Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ
Pengantar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada para hamba-Nya. Kita tidak akan mampu untuk menghitung semua nikmat tersebut dan bersyukur kepada-Nya dengan sebenarnya atas semua nikmat tersebut.
Namun kita dituntut untuk melaksanakan semua yang Allah perintahkan kepada kita semaksimal yang kita mampu dan menjauhi semua larangan-Nya, sebagai wujud syukur kita kepada-Nya dan sekaligus sebagai bukti takwa kita kepada-Nya.
Dengan takwa, Allah Ta’ala akan memudahkan sebagian urusan kita, mengampuni kesalahan kita dan memberikan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. Untuk itu, marilah kita berusaha untuk bertakwa kepada Allah semaksimal kemampuan kita di mana pun kita berada.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi kita yang mulia, Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya dan kaum Muslimin yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad ﷺ dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga akhir zaman.
Hasungan Nabi Untuk Berqurban
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagaimana kita ketahui, dalam waktu dekat ini kaum Muslimin akan merayakan hari raya kedua dalam Islam, yaitu ‘Idul Adhha atau hari raya qurban. Pada hari raya ‘Idul Adhha, kaum Muslimin yang tidak sedang ibadah haji disunnahkan untuk menyembelih binatang qurban sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disyariatkannya taqarrub kepada Allah dengan menyembelih hewan qurban ini sudah menjadi kesepakatan para ulama atau sering diistilahkan dengan Ijma’ ulama. Di antara ulama yang telah menukil adanya ijma’ dalam masalah disyariatkannya menyembelih binatang qurban ini adalah Imam Ibnu Qudamah, Imam Ibnu Daqiq Al-‘id, Imam Ibnu Hajar dan Imam Asy Syaukani rahimahumullah.[i]
Adapun hadits Nabi ﷺ yang mendorong umatnya untuk bertaqarrub kepada Allah Ta’ala dengan menyembelih binatang qurban adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah no. 3123 dari Abu Hurairah radhiyallahu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا. )وحسنه الألباني في صحيح ابن ماجة
”Siapa saja yang memiliki kelapangan harta dan tidak berqurban maka jangan mendekat ke tempat shalat kami.” [Syaikh Al-Albani menyatakannya shahih di dalam shahih Ibnu Majah]
Nabi ﷺ sendiri setiap tahun senantiasa menyembelih binatang qurban pada hari raya Idul Adhha semenjak disyariatkannya yaitu tahun ke 2 Hijriah, kecuali pada tahun ke sepuluh Hijriah saat beliau melakukan haji wada’, beliau tidak menyembelih udhiyyah namun binatang hadyu.[ii]
Keutamaan Ibadah Qurban (Udhiyyah)
Ma’asyiral Muslim rahimakumullah,
Menyembelih binatang qurban pada hari raya Idul Adhha memiliki sejumlah keutamaan, di antaranya:
- Merupakan salah satu tanda bukti ketakwaan hati seseorang.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam surat Al-Hajj: 32,
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
”Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati.”
Udhhiyah atau menyembelih binatang qurban pada hari raya Idul Adhha termasuk salah satu syiar Allah Ta’ala. Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
إنَّها مِن أعظَمِ شعائِرِ الإسلامِ
”Sesungguhnya udhhiyah itu termasuk salah satu syiar Islam yang paling besar…” [Majmu’ al- Fatawa: 23 / 162][iii]
Bila demikian halnya, berarti menghidupkan sunnah menyembelih binatang qurban merupakan bentuk menghidupkan syiar Islam yang paling agung. Dan menghidupkan syiar-syiar Islam, apalagi yang paling agung, merupakan salah satu tanda adanya ketakwaan dalam hati seorang hamba.
- Menyembelih karena Allah Ta’ala dan mendekatan diri dengan qurban termasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling besar.
Allah ‘Azza wa Jalla telah mengiringkan penyembelihan binatang qurban dengan shalat di sejumlah tempat dari kitab-Nya yang agung untuk menjelaskan keagungan hal ini, besarnya nilainya dan tingginya kedudukannya.
