Khutbah Jumat Tentang Hidup Sederhana & Urgensinya Dalam Islam

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Mukadimah

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah rabbil ‘alamiin, atas rahmat Allah dan karunia-Nya semata, kita semua bisa hadir di masjid ini untuk menjalankan salah satu syiar Islam yang agung dalam Islam, yaitu shalat Jumat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat Islam yang mengikuti sunnah beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhasan dan kesabaran hingga akhir zaman.

Kami wasiatkan kepada diri kami sendiri dan kepada jamaah shalat Jumat semuanya, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kita laksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki dan kita jauhi larangan-larangan Allah Ta’ala sejauh-jauhnya, di mana pun kita berada.

Hanya dengan cara seperti itulah kita bisa mempertahankan iman dan menguatkan ketakwaan di hati kita. Bila terus menerus demikian, suatu saat iman dan takwa akan menjadi sesuatu yang paling indah di dalam hati kita.

Dan tidak ada yang lebih kita benci melebih kekafiran, kefasikan dan kemasiatan kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala juga membenci hal – hal tersebut.

Islam Mengajarkan Hidup Sederhana

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hari ini kita hidup di zaman yang penuh dengan fitnah syubuhat, yaitu tersebar luasnya berbagai macam paham yang menyimpang dari Islam dan bahkan sangat bertentangan dengan Islam namun nampak sebagai bagian dari ajaran Islam atau bahkan dituntunkan oleh Islam.

Selain fitnah syubuhat, ada yang lainnya saat ini yang tak kalah bahayanya bagi kaum Muslimin, yaitu fitnah syahawat.

Fitnah syahawat di sini bukan hanya terkait masalah hubungan bebas antara pria dan wanita, namun sudah mencakup gaya hidup yang sangat jauh dari tuntunan Islam. Ia menjadi trend atau kecenderungan masyarakat secara umum, yaitu gaya hidup bermewah-mewah, serba glamour.

Bahkan sebagian kalangan memamerkan kemewahan diri dan keluarganya kepada masyarakat melalui media sosial. Yang sangat disayangkan, sebagian pelakunya adalah umat Islam.

Padahal Islam sama sekali tidak mengajarkan hal tersebut. Bahkan memperingatkan kaum Muslimin dari gaya hidup hedonisme semacam itu karena orang yang hidup bermewah-mewah itu akan cenderung menentang kebenaran atau menyimpang dari kebenaran.

Oleh karenanya, Islam menuntunkan kebalikannya, yaitu gaya hidup sederhana dan zuhud terhadap dunia serta lebih mengutamakan akhirat dari pada dunia.

Al-Quran tidak pernah memuji hidup mewah. Yang ada dalam al-Quran justru hanya kecaman kepada orang-orang yang suka hidup bermewah-mewah.

Di dalam Al-Quran ada 8 tempat yang memperingkatkan dan mengecam gaya hidup bermewah- mewah karena kemewahan dan mendustakan ayat-ayat Allah itu sering kali beriringan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَكَذٰلِكَ مَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍۙ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ – ٢٣

Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.” [Az-Zukhruf: 23]

Allah Ta’ala juga berfirman tentang sebab siksaan dan kesengsaraan ash-habusy syimaal atau golongan kiri besok di akhirat,

اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ – ٤٥

وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ – ٤٦

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ – ٤٧

Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah,

dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,

dan mereka berkata, “Apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? [Al-Waqi’ah: 45-47]

Sejumlah hadits juga melarang kemewahan dan memperingatkan dari ketergantungan hati terhadap kemewahan, tenggelamnya manusia dalam kesenangan dan kelezatan hidup serta menghasung untuk meninggalkan gaya hidup mewah dan beralih kepada gaya hidup yang zuhud dan sederhana yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Dalam sebuah sebuah hadits dari Amr bin ‘Auf al-Muzanni radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,

فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.

“Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang paling aku khawatirkan atas diri kalian, namun aku mengkhawatirkan dilapangkannya dunia buat kalian sebagaimana dunia ini telah dilapangkan bagi orang-orang sebelum kalian sehingga kalian saling bersaing satu sama lain sebagaimana dahulu mereka saling bersaing dan hal itu akan menghancur binasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” [Hadits riwayat Muslim, 4/2274]

Dalam hadits dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,

كُلُوا وَاشْرَبُوا، وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا، مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ

“Makanlah kalian dan minumlah, dan bersedekahlah serta berpakaianlah selama tidak dicampuri dengan sikap berlebihan dan kesombongan.” [Hadits riwayat Ibnu Majah dan dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jaami’ 2/830]

Dari hadits ini nampak betapa Rasulullah ﷺ mengajarkan kesederhanaan atau proporsionalitas dalam makan, minum, berpakaian bahkan dalam bersedekah.

