafir: 83-85]
- Pembalasan bagi para ahli maksiat dan para pendosa
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُواْ عَن كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [Asy-Syura: 30]
أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُواْ السَّيِّئَاتِ أَن يَخْسِفَ اللّهُ بِهِمُ الأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُم بِمُعْجِزِينَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴾ [النحل: 45-47].
maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,
Atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu),
Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. [An-Nahl: 45-47]
- Berbagai nikmat yang ada itu tekadang merupakan istidroj (anugerah kenikmatan tanpa ada ridha dari Allah)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kebanyakan orang yang lalai dari mengingat Allah, berpaling dari al-Quran, tenggelam dalam syahwatnya dan berkubang dengan berbagai kelezatan, mengira bahwa mereka itu jauh sekali dari pembalasan dari Allah Ta’ala.
Mereka tidak mengetahui bahwa di antara sunnatullah (ketetapan Allah yang tidak akan berubah) terhadap orang-orang semacam itu adalah bahwa Allah memberikan berbagai kenikmatan kepada mereka sebagai bentuk istidroj bukan sebagai penghormatan dari-Nya.
Setelah itu, Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka saat mereka lalai. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ * فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ * فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴾ [الأنعام: 42-45].
42. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
43. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.
44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
45. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. [Al-An’am: 42-45]
dalam sebuah hadits dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu dari Nabi ﷺ disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda,
إذا رأيت الله يعطي العبد من الدنيا على معاصيه ما يحب فإنما هو استدراج))، ثم تلا رسول الله صلى الله عليه وسلم: ﴿ فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلّ شَيْء حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُّبْلِسُونَ ﴾ رواه الإمام أحمد.
”Apabila kamu melihat Allah memberi dunia kepada seorang hamba sementara dia melakukan berbagai maksiat yang dia sukai, maka itu hanyalah istidroj.” Kemudian Rasulullah ﷺ membaca,
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلّ شَيْء حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُّبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. [Al-An’am: 44] [Hadits riwayat Imam Ahmad]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Shalat Khusus Ketika Terjadi Gempa?
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Bila ada kejadian gerhana matahari atau gerhana bulan kaum muslimin disunnahkan untuk melaksanakan shalat sunnah kusuf dan khusuf.
Namun untuk kejadian berupa gempa bumi di suatu daerah tertentu adakah shalat yang disunnahkan bagi kaum muslimin di wilayah tersebut?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid pernah ditanya dengan pertanyaan semacam ini beliau menjawab, “Ya, dianjurkan shalat saat terjadi peristiwa seperti gerhana atau gempa bumi, badai yang dahsyat dan angin yang menakutkan yang terus menerus terjadi serta banjir yang menghancurkan.
Hal ini berdasarkan sebuah riwayat yang shahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau melaksanakan shalat saat terjadi bencana gempa di Bashrah sebagaimana shalat Kusuf, kemudian beliau berkata, “Inilah shalatul aayaat.” Hadits ini diriwayatkan ole Ibnu Abi Syaibah (2/472) dan ‘Abdurrazaq (3/101) dan Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro (3/343).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berpendapat disyariatkannya Sholatul Aayaat secara sendiri-sendiri dan tidak disyariatkan dilakukan secara berjamaah. [lihat Al-Majmu’ (5/61) karya Imam An-Nawawi][iv]
Maksud Shalatul aayaat adalah shalat saat terjadi peristiwa-peristiwa alam yang menunjukkan kebesaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian khutbah Jumat yang bisa kami sampaikan mengenai pandangan seorang Muslim terhadap musibah gempa bumi.
Doa Penutup
Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita semua dan seluruh kaum Muslimin dari segala musibah. Mari kita akhiri khutbah jumat tentang gempa kali ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ أَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ وَ اْلمُشْرِكِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ،
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ, وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ, وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[i] https://islamqa.info/ar/answers/120034/
[ii] https://www.alukah.net/culture/0/54723/
[iii] https://www.alukah.net/sharia/0/30491/
[iv] https://islamqa.info/ar/answers/
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jumat
– Innalillahi Wa innaa Ilaihi Raji’un Artinya