Perbedaan Zindiq dan Munafik Dalam Islam

Kita sering membaca dan mendengar istilah munafik dan zindiq. Namun bisa jadi kita belum sepenuhnya memahami arti sebenarnya dari dua kata tersebut. Apakah perbedaan antara munafik dan zindiq? Apakah ada persamaan antara munafik dan zindiq ? Itu yang terkadang menggelitik rasa ingin tahu kita.

Berikut ini penjelasan ringkas mengenai perbedaan sekaligus persamaan antara munafik dan zindiq berdasar penjelasan dari mereka para ahli ilmu.

Semoga penjelasan ini bisa menambah pengetahuan kita tentang persoalan munafik dan zindiq. Pemahaman yang benar tentang dua kata ini jelas akan sangat bermanfaat. Terutama dalam kaitannya dengan persoalan tipologi manusia dilihat dari sudut pandang ajaran Islam.

Perbedaan Dari segi bahasa

Pengertian Zindiq

Kata زندقة ‘zandaqah’ merupakan lafazh non Arab yang diterjemahkan (diserap) ke dalam Bahasa Arab. Diambil dari Bahasa Persia setelah kemunculan Islam dan Bangsa Arab.[i]

Kata زندقة ‘zandaqah’ merupakan kata yang diserap ke dalam Bahasa Arab dari Bahasa Parsi (Persia) dipakai Bangsa Arab sejak masa permulaan sejarah Islam untuk menyebut sekelompok orang Atheis (Mulahidah). Menemukan jalan masuk ke kamus Bahasa Arab semenjak abad ke 2 Hijriah.

Al Khalil berkata di dalam kamus Arab terdahulu ( yaitu kitab Al ‘Ain): زندقة الزّنديق : tidak beriman kepada akhirat dan rububiyah Allah. Ada yang mengatakan: tidak beriman dengan akhirat dan keesaan Khaliq (Sang Pencipta).[ii]

Pengertian Nifaq

Sedangkan kata Nifaq (اَلنِّفَاقُ) berasal dari kata نَافَقَ-يُنَافِقُ-نِفَاقاً ومُنَافَقَةً yang diambil dari kata النَّافِقَاءُ (naafiqaa’). Nifaq secara bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata النَّفَقُ (nafaq) yaitu lobang tempat bersembunyi. [Lihat an-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits (V/98) oleh Ibnul Atsiir][iii]

Pelaku zandaqah disebut orang zindiq sedangkan pelaku nifaq disebut orang munafik

Perbedaan dari segi penggunaan

Penggunaan Kata Nifaq

Kata Nifaq dipakai sebagai sebutan bagi setiap perbedaan antara hati dan lisan, antara yang tersembunyi dan yang kelihatan dan antara masuk dan keluar. Ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah, seorang tokoh ulama Tabi’in:

مِنَ النِّفَاقِ اِخْتِلاَفُ القَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَاخْتِلاَفُ السِّرِّ وَالعَلاَنِيَّةِ ، وَاخْتِلاَفُ الدُّخُوْلِ وَالخُرُوْجِ

“Termasuk ke dalam kategori nifaq (kemunafikan) adalah berbedanya antara hati dan lisan, berbedanya antara sesuatu yang tersembunyi dan yang kelihatan, berbedanya antara yang masuk dan yang keluar.” [Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:490]

Dengan demikian terkadang istilah nifaq dipakai untuk menyebut suatu perbuatan yang tidak ada hubungannya dengan kekafiran. Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam: “Bab Tidak Disukainya Memuji Penguasa dan Ketika Meninggalkannya Lalu Berbicara Berbeda dengan Hal itu”:

“Ada sejumlah orang yang berkata kepada Abdullah bin Umar,”Sesungguhnya kami masuk menemui para penguasa kami lalu kami berkata kepada mereka yang berbeda dengan apa yang kami bicarakan ketika kami keluar dari sisi mereka.” Ibnu Umar kemudian berkata,’Kami dahulu menganggap hal semacam itu sebagai nifaq (kemunafikan). HR Al Bukhari: 7178

Kata munafik banyak digunakan dalam Al Quran dan As sunnah. Tidak demikian halnya dengan zindiq. Tidak didapati kata zindiq di dalam al Quran maupun as sunnah.

Penggunaan Kata Zindiq

Kata zindiq digunakan secara umum untuk orang yang beriman dengan Kitab Majusi. Kemudian meluas pemakaiannya untuk setiap orang yang meragukan Agama Islam atau menentang sesuatu yang diajarkan oleh agama Islam atau berkata dengan perkataan sebagian orang kafir.

Para fuqaha menggunakan kata tersebut secara umum untuk menyebut orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran dan memperlihatkan keislaman. Sebagian dari mereka menggunakannya secara umum untuk menyebut orang-orang Jahmiyah.

