Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala bagi Allah Rabbul ‘alamin, yang telah menganugerahkan kepada kita semua, nikmat-Nya yang tak terbatas. Dengan rahmat dan karunia-Nya semata kita bisa hadir ke masjid ini dengan mudah dan aman, untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita sebagai Muslim, yaitu ibadah shalat Jumat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi yang mulia, Muhammad ﷺ , keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja dari kaum Muslimin yang mengikuti sunnah Nabi ﷺ dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga akhir zaman.
Kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada Jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana pun kita berada, dengan melaksanakan segala perintah-Nya semaksimal kemampuan yang kita miliki, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hanya dengan takwa kepada Allah saja kita akan selamat dan mulia di dunia dan akhirat. Dan takwa itulah sebaik-baik bekal menuju perjalanan abadi di akhirat nanti.
Perhatian Islam Terhadap Anak Yatim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al-Baqarah ayat yang ke 177, yang menerangkan ciri orang-orang yang benar imannya dan bertakwa kepada Allah Ta’ala:
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ – ١٧٧
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan 10 ciri khas orang yang jujur dalam imannya dan benar-benar bertakwa kepada Allah Ta’ala. Bila seseorang menyatakan diri sudah bertakwa kepada Tuhan namun tidak ada satu pun ciri tersebut, maka itu pengakuan yang dusta dan tidak bisa diterima.
Bila hanya ada sebagian saja dari ciri-ciri tersebut, maka ketakwaan orang tadi berarti belum sempurna. Memang orang bertakwa itu bertingkat-tingkat, sesuai dengan kemampuannya dalam mewujudkan ciri – ciri orang bertakwa dalam ayat tersebut dan ayat lainnya pada dirinya.
Salah satu dari ciri khas dari orang yang bertakwa adalah ”memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya..”
Mereka adalah orang yang sangat peduli dengan orang-orang yang lemah. Salah satunya adalah anak-anak yatim. Kita fokus pada pembahasan tentang anak yatim.
Setiap orang bertakwa pasti peduli dengan anak yatim. Dan memang Islam sangat peduli dengan nasib anak Yatim.
Al-Quran al-Karim telah menegaskan hakikat berbuat baik kepada anak yatim dan melarang merampas hartanya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚ
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. [Al-An’am: 152]
Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Al-Isra’: 34
وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗۖ وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔوْلًا – ٣٤
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
Bahkan Islam menjadikan dosa memakan harta anak yatim secara zhalim sebagai salah satu dari tujuh dosa yang bisa membinasakan pelakunya dan memasukkannya ke dalam neraka jahannam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ: ( اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ : الشِّرْكُ بِاللهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ.)
أخرجه البخاري 4/12(2766) و7/177و((مسلم)) 1/64(175)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, ”Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh dosa itu?”
Nabi ﷺ menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan perang saat sedang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina.”
[Hadits riwayat Al-Bukhari 4/12 no. 2766 dan Muslim 1/64 no. 175]
Rasulullah ﷺ juga sangat memperhatikan hak-hak dua golongan yang lemah di kalangan kaum Muslimin yaitu anak yatim dan wanita. Mereka adalah kelompok masyarakat yang paling layak untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
اللَّهمَّ إنِّي أحرِّجُ حقَّ الضَّعيفينِ : اليتيمِ ، والمرأَةِ
”Ya Allah. Sungguh aku timpakan dosa kepada orang-orang yang menyianyiakan hak dua golongan yang lemah, yaitu yatim dan wanita.”
[Hadits riwayat Ibnu Majah (3678), Ahmad (9664) dan An-Nasa’i di dalam As-Sunan Al-Kubra (9149). Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini hasan di dalam Shahih Ibni Majah no. 2982]
Hadis ini menegaskan prinsip Islam dalam bersikap lembut kepada orang lemah, seperti anak yatim dan wanita.
Dalam hadis ini terlihat jelas bahwa Nabi ﷺ sangat serius dalam memperhatikan hak anak yatim dan wanita, karena keduanya tidak memiliki kedudukan dan kemampuan yang bisa memberikan perlindungan dan pembelaan kepada keduanya. Karena itu, Nabi ﷺ menimpakan dosa, kesengsaraan dan penderitaan kepada orang yang merampas hak keduanya.[i]
Larangan Untuk Menghardik Anak Yatim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan kita semua dari melecehkan anak yatim dan menyakiti mereka dalam bentuk apa pun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ – ١
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ – ٢
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ – ٣
dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. [Al-Ma’un: 1-3]
Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Adh-Dhuha: 9
فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ – ٩
”Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Yang dimaksud dengan firman Allah tersebut menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullah adalah : ”Janganlah engkau merendahkannya, berbuat kasar kepadanya dan jangan pula menghinanya, namun berbuat baiklah kepadanya dan bersikaplah yang lembut kepadanya.”
