Hukum Menulis Lafadz Allah dan Muhammad di Masjid

Hukum Menulis Lafadz Allah dan Muhammad di Masjid – Saat shalat di masjid, sering kita jumpai berbagai hiasan di dinding masjid. Kebanyakan berbentuk kaligrafi ayat-ayat Al Quran. Sebagiannya berupa tulisan hadits-hadits Nabi  ﷺ .

Namun tidak sedikit yang menulis lafazh Allah dan Muhammad baik di atas mihrab, di arah kiblat maupun di dinding mimbar. Lantas bagaimanakah hukum menulis lafazh Allah dan Muhammad di masjid? Pembahasan ini masih terkait dengan hukum menghias masjid.

Tulisan berikut akan memberikan penjelasan hukum tersebut secara ringkas dan jelas.

Larangan Mengikuti Langkah Setan

Sesungguhnya mengikuti langkah-langkah setan itu akan mengantarkan kepada akibat-akibat yang buruk. Oleh karena itu, Allah ﷻ  telah memperingatkan dari perbuatan tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar…” [An-Nur: 21]

Kaum Nuh ‘alahis salam telah berjalan pada apa yang dikehendaki oleh setan ketika mereka menggambar orang-orang shalih dari kaumnya untuk mengingatkan mereka dalam masalah ibadah.

Mereka melangkah satu langkah demi satu langkah sehingga mereka terjerumus ke dalam sikap ekstrim berupa menjadikan orang-orang shalih sebagai tandingan-tandingan yang mereka sembah selain Allah Ta’ala.

Di antara Bentuk Mengikuti Langkah Setan

Di antara contoh bentuk mengikuti langkah-langkah setan adalah apa yang kita lihat pada hari ini tersebar luas di berbagai masjid dan di selain masjid. Namun yang di masjid itu lebih mungkar dan lebih berbahaya.

Pada masa sekarang ini banyak masjid yang dihias secara berlebihan. Ini merupakan pembenaran atas apa yang telah diberitakan oleh Nabi ﷺ bahwa itu termasuk tanda hari kiamat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,’Rasulullah ﷺ bersabda:

 “Kiamat tidak akan datang hingga manusia berbangga-bangga dengan masjid.” [HR Ibnu Majah no. 739 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah (604)]

Bila demikian halnya, lantas bagaimana jika di dalam masjid itu ada tulisan yang diharamkan karena merupakan bentuk ghuluw (sikap ekstrim) atau bentuk pujian berlebihan sebagaimana yang telah umum dan tersebar berupa sesuatu yang dtulis di kiblat masjid dan di atas dinding seperti tulisan lafazh Al Jalalah (الله) dan tulisan محمد (nama Rasul ﷺ).

Ini merupakan bentuk ghuluw yang diperingatkan oleh Allah ﷻ   dalam firman-Nya:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَلاَ تَقُولُواْ ثَلاَثَةٌ انتَهُواْ خَيْراً لَّكُمْ إِنَّمَا اللّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَات وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” [An-Nisa’: 171]

Larangan Bersikap Ghuluw (Ekstrim)

Hukum Menulis Lafadz Allah dan Muhammad di Masjid atau mushola
Sumber: https://atarh.net/

Orang-orang Nashara itu telah bersikap ekstrim terhadap ‘Isa ‘alaihis salam sehingga mereka mendakwakan bahwa Isa itu sesembahan bersama Allah. Maha Tinggi Allah dengan ketinggian yang jauh.

Nabi ﷺ telah memperingatkan umatnya dari sikap ghuluw dengan bersabda:

 “Wahai manusia jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya sikap berlebih-lebihan dalam agama itu telah membinasakan  orang-orang sebelum kalian.” [HR Ibnu Majah no. 3029 dan An Nasa’i no. 3057 dengan lafazh (فإنما أهلك) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah (2455).

Penulisan lafazh Allah dan Muhammad (di masjid) ini masuk kategori sikap ghuluw dalam beragama.

Penjelasan Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al Ilmiyyah Wal ifta’

Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al Ilmiyyah wal Ifta’ pernah ditanya sebagai berikut:

“Saya ingin mengajukan kepada anda satu pertanyaan yang menjadi perselisihan di antara sejumlah orang yaitu ada tulisan kata (الله) dan kata محمد dalam bentuk tulisan yang saling masuk (berkelindan) di antara kedua tulisan tersebut di Muhafazhah Idlib seperti ini…..

Sebagian dari mereka berkata,”Penulisan seperti  ini tidak boleh dengan bentuk seperti itu. Mereka berargumen bahwa dengan demikian Muhammad ﷺ berada pada kedudukan Allah. Ini tidak masuk akal. Sementara yang lain mengatakan tidak ada yang haram dalam penulisan seperti itu.

Karena Allah ﷻ   nama-Nya berada di samping nama Rasul-Nya Muhammad ﷺ. Saya berharap dari anda sekalian bimbingan yang benar. Kami ucapkan terima kasih banyak.?