Sementara Imam Ahmad rahimahullah menggunakan kata tersebut untuk menyebut para ulama Mu’tazilah. Sebagian Fuqaha menjadikannya sebagai sebutan bagi Dahriyah (sebutan para ulama untuk kaum ateis masa silam) dan sebagiannya lagi menjadikannya sebagai sebutan bagi Tsanawiyah Majusi (yaitu ajaran yang mengajak untuk melakukan penyembahan kepada Cahaya (Nur) dan Kegelapan (Zhulmah).[iv]

Sementara menurut Syaikh Abdul Azis bin Abdullah Al Rajihi, secara umum zindiq itu sebutan bagi orang-orang yang berlepas diri dari Agama Islam. Asal kata Zindiq dari Bahasa Persia kemudian diserap ke dalam Bahasa Arab. Pada masa kita saat ini orang munafik semacam ini disebut dengan orang sekuler.

Orang sekuler adalah orang munafik yang menampakkan Islam dan menyembunyikan kekafiran. Maka Anda dapati mereka menyamarkan diri dengan nama Islam namun menyebarkan ateisme dan kezindikan. Selain itu mereka juga menyebar luaskan kerusakan di kalangan orang-orang Muslim. [Syarh Kitab As Sunnah lil Barbahari; Hadits ke 10][v]

Diantara mereka ada juga yang menyebarkan dan membela ajaran yang bukan dari Islam. Sebagai contoh adalah Valentine’s Day. Padahal Valentine’s Day dalam Islam, hukumnya adalah haram. Sebab, itu merupakan salah satu bentuk tasyabbuh bil kuffar.

Perbedaan Dari segi pengertian istilah

Perbedaan Istilah Zindiq dan Munafik

Istilah Nifaq

Pengertian Nifaq (kemunafikan) secara istilah syar’I adalah perkataan lisan atau perbuatan yang berbeda dengan perkataan dan keyakinan yang terdapat di dalam hati. [lihat ‘aridhotul Ahwadzi: 10/97].[vi]

Atau nifaq adalah menutupi kekafirannya dan menampakkan imannya. Nifaq ini merupakan sebutan Islami yang tidak dikenal oleh Bangsa Arab dengan maknanya yang bersifat khusus. Meskipun asal kata tersebut secara Bahasa telah dikenal. [lihat An Nihayah fi Gharibil hadits wal atsar: 5/98; Lisanul ‘Arab: 10/359; Al Iman li Ibni Taimiyyah hal 284][vii]

Istilah Zindiq

Sedangkan pengertian zandaqah secara istilah: At Tahanawi (Muhammad Ali At Tahanawi, ulama India wafat tahun 1191 H) berkata,”Zindiq adalah Ats Tsanawi (sebuah aliran kepercayaan) yang menyatakan adanya dua sesembahan (dua ilah) yaitu cahaya dan kegelapan. Keduanya dinamakan dengan Yazdan dan Ahriman. Tuhan Cahaya itu adalah pencipta kebaikan sedangkan Tuhan Kegelapan itu adalah pencipta kejahatan yaitu setan.

Ada yang mengatakan bahwa Zindiq itu adalah orang yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala dan akhirat. Ada juga yang mengatakan bahwa zindiq adalah orang yang menampakkan iman dan menyembunyikan kekafiran.”[viii]

Menurut Jumhur Fuqaha Zandaqah adalah menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran. Maka Zindiq adalah orang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran. Imam Ad Dasuqi berkata,’ Zindiq di masa awal Islam dinamakan dengan munafik. Sementara para Fuqaha menyebutnya dengan zindiq.

Sedangkan menurut madzhab Hanafi dan sebagian madzhab Syafi’I, Az Zandaqah adalah tidak memeluk sebuah agama (Diin) atau perkataan bahwa masa (zaman) itu bersifat abadi dan keyakinan bahwa harta dan kehormatan itu berserikat. [lihat Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah][ix]

Para Fuqaha telah sepakat bahwa zandaqah (kezindikan) itu merupakan kekafiran. Mereka juga bersepakat bahwa keterangan dan ciri orang munafik dalam Al Quran dan As Sunnah juga mencakup orang Zindiq.[x]

Perbedaan Jenis / Tingkatan Nifaq dan Zindiq

Jenis / Tingkatan Nifaq

Menurut Ulama ahlus sunnah wal jama’ah, ada tingkatan kemunafikan. Nifaq (kemunafikan) ada dua macam:

  1. Nifaq Akbar (kemunafikan besar).

Yaitu menyembunyikan kekafiran di dalam hati dan menampakkan iman di lisan dan anggota badan. 