Perlu dicatat bahwa kecaman Islam terhadap sikap hidup bermewah-mewah dan bahkan Islam memperingatkan kaum Muslimin darinya bukan berarti mengharamkan berbagai nikmat dan kebaikan yang telah Allah halalkan.

Yang dimaksud adalah bersikap sederhana dalam membelanjakan harta dan hati tidak tergantung dan cenderung kepada berbagai macam kenikmatan tersebut.

Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 – إنَّ اللهَ جميلٌ يحبُّ الجمالَ ، و يحبُّ أن يَرى أثرَ نعمتِه على عَبدِه ، و يُبغِضُ البُؤسَ و التَّباؤُسَ

”Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan mencintai keindahan. Allah suka untuk melihat pengaruh atau bekas nikmat-Nya atas hamba-Nya. Dan Allah membenci kedekilan dan memperlihatkan kedekilan.”

[Hadits riwayat Al-Baihaqi di dalam kitab Asy-Syu’ab dan Al-Albani menyatakannya shahih di dalam Shahih Al-Jaami’ 1/359]

Rasulullah ﷺ bersabda kepada ayah Abul Ahwash,

فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ وَكَرَامَتِهِ

”Apabila Allah menganugerahkan harta kepadamu maka perlihatkanlah bekas nikmat Allah terhadap dirimu dan kemuliaan dari-Nya.” [Hadits riwayat Abu Dawud dan Al-Albani menyatakannya shahih di dalam Shahih Al-Jaami’ 1/284]

Dan hadits terakhir tentang masalah ini adalah salah satu doa ﷺ adalah,

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لي دِينِي الذي هو عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا معاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتي الَّتي فِيهَا معادِي

“Ya Allah! Perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung urusanku dan perbaikilah untukku duniaku yang penghidupanku ada di dalamnya, dan perbaikilah akhiratku yang di sanalah tempat kembaliku.”[i]

Rekomendasi Khutbah Jumat Tentang Palestina
Rekomendasi Khutbah Membantu Kesusahan Orang Lain
Rekomendasi Khutbah Jumat Generasi Muda

Ajaran Islam Tentang Hidup Sederhana & Contoh Rasul

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memberikan bimbingan di dalam Al-Quran untuk para hamba-Nya agar bersikap sederhana dan tidak berlebihan bahkan dalam hal berinfaq.

Allah Ta’ala berfirman saat menerangkan salah satu sifat ‘ibadurrahman, hamba Ar-rahman, adalah bersikap pertengahan atau sederhana dalam berinfaq, di dalam surat Al-Furqan: 67,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا – ٦٧

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,

dan Allah juga berfirman,

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا – ٢٩

Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. [Al-Isra’: 29]

Berpegang teguh dengan sikap pertengahan dalam masalah harta bukanlah perkara mudah, karena harta itu bisa memperdaya orang dari dua arah yaitu bersikap berlebihan atau bermewah-mewah dan sangat kikir. Melampaui batas atau sangat kurang dari yang semestinya.

Allah Ta’ala juga berfirman,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ – ٣١

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. [Al-A’raf: 31]

Inilah parameter menikmati hal-hal yang baik. Namun tidak terbatas dalam masalah makanan dan minuman namun mencakup seluruh unsur kehidupan seluruhnya seperti pakaian, perabot rumah tangga, kendaraan dan seterusnya.[ii]

Pada tataran praktis, Rasulullah ﷺ telah memberikan contoh kehidupan yang sederhana di dunia ini meskipun kunci perbendaharaan dunia ada di tangannya. Beliau sangat jauh dari gaya hidup mewah.

Hal sebagaimana terlihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 3190) dan Muslim (no. 1479) dari Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku masuk menemui Rasulullah ﷺ, saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar dari jerami.

Lalu aku duduk, kemudian beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu yang lain padanya selain sarung tersebut. Tikar tersebut membekas di lambungnya.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri lemari Rasulullah ﷺ. Aku dapati ada sekitar satu sha’ gandum (sekitar 2,5 liter), dan lembaran yang digunakan untuk menyamak kulit di sudut ruangan, dan terdapat kulit yang sudah disamak dalam keadaan tergantung.

