Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ
Muqoddimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas rahmat dan karunia Allah Ta’ala semata kita semua bisa hadir di masjid ini dengan mudah dan selamat untuk menjalankan salah satu kewajiban dan syiar yang agung dalam Islam yaitu shalat Jumat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita yang mulia Muhammad ﷺ, keluarganya dan para sahabatnya serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dengan ikhlas dan sabar hingga akhir zaman.
Kami wasiatkan kepada diri kami dan jamaah shalat Jumat sekalian, agar senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada semaksimal kemampuan yang kita miliki. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu! [At-Taghabun: 16]
Rasulullah ﷺ bersabda,
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ
Bertakwalah kepada Allah subhanahu wa Ta’ala di manapun engkau berada. [Hadits riwayat at Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan.]
Kisah Nabi Ibrahim Sarat Hikmah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Setiap tahun, terlebih pada bulan-bulan haji yang diberkahi sebagaimana saat ini, kita diingatkan dengan kisah Nabi Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam, Abul Anbiya’, Bapak para Nabi.
Kisah ini berfungsi untuk menghibur dan mengokohkan hati dalam pertarungan melawan kebatilan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin. [Hud : 120]
Dalam kesempatan khutbah ini, kami hendak menyampaikan sejumlah pelajaran penting dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Kami tidak membatasi pelajaran dari kisah ujian perintah untuk menyembelih Nabi Ismail ‘alaihi salam saja, namun juga episode lain kehidupan beliau ‘alaihis salam yang sangat menakjubkan.
Pelajaran dari Nabi Ibrahim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Ada seorang pria mendatangi Rasulullah ﷺ kemudian berkata,
يَا خَيْرَ البَرِيَّةِ
”Wahai sebaik-baik manusia!” maka Rasulullah ﷺ bersabda,
ذَاكَ إبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
“Orang itu adalah Ibrahim ‘alaihis salam.” [Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shahih Muslim no. 2369]
Ini merupakan ketawadhuan Nabi ﷺ . Nabi ﷺ jelas merupakan makhluk terbaik. Karena dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim Nabi ﷺ pernah bersabda,
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ
“Aku adalah pemimpin keturunan Adam.”
Beliau mengucapkan hal ini bukan untuk membanggakan diri, namun beliau diperintah untuk menyampaikan apa yang harus beliau sampaikan. Jadi kala Nabi ﷺ mengatakan bahwa Ibrahim ‘alaihis salam adalah sebaik-baik manusia, bisa jadi hal itu sebelum Nabi ﷺ mengetahui kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.[i]
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa manusia terbaik setelah Rasulullah Muhammad ﷺ adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Khutbah yang singkat ini hendak mengungkapkan faktor-faktor yang menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi dan menjadi imam bagi umat manusia.
Faktor-faktor tersebut disebutkan di dalam al-quran sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita umat Islam yang beriman kepada Al-Quran dan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
- Pertama, Ar-Rusyd
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Anbiya’: 51
وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ ٥١
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum (Musa dan Harun) dan Kami telah mengetahui dirinya.
الرُّشْدُ adalah ilmu yang diiringi dengan hikmah, pemahaman serta hujjah yang kuat dalam melawan kebatilan dan bersikap teguh di atas kebenaran.
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam telah memberikan contoh yang paling indah tentang bagaimana keteguhan orang mukmin di atas akidahnya di hadapan kampanye operasi penyesatan oleh para pengikut kebatilan.
Hal itu sebagaimana terlihat saat berdebat dengan para penyembah berhala di Babil sebagaimana terdapat dalam surat Al-Anbiya’ atau para penyembah bintang di Syam sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An’am atau saat berhadapan dengan Namrud atau Nimrod di Mesir.