Jenis kemunafikan yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Dan bila meninggal dalam keadaan belum bertaubat maka dia mati dalam keadaan kafir. Di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam bersama orang-orang kafir kekal di dalamnya. Bahkan orang munafik jenis ini akan ditaruh di bagian paling bawah dari neraka.[xi]

  1. Nifaq Ashghar (kemunafikan kecil).

Jenis kemunafikan ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Sebagian ulama menyebutnya dengan Nifaq Amali dan adanya perbedaan antara yang tersembunyi dan yang kelihatan dalam masalah kewajiban. Kemunafikan jenis ini merupakan pengantar dan jalan menuju kemunafikan besar. Misalnya, bohong, menyelisihi janji, berkhianat terhadap amanat, mencederai perjanjian. [xii]

Baca juga: Materi Khutbah Jum’at Lengkap

Jenis / Tingkatan Zindiq

Sementara itu, untuk zandaqah (kezindikan) tidak dikenal ada tingkatan-tingkatan. Ini karena berdasarkan kesepakatan para fuqaha zandaqah itu merupakan kekafiran. Jadi hanya ada satu jenis saja. Ini berarti merupakan bentuk Nifaq Akbar. Maka dari itu, tidak mengherankan bila para fuqaha menyebut zindiq di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu disebut dengan munafik.

Jadi pada prinsipnya, dari tinjauan istilah syar’I, tidak ada perbedaan antara zindiq dan munafik. Ini sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

” الزنديق في عرف هؤلاء الفقهاء : هو المنافق الذي كان على عهد النبي صلى الله عليه وسلم ؛ وهو أن يظهر الإسلام ويبطن غيره سواء أبطن دينا من الأديان : كدين اليهود والنصارى أو غيرهم ، أو كان معطلا جاحدا للصانع والمعاد والأعمال الصالحة .

“Zindiq dalam ‘urf (kebiasaan) para Fuqaha adalah orang munafik pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu orang yang menampakkan Islam dan menyembunyikan selain Islam baik yang dia sembunyikn itu sebuah agama seperti Yahudi dan Nashara atau selain agama tersebut, atau orang yang menafikan dan menentang Pencipta dan Akhirat dan amal shaleh.” [Majmu’ Al Fatawa: 7/472]

Dari penjelasan di atas kita bisa memahami dengan baik mengapa di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – bahkan hingga saat ini – orang-orang munafik banyak menimpakan berbagai musibah kepada prbadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, keluarganya dan kaum Muslimin secara umum.

Ini karena memang mereka itu hakikatnya orang kafir yang memendam hawa permusuhan yang sangat kuat kepada Islam dan kaum Muslimin. Tercatat dalam sejarah sejumlah makar mereka yang sangat berbahaya. Misalnya, dalam perang Bani Musthaliq (5 H) mereka memunculkan sentimen kelompok antara Muhajirin dan Anshar agar saling memusuhi.

Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi memadamkan fitnah tersebut dengan sangat cepat. Beliau mengambil tindakan tegas. Beliau mengajak pasukan Anshar dan Muhajirin untuk segera berangkat meneruskan perjalanan sejak pagi sampai sore kemudian dilanjutkan langsung malamnya hingga pagi.

Kelelahan dalam perjalanan tidak memberi kesempatan sedikit pun kepada para shahabat Anshar dan Muhajirin untuk membicarakan fitnah tersebut. Begitu sampai di tempat peristirahatan mereka langsung tertidur kelelahan. Akhirnya fitnah tersebut menguap dengan sendirinya.

Namun setelah itu terjadi fitnah kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dicintai oleh Nabi. Fitnah ini berhasil mengguncang keluarga Rasulullah dan masyarakat Madinah saat itu. Namun Allah berkehendak untuk membongkar kejahatan mereka dan membersihkan ‘Aisyah dari tuduhan jahat tersebut.

Belum puas sampai di situ, mereka menjadikan masjid untuk memecah belah persatuan umat Islam dan markas militer pasukan Romawi dalam memerangi umat Islam di Madinah. Masjid ini dikenal dalam sejarah pembangunan Masjid Dhirar. Belum sempat mereka menjalankan makar tersebut, Allah Ta’ala membongkarnya.

Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa zindiq dan munafik itu ada perbedaan dan ada persamaan. Perbedaannya adalah dari segi asal kata dan dari penggunaannya. Sedangkan persamaannya adalah dari segi pengertiannya secara istilah syar’i. Kemudian untuk jenis kemunafikan akbar itu sama dengan zindiq.

Semoga bermanfaat.

[i] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/52193/

[ii] Lihat: http://iswy.co/e14p4c

[iii] Lihat: https://almanhaj.or.id/3164-nifaq-definisi-dan-jenisnya.html

[iv] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/52193/

[v] Lihat: https://www.feqhweb.com/vb/t20574.html

[vi] Lihat: https://www.dorar.net/aqadia/3623/%D8%A3%D9%88%D9%84%D8%A7:

[vii] ibid

[viii] Lihat: http://iswy.co/e14p4c

[ix] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/129779/

[x] Lihat: https://www.islamweb.net/ar/fatwa/52193/

[xi] Lihat: https://www.dorar.net/aqadia/3625/%D8%AB%D8%A7%D9%86%D9%8A%D8%A7:

[xii] ibid

Leave a Comment