Air mataku langsung bercucuran. Rasulullah ﷺ bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Ibnul Khathab?” Aku menjawab, “Wahai Nabi Allah! Bagaimana aku tidak menangis?

Tikar ini telah membekas di kulit anda. Dan ini lemari anda, tidak ada apa-apa kecuali apa yang aku lihat. Sementara Kisra (sebutan Raja Persia) dan Kaisar (sebutan raja Romawi) bergelimang dengan buah-buahan dan sungai-sungai.

Sedangkan anda adalah Nabi Allah dan pilihan-Nya, sedangkan hanya ini simpanan anda.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai Ibnul Khathab tidakkah kamu ridha bila akhirat itu untuk kita dan bagi mereka dunia ini?” Aku menjawab, “Ya, tentu saja.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2970), dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, “Keluarga Muhammad ﷺ tidak pernah kenyang makan roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai Rasulullah ﷺ meninggal dunia.”

Gaya hidup Rasulullah ﷺ sangat bersahaya meskipun beliau kaya raya, namun hartanya senantiasa diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan dari kaum Muslimin.

Gaya hidup sederhana ini ternyata juga diikuti oleh para sahabatnya secara umum bahkan yang termasuk kalangan atas secara ekonomi, seperti Abu Bakar, Umar bin al-Khathab, Utsman bin ‘Affan dan Abdurahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhum.

Manfaat & Urgensi Hidup Sederhana

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Menjalani hidup secara sederhana sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi individu, keluarga dan masyarakat. Di antara manfaat hidup sederhana adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan pahala mengikuti gaya hidup yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ sehingga kehidupan kita menjadi lebih berkah.
  2. Tidak mudah terjerumus ke dalam sikap sombong dan membanggakan diri dengan harta. Seringkali, penampilan mewah baik dalam pakaian, perhiasan maupun rumah tinggal dan kendaraan, bisa menyebabkan seseorang lupa daratan dan bisa memicu munculnya sikap tidak terpuji, yaitu merendahkan orang lain yang jauh di bawah dirinya keadaannya.
  3. Lebih mudah untuk bersikap tawadhu’ kepada orang lain dan berpeluang untuk mendapatkan keutamaan dari bersikap sederhana saat mampu untuk bermewah-mewah. Nabi ﷺ bersabda,

“Siapa saja yang meninggalkan pakaian (mewah) padahal dia mampu karena tawadhu’ kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka pada hari kiamat nanti dia akan dipanggil di hadapan seluruh manusia, lalu dia disuruh untuk memilih pakaian iman yang dia kehendaki.”

[Hadits riwayat Thabrani (386), Al-Hakim (7372) dan Al-Baihaqi (5740), Al-Albani menyatakannya shahih di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah 2/337 no. 718]

  1. Terpelihara dari terperangkap dalam krisis keuangan keluarga akibat gaya hidup mewah dan boros.
  2. Mudah beradaptasi saat menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan ini. Secara umum seseorang tidak selalu dalam keadaan makmur sejahtera. Terkadang ada situasi di luar dugaan yang menyebabkannya hidup dalam kondisi penuh keterbatasan.
  3. Mendorong seseorang untuk menjadi pribadi yang pandai bersyukur atas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala betapa pun kecil dan sederhananya nikmat tersebut.
  4. Meminimalkan kecemburuan sosial dalam masyarakat akibat gaya hidup mewah yang dipertontonkan secara vulgar di tengah-tengah mereka.

dan mungkin masih banyak lagi yang lainnya. Namun kami cukupkan tujuh hal ini sebagai gambaran tentang manfaat hidup sederhana.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Daftar Judul Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Agar Bisa Hidup Sederhana

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Mungkin muncul pertanyaan di benak kita, bagaimana caranya agar kita tidak terjerumus ke dalam gaya hidup mewah dan lebih suka untuk memilih gaya hidup sederhana? Hal-hal berikut ini bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut:

  1. Menyibukkan hati dengan akhirat.

Caranya dengan memperbanyak mendengarkan kajian ilmu agama yang menganjurkan tentang hal itu, membaca buku-buku, mengambil pelajaran dari orang yang kita kenal yang telah ditimpa kematian, menjenguk orang yang sakit dan sedang sakaratul maut, ziarah kubur dan melihat tempat kembali kita setelah kehidupan ini.