Allah Ta’ala berfirman,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢
”Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” [Al-Kautsar: 2]
Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Al-An’am: 162,
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ١٦٢
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Kata “nusukii” dalam terjemahan versi Kementrian Agama diartikan dengan ibadahku. Ini memang salah satu maknanya. Namun makna lain dari kata nusukii dalam ayat ini adalah sembelihan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dan juga banyak ulama tafsir lainnya.[iv]
- Amal yang paling dicintai Allah Ta’ala pada hari Raya Idul Adhha adalah menyembelih binatang qurban karena Allah Ta’ala.
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا ، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
”Tidaklah manusia mengamalkan suatu amalan pada Hari Nahr (hari raya Idul Adhha) yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku dan rambut hewan qurban tersebut.
Sungguh, darah tersebut (maksudnya pahalanya) akan sampai kepada Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi. Maka lapangkanlah jiwa kalian (ringanlah) untuk berkurban.” [Hadits riwayat Ibnu Majah dan At-Tirmidzi dan dia berkata,”Hasan gharib.” dan Al-Hakim dan dia berkata,”Isnadnya shahih.”][v]
Hikmah Ibadah Qurban (Udhiyyah)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya, apa hikmah dari ibadah qurban dalam Islam yang dilakukan setiap tahun di seluruh penjuru dunia ini? Pasti banyak dan agung hikmahnya. Hanya Allah Ta’ala yang tahu secara pasti.
Allah Ta’ala memiliki sifat Al-Hakim Maha Bijaksana dan Al-‘Aliim Maha Mengetahui. Segala yang Allah syariatkan untuk umat manusia pasti berbasis ilmu dan hikmah. Tidak ada yang sia-sia, apalagi menimbulkan madharat. Sama sekali tidak ada.
Hanya saja, manusia bertingkat-tingkat kemampuannya dalam upaya memahami hikmah dibalik setiap syariat dalam Islam, termasuk dalam hal ini adalah ibadah qurban. Sebagian ulama menjelaskan bahwa hikmah dari disyariatkannya qurban di antaranya adalah sebagai berikut:
- Bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat kehidupan.
- Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim Al-Khalil ‘alaihish sholatu was salam ketika Allah Ta’ala memerintahnya untuk menyembelih hewan tebusan sebagai pengganti Ismail ‘alaihis salam pada hari Nahr.
Selain itu juga untuk mengingatkan orang-orang beriman bahwa kesabaran Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas sholatu was salaam serta sikap mereka berdua yang lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah dan cinta kepada-Nya daripada cinta kepada diri sendiri dan anak, merupakan sebab mereka diberi ganti berupa hewan tebusan dan dihilangkan bencana dari mereka.
Bila orang-orang beriman mengingat hal ini maka mereka akan meneladani keduanya dalam hal kesabaran untuk taat kepada Allah dan mendahulukan kecintaan kepada Allah Ta’ala daripada kecintaan kepada hawa nafsu dan syahwatnya.
Baca juga: Khutbah Jumat Keteladanan Nabi Ibrahim
- Ibadah qurban ini menjadi sarana untuk untuk membahagiakan diri dan keluarga, menghormati tetangga dan tamu, serta memberi sedekah kepada orang miskin. Ini semua adalah manifestasi kegembiraan dan kebahagiaan dengan apa yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia.
Ini merupakan bentuk memberitahukan nikmat Allah Subnahahu wa Ta’ala sebagaimana firman Allah,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
”Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).” [Adh-Dhuha: 11]
- Mengalirkan darah hewan sembelihan merupakan wujud betapa kuatnya pembenaran terhadap apa yang Allah Ta’ala beritakan bahwa Allah Ta’ala menciptakan binatang ternak untuk memberikan manfaat kepada manusia dan mengizinkan untuk menyembelihnya supaya menjadi makanan buat mereka.[vi]
Inilah sebagian dari hikmah ibadah qurban dalam Islam. Semoga bisa menambah semangat kita untuk menjalankan ibadah ini bila kita memiliki kemampuan untuk melakukannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Berqurban adalah Keterpanggilan Hati
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bila kita amati keadaan di sekitar kita, terkadang kita dapati adanya orang-orang Muslim yang memiliki kelapangan harta, hidup lebih dari cukup, bahkan cenderung mewah, namun demikian hatinya tidak tergerak untuk berkurban sama sekali.
