Khutbah Jumat: Bahaya Fitnah Dunia dan Cara Menyikapinya Dalam Islam

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat

Hakikat Dunia

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala sering memperingatkan seluruh orang beriman dari fitnah dunia dengan segala perhiasannya. Hal ini karena besarnya bahaya dunia, dahsyatnya pengaruhnya , berkilauannya perhiasannya serta kuatnya daya pikatnya terhadap jiwa-jiwa yang lemah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [Al-Hadid: 20]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya tentang ayat ini mengatakan, ”Allah mengabarkan hakikat dunia dan seluruh isinya, dan Allah menjelaskan kesudahan dunia dan kesudahan manusia yang menghuninya, bahwa dunia adalah “permainan dan suatu yang melalaikan.”

Raga manusia bermain-main dengan dunia dan hati mereka lalai. Hal ini terjadi dan berlaku bagi mereka yang mencintai dunia. Anda melihat mereka menghabiskan sebagian besar usia mereka dengan kelalaian hati serta lalai untuk mengingat Allah serta lalai akan janji dan ancaman yang ada di hadapan mereka.

Anda juga melihat mereka menjadikan agama sebagai permainan dan kelalaian. Lain halnya dengan orang-orang yang sadar dan bekerja untuk akhirat. Hati mereka penuh dengan dzikir, ma’rifah dan mahabbah.

Mereka gunakan sebagian besar waktu mereka untuk amalan-amalan yang mendekatkan mereka kepada Allah sehingga tidak sempat melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang bermanfaat.”

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. [Al-‘Ankabut: 64]

Di dalam tafsir al-Mukhatashar disebutkan penjelasan ayat ini sebagai berikut, ”Tidaklah kehidupan dunia ini – dengan segala syahwat dan kenikmatan yang ada padanya-melainkan gurauan dan permainan bagi orang-orang yang tergantung kepadanya, yang tidak lama akan segera sirna.

Dan sesungguhnya negeri Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya karena keabadiannya. Kalau mereka mengetahuinya niscaya mereka tidak akan mendahulukan yang fana daripada yang kekal.”

Baca juga Khutbah Jum’at: Ciri Penyakit Hati Dalam Islam

Permisalan Dunia

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Ta’ala telah memberikan perumpamaan tentang dunia tentang kehinaannya dan fananya serta sirnanya keindahannya dengan berfirman,

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Al-Kahfi: 45]

Orang-orang kafir sangat takjub dengan perhiasan dunia ini karena dia memang cenderung kepada dunia dan menjadikan dunia sebagai tempat menetapnya. Sementara orang beriman mengambil dunia ini sesuai dengan kebutuhannya dan tidak tertipu dengannya .

Hal ini karena orang mukmin itu yakin bahwa dunia itu tempat tinggal sementara bukan tempat menetapnya. Bila dia terpukau dengan keindahan dunia, dia akan mengingat akhirat sehingga dunia itu menjadi rendah nilainya bagi dirinya dan tidak terfitnah dengannya.

Tentang betapa rendahnya nilai dunia ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala digambarkan oleh Rasulullah ﷺ dengan sabdanya.

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّه جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْها شَرْبَةَ مَاءٍ

“Seandainya dunia ini sama nilainya di sisi Allah dengan sebuah sayap nyamuk, Allah tidak akan memberikan minum satu teguk pun kepada seorang kafir.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi]

Suatu kali Rasulullah ﷺ memberikan gambaran yang sangat membekas dalam jiwa para sahabat tentang betapa hinanya dunia ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu disebutkan:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوْقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ. فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ (( فَقَالُوْا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قال:(( أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ )) قَالُوْا: وَاللهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ. فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: (( فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ.

Sesungguhnya Nabi ﷺ berjalan melewati pasar saat banyak orang berada di dekat Beliau ﷺ. Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil.

Sambil memegang telinganya Nabi ﷺ bersabda, “Siapa diantara kalian yang bersedia membeli ini dengan satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Nabi ﷺ bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?”