  1. Membersihkan hati dari rasa cinta kepada dunia.

Caranya adalah dengan menyadari akan kerendahan dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan banyak permisalan tentang dunia ini dan sejauh mana kehinaannya. Nabi ﷺ juga menegaskan bahwa dunia ini tidak ada nilainya di sisi Allah meskipun hanya sekedar seperti sayap nyamuk.

Dalam hadits dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

”Seandainya dunia ini setara nilainya di sisi Allah dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walau hanya dengan seteguk air dari dunia ini.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi. Syaikh Al-Albani menyatakan sebagai hadits shahih di dalam Shahih At-Tirmidzi no. 2320]

  1. Tidak berteman akrab dengan para pecinta dunia karena berteman akrab dengan mereka merupakan penyakit yang mematikan.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Thaha: 131, memperingatkan tentang hal ini,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى – ١٣١

Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

  1. Ukhuwah imaniyah.

Kita perlu berteman dengan orang-orang shalih, bergaul dengan mereka, mencintai mereka dan berlomba dengan mereka dalam ketaatan.[iii]

Demikianlah kurang lebih langkah-langkah yang perlu kita lakukan agar kita bisa hidup secara sederhana dan tidak bermewah-mewah. Hidup sesuai dengan norma agama dan kepantasan yang berlaku di tengah masyarakat.

Tidak mengharamkan perkara yang mubah sehingga terjerumus ke dalam sikap ekstrim mejauhi dunia yang tidak dituntunkan syariat dan tidak dicontohkan oleh Nabi ﷺ

Dan tidak pula berlebihan dalam perkara yang mubah sehingga terjerumus gaya hidup bermewah-mewah yang sama sekali tidak bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Bahkan justru yang ada hanyalah madharat.

Kumpulan Tema Khutbah Jumat Terbaru

Doa Penutup

Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita sikap pertengahan, proporsional dalam segala hal. Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan. Marilah kita berdoa kepada Allah Ta’ala untuk mengakhiri khutbah jumat ini.

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللهم احفَظ المُسلمين في كل مكان، اللهم احفَظ المُسلمين في بلاد الشام، وانصُرهم على عدوِّهم وعدوِّك يا رب العالمين

اللهم إنا نسألُك الجنةَ وما قرَّبَ إليها من قولٍ وعملٍ، ونعوذُ بك من النار وما قرَّب إليها من قولٍ وعملٍ

اللهم أصلِح لنا دينَنا الذي هو عصمةُ أمرنا، وأصلِح لنا دُنيانا التي فيها معاشُنا، وأصلِح لنا آخرتَنا التي إليها معادُنا، واجعل الحياةَ زيادةً لنا في كل خيرٍ، والموتَ راحةً لنا من كل شرٍّ يا رب العالمين

اللهم إنا نسألُك الهُدى والتُّقَى والعفافَ والغِنى، اللهم أعِنَّا ولا تُعِن علينا، وانصُرنا ولا تنصُر علينا، وامكُر لنا ولا تمكُر علينا، واهدِنا ويسِّر الهُدى لنا، وانصُرنا على من بغَى علينا

اللهم اجعَلنا لك ذاكِرين، لك شاكِرين، لك مُخبتين، لك أوَّاهين مُنيبين

اللهم تقبَّل توبتَنا، واغسِل حوبتَنا، وثبِّت حُجَّتنا، وسدِّد ألسِنتَنا، واسلُل سخيمةَ قلوبنا

اللهم اغفِر للمُسلمين والمُسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، اللهم ألِّف بين قلوبِ المُسلمين ووحِّد صُفوفَهم، واجمع كلمتَهم على الحقِّ يا رب العالمين

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴾ [النحل: 90]

فاذكروا اللهَ يذكُركم، واشكُروه على نعمِه يزِدكم، ولذِكرُ الله أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنَعون

.


[i] Lihat: https://ar.islamway.net/article/3941/%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D9%81

[ii] Lihat: https://www.alukah.net/sharia/0/117830/

[iii] http://www.saaid.net/Warathah/eakob/8.htm

Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
Materi Khutbah Jumat Terbaru
Khutbah Jumat Tentang Syukur Kepada Allah
Khutbah Jumat Tentang Taqwa
Khutbah Jumat Tentang Ridha Allah