Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan nikmat-Nya yang luas tanpa batas kepada kita semuanya, terutama nikmat Iman , Islam, keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki, sehingga kita bisa hadir ke masjid ini untuk menjalankan kewajiban ibadah shalat Jumat dengan mudah, aman dan nyaman.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi yang mulia, pemimpin para nabi dan rasul, Muhammad ﷺ, keluarganya , para sahabatnya dan kaum Muslimin yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh kepatuhan, keikhlasan dan kesabaran hingga akhir zaman.
Kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita berusaha terus menerus untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki di mana pun kita berada.
Dengan takwa kepada Allah, maka kesulitan hidup yang membelit kita akan diberi jalan keluar dan kita akan diberi rezeki dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Allah Ta’ala befirman di dalam surat Ath-Thalaq : 2 dan 3:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا . وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
BIla kita benar-benar bertakwa, maka Allah Ta’ala akan memberikan kemampuan kepada kita untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, antara haq dan bathil dan diampuni dosa-dosa kita.
Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ – ٢٩
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar.
Kebiasaan Rasul ﷺ berpuasa di Bulan Sya’ban
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melimpahkan nikmat-Nya kepada para hamba-Nya dengan memberikan waktu-waktu atau masa-masa atau musim-musim tertentu, untuk menambah dan meningkatkan amal, ketaatan dan ibadah di dalamnya dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan demikian, amal-amal di dalamnya mendapatkan barokah, dengan barokah waktu yang ada di dalamnya. Di antara waktu yang mendapatkan perhatian Nabi ﷺadalah bulan Sya’ban. Di bulan ini Nabi ﷺmemperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa dia berkata,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
”Nabi ﷺ belum pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya.”
Kemudian dalam sebuah hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dia berkata,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
Aku tidak pernah melihat Nabi ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali Sya’ban dan Ramadhan.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi]
Perlu dijelaskan di sini bahwa penyataan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa “Nabi ﷺ berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya,” Itu tidak berarti bahwa beliau berpuasa satu bulan penuh. Sebab, menurut Imam Abdullah Ibnul Mubarak, sebagaimana dinukil oleh Imam At-Tirmidzi, dalam bahasa Arab dibolehkan mengatakan telah berpuasa sebulan penuh bagi orang yang berpuasa pada sebagian besar hari dalam satu bulan tersebut.
Terdapat dalil yang menguatkan pendapat bahwa Nabi ﷺ tidak pernah berpuasa satu bulan penuh di bulan Sya’ban yaitu hadits yang diriwayatkan Muslim (746) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa dia berkata,
وَلا أَعْلَمُ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِي لَيْلَةٍ ، وَلا صَلَّى لَيْلَةً إِلَى الصُّبْحِ ، وَلا صَامَ شَهْرًا كَامِلا غَيْرَ رَمَضَانَ
Dan tidak aku ketahui Nabi Allah ﷺ membaca Al-Quran secara keseluruhan dalam semalam, dan tidak pula shalat di malam hari hingga shubuh dan tidak pula berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan,”
Kemudian juga dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari (1971) dan Muslim(1157) dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,
مَا صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا كَامِلا قَطُّ غَيْرَ رَمَضَانَ
”Nabi ﷺ tidak pernah berpuasa satu bulan penuh sama sekali selain Ramadhan.”
Demikianlah semangat Nabi ﷺ dalam mentaati Rabb-nya, padahal beliau telah diampuni kesalahannya baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Demikian pula dengan para sahabat Nabi ﷺ. Mereka itu apabila diseru untuk melakukan ketaatan, mereka saling berlomba dalam ketaatan.
Seolah dalam hati mereka telah terukir ayat berikut:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa… [Ali-Imran: 133]
Keutamaan Puasa Sya’ban
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apakah keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Apakah hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban?
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata di dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari (4/251), setelah menukil beberapa pendapat tentang hikmah tersebut,
”Yang lebih utama mengenai hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasai dan Abu Dawud serta dinyatakan Shahih oleh Ibnu Khuzaimah dari Usamah bin Zaid, ia berkata,
قُلْت : يَا رَسُول اللَّه ، لَمْ أَرَك تَصُومُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان , قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان , وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
”Aku berkata,”Wahai Rasulullah! Saya tidak melihat Anda berpuasa di satu bulan dari berbagai bulan yang ada sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.”