Nabi ﷺ bersabda:

 فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

“Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.” [Hadits riwayat Muslim, no. 2957]

Pada kali lain Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ مَطْعَمَ ابْنِ آدَمَ جُعِلَ مَثَلًا لِلدُّنْيَا وَإِنْ قَزَّحَهُ وَمَلَّحَهُ فَانْظُرُوْا إِلَى مَا يَصِيْرُ

“Sesungguhnya makanan anak Adam dijadikan perumpamaan terhadap dunia. Walaupun ia sudah memberinya bumbu dan garam, lihatlah menjadi apa makanan tersebut akhirnya. [Hadits riwayat Ahmad, 5/136; Ibnu Hibban, no. 2489, dan lainnya dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu]

Dalam kesempatan yang lain Rasulullah ﷺ memberikan perbandingan kepada para sahabat antara dunia ini dengan akhirat. Cara penjelasan semacam ini merupakan salah satu metode yang sangat mudah untuk dipahami oleh orang-orang dengan beragam daya serapnya dalam memahami suatu penjelasan.

Rasulullah ﷺ bersabda,

وَاللهِ ، مَا الدُّنْيَا فِـي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِـعُ

Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadits ini yaitu) Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu? [Hadits riwayat Muslim, no. 2858 dan Ibnu Hibban, no. 4315]

Rekomendasi Khutbah Jumat Tentang Palestina
Rekomendasi Khutbah Membantu Kesusahan Orang Lain
Rekomendasi Khutbah Jumat Generasi Muda

Fitnah Dunia Dalam Al Qur’an dan Sunnah

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah telah menciptakan perhiasan dunia sebagai fitnah dalam artian ujian dan cobaan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” [Al-Kahfi: 7]

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menegaskan bahwa apa saja yang Allah ciptakan di atas dunia ini, baik berupa hewan, tumbuhan, berbagai benda dan barang berharga berupa emas, perak dan berlian dan apa saja yang sangat menyenangkan hati dan jiwa manusia itu berfungsi sebagai alat uji keimanan.

Sebagai alat tes siapakah di antara umat manusia itu yang paling baik amalnya, yang paling taat kepada Allah Ta’ala sesuai dengan sunnah Rasul-Nya ﷺ dan siapa yang durhaka kepada Allah dan menyimpang dari ajaran Rasul-Nya ﷺ.

Allah Ta’ala bahkan menegaskan bahwa harta dan anak pun juga Allah jadikan sebagai fitnah, yaitu sebagai sarana ujian dan cobaan kepada orang-orang beriman. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [Al-Anfal : 28]

Dr. Sayyid Quthub rahimahullah saat menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya Fi Zhilalil Quran mengatakan, ”Allah mengetahui titik-titik kelemahan pada diri manusia. Dia mengetahui bahwa ambisi terhadap harta dan anak-anak itu merupakan titik kelemahan paling dalam pada diri mereka.

Oleh karena itu, di sini, Allah mengingatkan hakikat pemberian harta dan anak-anak itu. Allah memberikan harta dan anak-anak kepada manusia untuk menguji dan memberi cobaan kepada mereka dengannya.

Harta dan anak termasuk perhiasan dunia yang notabene adalah ujian dan cobaan. Karena Allah hendak melihat apa yang diperbuat dan dilakukan seorang hamba terhadap harta dan anak ini. Apakah dia mau mensyukurinya dan menunaikan hak-hak nikmat yang diperolehnya itu? Ataukah malah sibuk dengannya sehingga lupa menunaikan hak-hak Allah?

Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiya’: 35]

Dengan demikian fitnah dan cobaan itu bukan hanya dengan kesulitan, kesengsaraan dan sejenisnya saja. Tetapi fitnah itu juga bisa berupa kemakmuran dan kekayaan. Termasuk kemakmuran dan kesenangan itu adalah harta dan anak.” Demikian penjelasan Dr. Sayyid Quthub rahimahullah tentang kandungan ayat ini.

Rasulullah ﷺ telah memperingatkan dalam sejumlah kesempatan tentang berbahayanya fitnah dunia. Di antaranya sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , beliau bersabda,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu sebagai khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Maka jagalah diri kalian dari  dunia, dan jagalah dirimu dari wanita. Sesungguhnya penyimpangan pertama kali yang dilakukan Bani Israil adalah dalam hal wanita. [Hadits riwayat Muslim, no. 2742].

