Membangkitkan Sentimen Kelompok di antara Orang Beriman adalah salah satu kejahatan orang-orang munafik. Mereka sesungguhnya adalah musuh dalam selimut. Mereka secara lahir menampakkan jati diri sebagai Muslim.
Terkadang tampilan lahirnya melebihi orang Muslim kebanyakan. Begitu islaminya. Bahkan, mereka juga mau terjun ke medan juang dengan resiko kematian. Mereka mau ikut berperang di jalan Allah.
Namun, tujuan mereka bukanlah ridha Allah Ta’ala dan pahala-Nya. Tujuannya bukan hendak memenangkan Islam dan kaum Muslimin. Agenda utamanya adalah memperkuat status mereka di tengah kaum Muslimin namun untuk melemahkan kekuatan Islam dari dalam.
Berusaha mencari celah dan kesempatan terbaik untuk memberikan pukulan telak untuk menghancurkan kaum Muslimin. Salah satu pukulan telak adalah dengan merusak persatuan kaum Muslimin.
Bukti sejarah menunjukkan hal ini. Orang-orang Munafik ikut serta dalam sejumlah peperangan. Namun mereka memang menjadi duri dalam daging. Mereka menjadi sumber musibah dan biang kerok pertikaian di antara orang beriman.
Dalam perang Bani Musthaliq pada tahun 5 hijriah, terdapat pelajaran tentang kejahatan mereka ini.
Mari kita ikuti secara ringkas kisah tersebut dari keterangan Dr. Akram Dhiya’ Al Umari. Beliau menjelaskan kisah tersebut dalam kitab beliau As Sirah An Nabawiyah Ash Shahihah sebagai berikut:
“Di sumber mata air Muraisi, orang-orang munafik memperlihatkan rasa dengki yang mereka sembunyikan dalam hati kepada Islam serta kaum Muslimin. Dan ketika Islam berhasil meraih kemenangan lagi, mereka semakin bertambah marah dan benci.
Pada saat itu sebenarnya mereka sangat berharap kaum Muslimin mengalami kekalahan agar kedengkian mereka terobati. Makanya ketika kaum Muslimin berhasil mendapat kemenangan di Muraisi’, orang-orang munafik berusaha membangkitkan kembali sentimen kelompok dan kesukuan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Dan ketika rencana jahat itu gagal, mereka lalu berusaha menyakiti batin Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan anggota keluarganya. Mereka melancarkan serangan psikologis yang sangat pahit lewat kabar bohong yang mereka ada-adakan.
Kita ikuti kisah seorang shahabat bernama Zaid bin Arqam selaku saksi mata peristiwa yang mengetahui sejak awal. Ia bercerita:
‘Aku berada dalam suatu peperangan (Yaitu Perang Bani Al Musthaliq). Lalu aku mendengar Abdullah bin Ubay bin Salul mengatakan, ‘Kalian jangan memberikan apa-apa kepada orang-orang yang di dekat Rasulullah allahu Alaihi wa Sallam sehingga mereka bercerai-berai dari sekitarnya. Sungguh jika kita kembali di sisinya, pasti orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.’
Ucapan Abdullah bin Ubay itu lalu aku laporkan kepada pamanku (yang dimaksud adalah Saad bin Ubadah, pemimpin suku khazraj, bukan paman yang sebenarnya) – atau kepada Umar (maksudnya Umar bin Khathab) – Lalu hal itu dilaporkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa SaIIam. Beliau kemudian memanggilku dan aku ceritakan kepada beliau apa adanya.
Setelah itu beliau memanggil Abdullah bin Ubay dan teman-temannya. Mereka bersumpah bahwa mereka tidak pernah mengucapkan seperti itu. Beliau lebih percaya kepada Abdullah bin Ubay daripada kepadaku.
Aku benar-benar merasakan kesusahan yang belum pernah aku rasakan sama sekali. Ketika aku sedang duduk di rumah, pamanku berkata kepadaku, ‘Aku tidak ingin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai menganggap kamu berdusta dan membencimu.’
Akhirnya, Allah Ta’ala menurunkan ayat,”Ketika orang-orang munafik datang kepadamu…” (yaitu surat Al Munafiqun: 1). Pamanku lalu mengutus kurir menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setelah membacakan ayat tersebut ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah membenarkan kamu, wahai Zaid’.”
Saksi mata peristiwa lainnya, yakni Jabir bin Abdullah, juga menceritakan apa yang terjadi di sumber mata air Muraisi’, dan menyampaikan omongan orang-orang munafik untuk membangkitkan sentimen golongan dan memecah belah persatuan kaum Muslimin. Ia bercerita:
“Kami ikut dalam pertempuran. Kaki seorang shahabat Muhajirin menendang kaki seorang shahabat Anshar. Orang Anshar itu berkata, ‘Hidup orang-orang Anshar!’ Dan orang Muhajirin itu membalasnya, ‘Hidup orang-orang Muhajirin!’ Hal itu didengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, ‘Ada apa dengan seruan jahiliah ini?’
Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, tadi kaki seorang shahabat Muhajirin menendang kaki seorang shahabat Anshar.’ Beliau bersabda, ‘Tinggalkan seruan buruk itu.’ Abdullah bin Ubay yang mendengar hal itu mengatakan, ‘Mereka melakukan hal itu? Kalau begitu, demi Allah jika kita kembali ke Madinah niscaya orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.’
Ucapan Abdullah ini didengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Umar segera bangkit dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, biarkan aku pukul tengkuk orang munafik itu.’
Beliau bersabda, ‘Biarkan saja dia. Aku tidak ingin orang-orang ramai membicarakan bahwa Muhammad membunuh shahabat – shahabatnya sendiri.’ Kaum Anshar jumlahnya lebih banyak dari kaum Muhajirin ketika Muhajirin masuk ke Madinah. Setelah itu jumlah kaum Muhajirin semakin banyak.” [As Sirah An Nabawiyah Ash Shahihah: 408-409]
Cara seperti ini dilakukan secara halus dan tersembunyi. Dilakukan dengan penuh intrik dan tipu daya. Menggunakan sumpah palsu sebagai perisai pengaman kerja jahat mereka.
Metode seperti ini memang menjadi cara kerja standar mereka. Bahkan dalam kasus yang lain, mereka semakin canggih dalam mengkamuflase markas pertahanan mereka. Yaitu dalam sejarah Masjid Dhirar.
Mereka berani menggunakan Masjid sebagai sarana perang untuk memecah persatuan orang beriman dan melemahkan kekuatan mereka. Sekaligus menggunakannya sebagai pangkalan pasukan Romawi yang berjanji membantu mereka memerangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu hendaklah kita waspada terhadap kejahatan orang Munafik. Sepanjang sejarah mereka selalu berusaha untuk menimbulkan madharat keapda Islam dan Kaum Muslimin.
Memecah persatuan orang mukmin dan memicu permusuhan di antara mereka sampai sekarang masih menjadi salah satu cara ampuh untuk membendung arus kebangkitan Islam.
Namun, Allah Ta’ala sudah berjanji bahwa Dia akan memenangkan Islam di atas seluruh ajaran dan jalan hidup yang lain.
Pada saat itu, tahulah orang-orang munafik bahwa sekeras apa pun mereka berupaya, semua itu hanya akan menemui kegagalan. Dan hanya kerugian yang akan mereka dapatkan baik di dunia maupun akhirat bila mereka tidak bertaubat.