Rasulullah ﷺ bersabda, ”Bulan itu adalah bulan di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan yang manusia lalai terhadapnya. Pada bulan itu amalan diangkat kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Maka aku suka amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.”
[Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini hasan di dalam Shahih Sunan An-Nasa’i hadits no. 2221][i]
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata, ”Di dalam hadits tersebut terdapat dalil dianjurkannya memanfaatkan waktu-waktu saat kebanyakan orang sedang dalam keadaan lengah atau lalai dari melakukan ketaatan.
Kemudian, hadits itu juga menunjukkan bahwa melakukan ketaatan saat lengahnya manusia adalah disukai oleh Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana dahulu para salaf melakukannya.
Menghidupkan waktu yang manusia sedang lalai melakukan ketaatan itu memiliki sejumlah faedah:
- Ketaatan yang dilakukan menjadi lebih tersembunyi dan menyembunyikan amal ketaatan itu lebih utama. Apabila puasa, sesungguhnya puasa itu rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya. Ada yang berpendapat tidak ada riya’ dalam puasa.
- Terasa lebih berat dalam melakukan ketaaatan.
Amal yang paling utama adalah yang paling berat dirasakan oleh jiwa manusia. Sebab, orang – orang itu akan mengikuti keadaan sesama manusia yang dia saksikan. Bila kesadaran manusia dan ketaatan mereka tersebar luas, para pelaku ketaatan menjadi banyak karena banyaknya orang yang mengikutinya sehingga ketaatan menjadi terasa mudah.
Apabila terjadi banyak kelalaian dan kebanyakan orang mengikutinya, maka jiwa orang-orang yang sadar menjadi terasa berat untuk melakukan ketaatan karena sedikitnya orang-orang yang bersama mereka dalam ketaatan tersebut.
- Makna inilah yang dimaksud oleh sabda Nabi ﷺ , ”Orang yang beramal dari kalangan mereka (yaitu kaum Muslimin yang tidak pernah bersahabat dengan Nabi ﷺ ,pent) mendapatkan pahala limapuluh orang dari kalian. Kalian mendapati orang-orang yang menolong dalam melakukan kebaikan sedangkan mereka tidak mendapatinya.”
- Sesungguhnya orang yang sendirian melakukan ketaatan di tengah para pelaku maksiat dan kelalaian, terkadang mencegah bencana dari menimpa semua manusia. Seolah dia sedang membela dan melindungi mereka. [Lathaiful Ma’arif, ha. 191-193][ii]
Rahasia Disunnahkan Memperbanyak Puasa Di Bulan Sya’ban
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Sesungguhnya bersungguh – sungguh dalam menjalani ketaatan di bulan Sya’ban itu termasuk perkara yang akan membantu untuk bisa bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan di bulan Ramadhan.
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H) berkata,
إِنَّ صِيَامَ شَعْبَانَ كَالتَّمْرِينِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ لِئَلاَّ يَدْخُلَ فِي صَوْمِ رَمَضَانَ عَلَى مَشَقَّةِ وَكُلْفَةٍ، بَلْ قَدْ تَمَرَّنَ عَلَى الصِّيَامِ وَاعْتَادَهُ، وَوَجَدَ بِصِيَامِ شَعْبَانَ قَبْلَهُ حَلاَوَةَ الصِّيَامِ وَلَذَّتَهُ، فَيَدْخُلُ فِي صِيَامِ رَمَضَانَ بِقُوَّةٍ وَنَشَاطٍ، وَلَمَّا كَانَ شَعْبَانُ كَالْمُقَدِّمَةِ لِرَمَضَانَ شُرِعَ فِيهِ مَا يُشْرَعُ فِي رَمَضَانَ مِنَ الصِّيَامِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ؛ لِيَحْصُلَ التَّأَهُّبُ لِتَلَقِّي رَمَضَانَ، وَتَرْتَاضُ النُّفُوسُ بِذَلِكَ عَلَى طَاعَةِ الرَّحْمَنِ
”Sesungguhnya puasa bulan Sya’ban seperti latihan bagi puasa bulan Ramadhan agar saat memasuki bulan Ramadhan tidak merasa berat dan terbebani. Namun sudah dalam keadaan terlatih dan terbiasa dengan puasa.