Hatinya tidak merasa terpanggil untuk menghidupkan sunnah yang agung tersebut. Ini menunjukkan bahwa amal shaleh yang sangat besar keutamaannya ini memang merupakan taufik dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Taufik dan hidayah itu sendiri merupakan buah dari ketaatan yang tulus dan terus menerus dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dalam kehidupan. Di antara balasan dari berbuat baik adalah diberi taufik untuk melakukan kebaikan yang lain.
Bila dalam kehidupan sehari-sehari seseorang senantiasa melanggar larangan dan menjauhi perintah Allah, maka akan terasa berat baginya untuk menjalankan sebuah sunnah. Karena yang haram saja diterjang dan yang wajib diabaikan.
Sesungguhnya salah satu akibat dari berbuat dosa tanpa taubat adalah pelaku dosa itu akan terhalang dari melakukan kebaikan. Ini sebenarnya merupakan hukuman yang berat. Sebab umur seseorang hanya akan berkah bila dipenuhi dengan ketaatan.
Bila seseorang senantiasa terhalang dari kebaikan, maka betapa tidak bernilai hidupnya di dunia ini. Hal ini akan menjadi penyesalan yang sangat besar pada hari kiamat nanti.
Rasulullah ﷺ bersabda,
– رَكْعتانِ خَفيفتانِ بِما تَحقِرُونَ وتَنفِلُونَ يَزيدُهما هذا في عملِهِ أحَبُّ إليه من بقيَّةِ دُنياكُمْ
”Shalat sunnah dua rakaat ringan yang kalian anggap sedikit pahalanya, bila orang yang meninggal ini menambahkannya dalam catatan amalnya itu lebih dia sukai daripada sisa dunia kalian.”
[Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (7715). Syaikh Al-Albani menyatakan sebagai hadits shahih di dalam Shahih al-Jami’ no. 3518][vii]
Hadits ini menggambarkan kepada kita betapa bernilainya shalat sunnah 2 rakaat di alam kubur. Apalagi sunnah berkurban dan berbagai amalan shaleh lainnya.
Dari sini kita bisa mengetahui betapa besar kerugian yang derita seseorang saat terhalang dari melakukan amal shaleh karena maksiat yang dia lakukan.
Dan bisa kita bayangkan penyesalannya pada hari kebangkitan nanti di saat harta dan anak tidak lagi bermanfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah Ta’ala dengan hati yang bersih dan bebas dari kemusyrikan, kekafiran, kefasikan dan kemunafikan.
Doa Penutup
Demikianlah khutbah Jumat tentang ibadah qurban yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اللهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلِّ اْلكُفْرَ وَاْلكَافِرِيْنَ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلَامِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ،
اللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ .اُذْكُرُوْا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
[i] https://www.dorar.net/feqhia/3074/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%AB%D8%A7%D9%86%D9%8A:-%D8%B0%D8%A8%D8%AD-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%B6%D8%AD%D9%8A%D8%A9
[ii] https://islamqa.info/ar/answers/200562/%D9%83%D9%85-%D9%85%D8%B1%D8%A9-%D8%B6%D8%AD%D9%89-%D8%B1%D8%B3%D9%88%D9%84-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B5%D9%84%D9%89-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%84%D9%8A%D9%87-%D9%88%D8%B3%D9%84%D9%85
[iii] https://www.dorar.net/feqhia/3074/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%AB%D8%A7%D9%86%D9%8A:-%D8%B0%D8%A8%D8%AD-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%B6%D8%AD%D9%8A%D8%A9
[iv] Ibid.
[v] https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&flag=1&bk_no=79&ID=2936
[vi] https://www.dorar.net/feqhia/3074/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%AB%D8%A7%D9%86%D9%8A:-%D8%B0%D8%A8%D8%AD-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%B6%D8%AD%D9%8A%D8%A9
[vii] https://dorar.net/hadith/sharh/92228
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Khutbah Jum’at Singkat
– Khutbah Jumat Tentang Ibadah Haji
– Khutbah Jumat Tahun Baru Hijriyah
– Khutbah Jumat Bulan Muharram