Indahnya dunia dalam pandangan manusia ini sudah dirinci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bentuk-bentuknya dengan firman-Nya,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali-‘Imran : 14].

Rasulullah ﷺ dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa yang dia khawatirkan dari umatnya adalah bila dibuka seluas-luasnya kesenangan dunia untuk umat Islam ini, bukan kefakiran dan kemiskinan.

Hal ini sebagaimana dalam sabda Nabi ﷺ

فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ». متفق عليه

”Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas diri kalian. Akan tetapi aku khawatir dunia ini dibuka lebar untuk kalian sebagaimana dunia ini sudah dibuka lebar untuk orang-orang sebelum kalian.

Setelah itu kalian menjadi saling bersaing sebagaimana mereka telah bersaing dalam hal dunia. Maka duni ini akan membinasakan kalian sebagaimana dunia ini telah membinasakan mereka.” [Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]

Dan di dalam Shahih Muslim dari sahabat ‘Amr bin Al’Ash bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَىُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ ». قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِى مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ

“Apabila Persia dan Romawi telah ditaklukkan untuk kalian, lantas bagaimanakah keadaan kalian? ‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, ”Sebagaimana Allah perintahkan kepada kami. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak seperti itu, kalian akan saling besaing, kemudian saling dengki, lalu saling menjauhi, setelah itu saling memusuhi, atau semacam itu.

Kemudian kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal kaum muhajirin dan kalian menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain.” [Hadits riwayat Muslim no. 2962).

Adapun keadaan fakir dan sempit maka fitnah dan perselisihan itu lebih sedikit karena tidak adanya faktor yang mendorong kepada persaingan dan saling menjauhi. Oleh karenanya secara umum jiwa-jiwa manusia itu berdekatan dan saling menolong, berdamai dan bertoleransi.

Seorang mukmin sejati menjadikan cita-cita dan ambisinya itu terfokus pada beramal untuk akhirat sehingga dia sangat keras upayanya dalam memanfaatkan waktunya dalam berbagai amal shalih dan berlomba-lomba dalam kebaikan tanpa melupakan bagiannya dari dunia ini.

Seorang mukmin sejati mengambil bagian dari dunia ini sekadar apa yang bisa memenuhi kebutuhannya dan tidak menjadikan dunia ini sebagai sesuatu yang fundamental dalam hatinya dan menjadikan akhiratnya sebagai perkara sampingan. Orang mukmin sejati tidak akan pernah bersikap semacam ini.

Baca juga: Khutbah Jum’at tentang Wara’

Bagaimana Menyikapi Peringatan Fitnah Dunia?

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggariskan sikap yang benar dalam mensikapi dunia dan segala perhiasannya sehingga kita tidak terjebak kepada sikap yang berlebihan dalam meninggalkan dunia dan tidak pula bersikap melampaui batas dalam mencari dunia hingga hanyut dan tenggelam dalam kenimatannya yang melenakan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. [Al-Qashash: 77]

Dari ayat ini bisa diketahui bahwa dunia ini tidak tercela sepenuhnya. Ada bagian dari dunia ini yang bisa menjadi alat bantu bagi orang-orang mukmin untuk mendapatkan kebaikan akhirat. Dunia ini memang tercela di sisi Allah kecuali dunia yang dipakai untuk mentaati Allah atau membantu ketaatan kepada-Nya berupa berdzikir kepada Allah dan mencari ilmu agama.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatka oleh Imam At-Tirmidzi , Rasulullah ﷺ bersabda,

أَلا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلعونٌ مَا فِيهَا، إِلَّا ذِكْرَ اللَّه تَعَالَى ومَا وَالَاه، وَعالمًا وَمُتَعلِّمًا

”Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan terlaknatlah apa saja yang ada di dalamnya kecuali dzikrullah Ta’ala dan apa saja yang mendukungnya dan orang yang berilmu dan orang yang mempelajari ilmu.”

Yang dimaksud dengan ayat-ayat dan hadits-hadits yang mencela dunia adalah sebagai penjagaan dari fitnahnya, tidak berlebihan dalam mencintainya dan cenderung kepadanya serta mengikat kesetiaan atau kecintaan berdasarkan persoalan dunia.