Juga, agar mendapati rasa manis dan lezatnya puasa Sya’ban sebelumnya sehingga memasuki puasa Ramadhan dengan perasaan kuat dan semangat.
Hal ini karena Sya’ban merupakan pendahuluan bagi Ramadhan, disyariatkan di bulan Sya’ban apa yang disyariatkan di bulan Ramadhan berupa puasa dan membaca Al-Quran.
Tujuannya adalah agar bersiap sedia untuk menghadapi dan menyambut bulan Ramadhan, serta melatih jiwa dengan hal itu untuk mentaati Ar-Rahman, Allah Yang Maha Pengasih.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا.
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
Sebagian Hukum Fikih Terkait Bulan Sya’ban
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Terkait memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, ada ketentuan yang harus dipahami dengan baik agar kita tidak melakukan pelanggaran, karena semangat yang kuat tanpa ilmu yang benar, bisa menjerumuskan seseorang kepada kesalahan.
Bagi seorang muslim yang tidak biasa melakukan puasa Senin-Kamis atau puasa Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka, maka dia tidak boleh berpuasa satu hari atau dua hari sebelum Ramadhan sebagai bentuk kehati-hatian terhadap bulan Ramadhan.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ﷺbersabda,
لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
”Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari kecuali seseorang yang punya kebiasaan berpuasa, maka ia boleh berpuasa.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082.]
Larangan yang ada di dalam hadits ini bersifat haram bukan makruh berdasarkan pendapat yang lebih shahih sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ibnu Hajar, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan Al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts wal Ifta’ .[iii]
Dalam sebuah hadits dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,
مَنْ صَامَ اليَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
”Siapa yang berpuasa pada hari yang diragukan maka sungguh telah bermaksiat kepada Abu Al-Qasim ﷺ.”
[Hadits riwayat Ahmad dan Ahlus Sunan. Syaikh Abdul Azis bin Baz menyatakan isnadnya shahih dan dihukumi marfu’. Lihat Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Asy-Syaikh Ibni Baz, 15/410]
Dalam sebuah hadits dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,
مَنْ صَامَ اليَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
”Siapa yang berpuasa pada hari yang diragukan maka sungguh telah bermaksiat kepada Abu Al-Qasim ﷺ.”
[Hadits riwayat Ahmad dan Ahlus Sunan. Syaikh Abdul Azis bin Baz menyatakan isnadnya shahih dan dihukumi marfu’. Lihat Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Asy-Syaikh Ibni Baz, 15/410]
Selain orang yang biasa melakukan puasa sunnah, yang dikecualikan dari larangan tadi adalah orang-orang yang mengqodho’ atau mengganti hutang puasa Ramadhan atau orang yang sedang melaksanakan puasa wajib selain Ramadhan yaitu karena nadzar atau membayar kafarah.
Doa Penutup
Demikianlah khutbah tentang puasa Sya’ban yang bisa kami sampaikan. Bila ada kebenaran di dalamnya maka dari Allah Ta’ala semata karena rahmat dan karunia-Nya. Dan bila ada kesalahan di dalamnya , maka dari kami dan setan.
Semoga Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahan kami dan kaum Muslimin. Marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menutup khutbah ini.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[i] https://islamqa.info/ar/answers/13729/%D9%87%D9%84-%D9%8A%D8%B3%D8%AA%D8%AD%D8%A8-%D8%B5%D9%8A%D8%A7%D9%85-%D8%B4%D8%B9%D8%A8%D8%A7%D9%86-%D9%83%D8%A7%D9%85%D9%84%D8%A7
dan https://www.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&idfrom=3604&idto=3606&bk_no=52&ID=1247
[ii] http://www.saaid.net/mktarat/12/8-21.htm
[iii] Lihat: https://islamqa.info/ar/answers/13711/%D9%85%D8%A7-%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%B5%D9%88%D9%85-%D9%8A%D9%88%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%83 dan https://ferkous.com/home/?q=ahkam-15
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Khutbah Jum’at Singkat Terbaru
– Khutbah Jum’at Puasa Tasu’a Asyura