- Kedua, sifat qunut yaitu taat dan tunduk, lama dan khusyu’ dalam ibadah, tenang dan mensyukuri nikmat Allah merupakan sebab-sebab kepemimpinan dalam agama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ ١٢٠
Sesungguhnya Ibrahim adalah imam (sosok anutan) yang patuh kepada Allah, hanif (lurus), dan bukan termasuk orang-orang musyrik. [An-Nahl: 120]
- Ketiga, kepasrahan dan ketundukan kepada perintah syariat meskipun bertentangan dengan perasaan.
Hal ini sebagaimana ketika Allah memerintah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk menempatkan istrinya, yaitu Hajar dan anaknya yaitu Ismail yang lahir setelah usianya tua, di sebuah padang pasir yang tandus dan sunyi. Juga ketika Allah memerintahnya untuk menyembelih Ismail setelah mencapai usia dewasa.
- Keempat, kehidupan Ibrahim ‘alaihis salam merupakan sebuah teladan tentang totalitas pengorbanan dalam hijrah di jalan Allah serta dakwah kepada Allah.
Beliau berhijrah dari Irak menuju Syam (Palestina dan sekitarnya). Setelah itu beliau berhijrah menuju Mesir dan kembali Syam lagi. Lalu, beliau berhijrah menuju Hijaz (Makkah dan sekitarnya). Kemudian kembali ke Syam dan setelah itu ke Hijaz.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Dia (Ibrahim) pun berkata, “Sesungguhnya aku berhijrah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Al-Ankabut: 26]
- Kelima, tawakkal yang benar dan kuat serta memasrahkan segala urusan kepada Allah.
Hal ini sebagaimana penjelasan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mengucapkan doa,
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” [Ali Imran: 173]
Ketika dilemparkan ke dalam kobaran api dan para sahabat Nabi Muhammad ﷺ mengucapkannya dalam perang Hamraul Asad usai perang Uhud sebagaimana firman Allah Ta’ala,
اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” [Ali Imran: 173]
- Keenam, percaya dan yakin kepada Allah ketika menempatkan Hajar dan anaknya yaitu Ismail di dekat sebuah pohon besar di atas zam-zam di tempat (yang di masa datang menjadi lokasi) masjid. Waktu itu di Makkah tidak ada seorang pun yang tinggal di sana dan tidak ada air.
Beliau meninggalkan mereka dengan memberi bekal berupa satu kantung kurma dan tempat minuman kecil berisi air minum.
Dalam riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan, saat Ibrahim ‘alaihis salam berjalan meninggalkan istri dan anaknya menuju Syam, Hajar bertanya kepadanya:
يَا إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ
“Hai Ibrahim ! kamu mau pergi kemana ? Kamu tinggalkan kami di lembah yang tidak satu orang pun dan tidak ada apa pun ?”
Hajar bertanya berkali kali namun tidak dijawab. Nabi Ibrahim terus melangkah. Kemudian Hajar bertanya,”Apakah Allah yang memerintahmu dengan hal ini ?” Nabi Ibrahim menjawab,”Ya.”
Hajar kemudian berkata,
إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا
“Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.” Lalu Hajar kembali ke tempatnya.
Ketika Nabi Ibrahim sampai di Ats-Tsaniyyah, sebuah bukit kecil, Nabi Ibrahim menghadap ke arah kiblat lalu berdo’a untuk mereka beberapa kalimat do’a dengan mengangkat kedua tangannya,
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur. [Ibrahim: 37]
[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 3113 dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu]
- Ketujuh, jelasnya akidah dan tauhid serta berlepas diri dari kemusyrikan dan orang-orang musyrik serta memisahkan diri dari kebatilan tanpa ada kompromi.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam sejumlah firman-Nya,
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖٓ اِنَّنِيْ بَرَاۤءٌ مِّمَّا تَعْبُدُوْنَۙ ٢٦
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah,
اِلَّا الَّذِيْ فَطَرَنِيْ فَاِنَّهٗ سَيَهْدِيْنِ ٢٧
”kecuali (kamu menyembah) Allah yang menciptakanku. Sesungguhnya Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” [Az-Zukhruf: 26-27]
Kemudian Allah berfirman dalam surat Al-Mumtahanah: 4,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ
Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekufuran)-mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” [ii]
Masih ada beberapa ayat lainnya namun dua ayat ini sudah mewakili betapa tegasnya sikap Nabi Ibrahim ‘alaihis salam terhadap kemusyrikan dan para pengikutnya.