Qatadah berkata, ”Hendaklah kamu menjadi seperti seorang ayah yang penuh kasih sayang dalam bersikap kepada anak yatim.”[ii]
Sedangkan Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, ”Maksud ayat tersebut adalah janganlah kamu kuasai anak yatim secara zhalim dan penuhilah haknya.”[iii]
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Secara umum kita semua sudah mengetahui bahwa menyantuni dan merawat serta mendidik anak yatim merupakan amal shaleh yang agung yang pahalanya sangat besar di akhirat.
Namun, untuk lebih mengokohkan pemahaman dan memori kita tentang keutamaan mengasuh anak yatim dan menguatkan semangat kita dalam mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, ada baiknya kita segarkan kembali ingatan kita mengenai berbagai keutamaan dari menyantuni anak yatim.
Dr. Badar Abdul Hamid Humaisah menjelaskan keutamaan menanggung dan mendidik anak yatim serta memuliakan mereka, secara ringkas sebagai berikut:
- Menemani Rasulullah ﷺ di surga dan cukuplah hal tersebut sebagai sebuah kemuliaan.
- Menanggung anak yatim merupakan sedekah yang pahalanya dilipatgandakan bila anak yatim tersebut dari kalangan kerabatnya yaitu mendapat pahala sedekah dan pahala menyambung kekerabatan sekaligus.
- Menanggung anak yatim dan menafkahinya merupakan indikasi dari sifat kepribadian yang sehat dan fitrah yang suci.
- Menanggung anak yatim dan mengusap kepalanya serta menenangkan perasaannya akan melembutkan hati dan menghilangkan kerasnya hati.
- Menanggung anak yatim merupakan kebaikan besar yang akan didapatkan pelakunya di dunia dan akhirat.
- Menanggung anak yatim berarti ikut serta dalam membangun masyarakat yang bersih yang bebas dari kedengkian dan kebencian dan didominasi oleh semangat rasa cinta dan kasih sayang.
- Memuliakan anak yatim dan mengurusnya merupakan tanda cinta orang tersebut terhadap Rasulullah ﷺ .
- Menanggung anak yatim akan mensucikan harta dan menjadikan harta tersebut sebaik-baik teman bagi seorang Muslim.
- Menanggung anak yatim merupakan akhlak yang terpuji, yang ditetapkan oleh Islam dan pelakunya mendapatkan pujian karenanya.
- Dalam menanggung anak yatim terdapat barokah yang turun kepada orang yang menanggung anak yatim tersebut dan rezekinya akan bertambah. [Mausu’ah Nadhratun Na’im 8/3253][iv]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Bentuk Berbuat Baik Kepada Anak Yatim
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ telah memerintahkan kepada kita, agar berbuat ihsan kepada anak yatim. Mengenai bentuk berbuat ihsan kepada anak yatim Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ruslan mengatakan, ”Pada dasarnya berbuat ihsan kepada anak yatim adalah dengan memperhatikan keadaan mereka, menjaga hartanya dan bersikap belas kasih kepada mereka.
Sedangkan Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf mengatakan, ”Berbuat ihsan kepada anak-anak yatim adalah sebagai berikut:
- Memelihara harta mereka.
- Melindungi hak-hak mereka.
- Membiasakan anak yatim dengan adab-adab syar’i dan medidik mereka dengan baik.
- Mengusap kepala mereka.[v]
Mungkin perlu diperjelas di sini tentang hak-hak anak yatim supaya kita semua mengetahuinya dengan baik agar kita tidak merampas atau mengabaikan hak-hak tersebut.
Berikut ini ringkasan dari penjelasan Syaikh As-Sayyid Murad Salamah tentang hak-hak anak yatim:
- Hak untuk ditanggung kehidupannya (kafalatul yatim)
Yang dimaksud adalah dipenuhi kebutuhannya dan diupayakan kemaslahatannya berupa makanan, pakaian, dikembangkan hartanya bila memiliki harta. Bila dia tidak memiliki harta maka dia diberi nafkah dan diberi pakaian dengan mengharap ridha Allah Ta’ala.
- Hak memiliki harta dan hak waris.
- Mendapatkan bagian dari ghanimah (rampasan perang di jalan Allah ) dan fai’ (harta yang dirampas dari musuh Islam tanpa melalui pertempuran).
- Berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik.
- Anak yatim perempuan berhak untuk mendapatkan mahar yang sama dengan wanita lainnya saat menikah.[vi]
Doa Penutup
Demikianlah gambaran berbuat ihsan kepada anak yatim dalam Islam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua hidayah dan taufik agar kita mampu berbuat ihsan kepada anak yatim dengan sebaik-baiknya.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
[i] https://islamic-content.com/hadeeth/395
[ii] https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura93-aya9.html
[iii] https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/qortobi/sura93-aya9.html
[iv] http://www.saaid.net/Doat/hamesabadr/192.htm
[v] https://dorar.net/akhlaq/85/%D8%B5%D9%88%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%A5%D8%AD%D8%B3%D8%A7%D9%86
[vi] https://www.alukah.net/sharia/0/133554/
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jumat Singkat
– Khutbah Tentang Birrul Walidain
– Khutbah Jumat Pilar Keluarga Dalam Islam