Jawab:

Yang terdapat dalam nash-nash syariah adalah mengiringkan antara syahadat  untuk Allah dengan tauhid dan syahadat untuk Nabi-Nya ﷺ dengan kerasulan dalam beberapa tempat. Di antaranya, mengiringkan keduanya dalam adzan dan iqamat untuk shalat. Dalam hadits disebutkan:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Islam itu didirikan di atas lima: kesaksian bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah.”

Dan selainnya, disertai penjelasan apa yang wajib untuk diimani, kepada para mukallaf, dalam kaitannya dengan masing-masing dari dua syahadat tersebut yang dia harus ketahui. Seperti perkataan seorang mukallaf: لا إله إلا الله محمد رسول الله

Adapun mencampur keduanya (mengkombinasikannya) secara penulisan maka tidak ada dasarnya dalam kitab Allah dan sunnah Nabi ﷺ. Selain itu, dalam pencampuran kedua lafazh tersebut terdapat bahaya besar.

Dalam pencampuran dua lafazh tersebut terdapat penyerupaan terhadap akidah orang-orang Nashara yang batil yaitu trinitas, bahwa Bapak, Anak dan Ruhul Qudus itu satu Ilah (sesembahan).

Di dalamnya juga terdapat simbol akidah batil yaitu akidah wihdatul wujud (kesatuan antara makhluk dan sang pencipta).

Di dalamnya juga terdapat sarana yang mengantarkan kepada sikap ghuluw terhadap Rasul ﷺ dan beribadah kepadanya bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berdasarkan hal ini, wajib untuk melarang penulisan nama Allah Ta’ala dan nama Rasul-Nya ﷺ dalam bentuk semacam itu. Dalam bentuk huruf-huruf keduanya saling masuk dalam satu tulisan, huruf-huruf masing-masing nama itu saling memotong nama satu sama lain.

Bahkan tidak diperbolehkan untuk menulis (الله – محمد) di pintu masjid dan tidak pula pada selainnya karena di dalamnya terdapat khayalan dan perdayaan serta karena adanya peringatan-peringatan serta lainnya.

Wabillahit taufiq. Semoga shalawat dan salam tercurah atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. [Fatawa Al Lajnah Ad Daimah no. 8377]

Baca juga: Contoh Hiasan Dinding Kaligrafi Arab Modern

Peringatan Nabi ﷺ Agar Tidak Bersikap Ghuluw dalam Memuji Dirinya

Nabi ﷺ telah memperingatkan dari berlebihan dalam memuji yang dilakukan oleh orang-orang Nashara. Terdapat riwayat dari Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:

“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullah wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya).” [HR Al Bukhari no. 3261]

Nabi ﷺ menutup setiap pintu yang akan mengantarkan kepada kemusyrikan.

Dari Anas bin Malik  radhiyallahu ‘anhu, bahwa sejumlah orang mendatangi Rasulullah ﷺ kemudian berkata kepadanya, ”Wahai Rasulullah, wahai orang terbaik kami dan anak orang terbaik kami! Wahai tuan kami dan anak tuan kami !

Maka Rasulullah ﷺ bersabda,”Wahai manusia, Jagalah perkataan kalian. Jangan sampai setan menyesatkan kalian. Aku Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang Allah Azza wa Jalla telah memposisikanku di situ.”

[ HR. An Nasa’i, dalam As Sunan Al Kubra (10077) dan Ahmad (12551) dengan sedikit perbedaan. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Ghayatul Maram, hal. 127]

Antara pencipta dan makhluk itu harus dibedakan, tidak diiringkan, tidak disetarakan di antara keduanya. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah ﷺ :

Apa yang Allah kehendaki dan apa yang anda kehendaki. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya:

“Apakah kamu menjadikan aku dan Allah itu setara?. Tapi, katakanlah Apa yang Allah kehendaki, sendiri saja.”

[Musnad Ahmad (1839). Syu’aib Al Arnauth berkata dalam komentar atas Al Musnad, Shahih lighairihi (1/214)][i]

Demikian penjelasan hukum menulis lafazh Allah dan Muhammad di masjid secara ringkas.

Padahal, ditinjau dari nominal, biaya menulis lafadz Allah dan Nabi Muhammad di dinding masjid cukup mahal. Padahal, biaya tersebut akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk hal yang lain.

Contohnya adalah jam digital masjid running text. Jam ini akan lebih mengingatkan jama’ah dan takmir masjid untuk tepat dapat shalat tepat waktu. Running text juga dapat digunakan untuk menampilkan berbagai informasi keislaman seperti doa, hadits, ayat al qur’an atau pemberitahuan jadwal kajian dan lainnya.

Sehingga akan lebih banyak manfaatnya untuk seluruh jama’ah masjid.

Semoga tulisan diatas bermanfaat bagi kaum Muslimin.

[i] Sumber: https://alimam.ws/ref/1709 (dengan diringkas)

Leave a Comment