Demikianlah beberapa pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya yang luar biasa. Sebenarnya, masih ada pelajaran lainnya namun waktu tidak mencukupi untuk disampaikan seluruhnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Mari Meneladani Nabi Ibrahim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Perlu kita ketahui bahwa semua yang Allah ceritakan kepada kita tentang sejarah kehidupan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam itu diperintahkan kepada kita dengan perintah yang bersifat khusus. Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ١٢٣
Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan tidak termasuk orang-orang musyrik.” [An-Nahl: 123]
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ
Benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya … [Al-Mumtahanah: 4]
Jadi, akidah tauhid dan akhlak Nabi Ibrahim serta semua yang Allah kisahkan tentang Nabi Ibrahim itu merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Ini merupakan perintah umum bagi semua keadaan Nabi Ibrahim. Namun, Allah Ta’ala mengecualikan satu keadaan yaitu firman Allah Ta’ala,
اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ
Akan tetapi, (janganlah engkau teladani) perkataan Ibrahim kepada ayahnya) “Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, tetapi aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” [Al-Mumtahanah: 4]
Maksudnya, janganlah kalian wahai umat umat Muhamad mengikuti keadaan ini dengan memohonkan ampun untuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya itu karena janji yang pernah dia ucapkan.
Hukum dasarnya adalah orang beriman dilarang memohonkan ampunan bagi orang musyrik kepada Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ ١١٣
Tidak ada hak bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik sekalipun mereka ini kerabat(-nya), setelah jelas baginya bahwa sesungguhnya mereka adalah penghuni (neraka) Jahim.
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ ١١٤
Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya) tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah dia ikrarkan kepadanya. Maka, ketika jelas baginya (Ibrahim) bahwa dia (bapaknya) adalah musuh Allah, dia (Ibrahim) berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. [At-Taubah: 113-114][iii]
Doa Penutup
Demkianlah khutbah yang bisa kami sampaikan tentang pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk diteladani.
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua taufik dan hidayah untuk meneladaninya sesuai dengan kemampuan maksimal yang kita miliki. Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلِّ اْلكُفْرَ وَاْلكَافِرِيْنَ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلَامِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ .اُذْكُرُوْا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
[i] https://dorar.net/hadith/sharh/17384
[ii] https://anasalafy.com/ar/59356-%D8%AF%D8%B1%D9%88%D8%B3-%D9%88%D8%B9%D8%A8%D8%B1-%D9%88%D8%AA%D8%A3%D9%85%D9%84%D8%A7%D8%AA-%D9%81%D9%8A-%D9%82%D8%B5%D8%A9-%D8%A5%D8%A8%D8%B1%D8%A7%D9%87%D9%8A%D9%85
Lihat juga: http://www.salafvoice.com/article.aspx?a=9735
[iii] https://www.alukah.net/sharia/0/127831/%D9%81%D9%88%D8%A7%D8%A6%D8%AF-%D9%85%D9%86-%D9%82%D8%B5%D8%A9-%D9%86%D8%A8%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D9%88%D8%AE%D9%84%D9%8A%D9%84-%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%AD%D9%85%D9%86-%D8%A5%D8%A8%D8%B1%D8%A7%D9%87%D9%8A%D9%85-%D8%B9%D9%84%D9%8A%D9%87-%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85/
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Khutbah Jum’at Singkat
– Khutbah Jumat Menyambut Idul Adha
– Khutbah Jumat Pelajaran Tahun Baru Hijriyah
– Khutbah Jumat Bulan Muharram