Namun, mencari rezeki yang halal, mengupayakan sebab-sebab untuk mendapatkannya dalam rangka memenuhi masalahat-maslahat agama dan dunia, maka ini diperbolehkan secara syar’i dan tidak termasuk dalam celaan tersebut.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dia-lah yang Menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. [Al-Mulk: 15]

Rasulullah ﷺ bersabda,

نِعْمَ المالُ الصَّالحُ للمَرءِ الصَّالحِ

”Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki oleh orang yang shalih.” [Hadits riwayat Ahmad]

Sedangkan tokoh ulama terkemuka Tabi’in yaitu Sa’id bin Al-Musayyib berpandangan demikian,

لا خير فيمن لا يحب هذا المال يصل به رحمه ويؤدي به أمانته ويستغني به عن خلق ربه

Tidak ada kebaikan pada diri orang yang tidak menyukai harta yang bisa menjadi sarana bersilaturrahim dan menunaikan amanatnya serta tidak membutuhkan kepada (bantuan) orang lain.”

Kita sebagai orang beriman dilarang merasa takjub dengan harta dan anak-anak dari orang kafir yang begitu banyak dan berlimpah karena semua hanyalah kesenangan yang disegerakan untuk mereka di dunia ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. [At-Taubah: 85]

Allah Juga berfirman,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ ۚ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. [Al-Mukminun: 55-56]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Daftar Judul Khutbah Jumat Terbaru

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Pesan Ulama Salaf Tentang Cara Mensikapi Dunia

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Suatu kali Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, salah seorang ulama besar tabiut tabi’in berkata kepada seorang ahli ibadah bernama Bakr Al’Abid,

يَا بَكْرُ، ازْهَدْ وَنَمْ. قَالَ: وَقَالَ سُفْيَانُ: يَا بَكْرُ، خُذْ مِنَ الدُّنْيَا لِبَدَنِكَ، وَخُذْ مِنَ الْآخِرَةِ لِقَلْبِكَ

“Wahai Bakr! Bersikap zuhudlah dan tidurlah. Wahai Bakr! Ambillah dari dunia ini untuk badanmu dan ambillah dari akhiratmu untuk hatimu.”

Abu Nashr bin Al-Harits menjelaskan ungkapan tersebut dengan mengatakan, ”Yaitu untuk badanmu apa yang memang harus dipenuhi dan untuk hatimu yaitu sibukkanlah hatimu dengan mengingat akhirat.”

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

“Harta itu kalau tidak bermanfaat untuk pemiliknya maka pasti akan merugikannya. Demikian pula dengan ilmu, kekuasaan dan kemampuan. Semua itu bila tidak bermanfaat bagi pemiliknya niscaya akan merugikannya.

Hal ini karena semua itu adalah sarana untuk mewujudkan berbagai tujuan yang baik atau buruk. Apabila tidak digunakan untuk menjadi sarana menuju tercapainya tujuan-tujuan yang baik, maka akan menjadi sarana menuju tercapainya kebalikannya yaitu tujuan-tujuan yang buruk.

Manusia yang paling beruntung adalah seseorang yang menjadikan semua hal tadi sebagai sarana menuju Allah dan negeri akhirat. Itulah yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhiratnya.

Adapun manusia yang paling merugi adalah siapa saja yang menjadikan semua perkara tadi sebagai sarana untuk memuaskan hawa nafsunya, syahwatnya dan berbagai tujuan duniawi sehingga dia pun merugi di dunia dan akhirat.” [Uddatus Shabirin 188]

Kumpulan Tema Khutbah Jumat Terbaru

Doa Penutup

Demikian tadi khutbah tentang bahaya fitnah dunia dan cara mensikapinya. Semoga bermanfaat. Bila ada kebenaran dalam khutbah ini maka itu dari rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan penyimpanga maka itu dari kami dan dari setan. Semoga Allah Ta’ala mengampuni segala kesalahan kami dan kaum muslimin.

Marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menutup khutbah ini,

 اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Kumpulan Khutbah Jum’at Terbaru
Khutbah Jumat Tentang Penyakit Wahn
Khutbah Jumat Zuhud Terhadap Dunia