Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ
Pengantar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai wujud rasa syukur kita kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia yang tak terhingga jumlahnya.
Caranya adalah dengan senantiasa melaksanakan perintah Allah Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki dan menjauhi semua larangan-Nya.
Shawalat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, Nabi yang mulia, Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti sunnah Nabi ﷺ secara lahir dan batin dengan istiqamah hingga akhir zaman.
Hadits Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Pada Hari Kiamat
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Nabi ﷺ bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
”Ada tujuh golongan manusia yang Allah Ta’ala akan menaungi mereka pada naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah. Lelaki yang hatinya tergantung di masjid.
Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah. Lelaki yang diajak berbuat zina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan namun dia berkata,”Aku takut kepada Allah.”
Orang yang mensedekahkan sesuatu kemudian dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya. Dan orang yang mengingat Allah sendirian lalu kedua matanya berlinang air mata.”
[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031]
Pada saat Yaumul Hisab – Hari Hisab – pada hari kiamat, tidak ada pepohonan, tidak ada kamar tidur, tidak ada istirahat, tidak ada aula, tidak ada AC dan tidak ada gua. Semua itu tidak ada pada hari kiamat.
Sementara matahari jaraknya sangat dekat dengan kepala manusia yaitu satu mil sebagaimana dalam hadits shahih dari Al-Miqdad bin ‘Amr al-Aswad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنَ الخَلْقِ، حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ
”Matahari didekatkan dari makhluk pada hari kiamat hingga jaraknya dari mereka satu mil.”
Sulaim bin ‘Amir yang meriwayatkan hadits ini berkata,”Demi Allah! Aku tidak tahu maksud dari al-Miil, apakah mil yang menunjukkan jarak ataukah mil berupa alat celak mata.”
[Hadits shahih riwayat Muslim no. 2864]
Kondisi ini diperburuk dengan keadaan manusia yang tanpa memakai pakaian sama sekali alias telanjang bulat dan tanpa alas kaki.
Mereka berada di satu tempat yang sama berupa dataran tinggi yang luas. Semua manusia dari manusia generasi pertama hingga generasi terakhir, tua-muda, pria-wanita, para nabi dan rasul, para pimpinan negara dan menteri, orang kaya dan miskin, orang lemah dan kuat, orang kafir, munafik, muslimin dan mukminin seluruhnya berada di tempat yang sama.
Rasulullah ﷺ kemudian melanjutkan informasinya,”Keringat yang menggenangi tubuh manusia saat itu sesuai dengan kadar amalannya. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke kedua mata kakinya. Ada yang sampai ke lututnya. Ada yang sampai ke pinggangnya dan bahkan ada yang sampai tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah ﷺ mengisyarakatkan tangannya ke mulutnya.”
Kemudian Allah mendatangkan tujuh golongan manusia ini dan menjadikan mereka berada di bawah naungan-Nya sampai Allah mengadili semua manusia.
Penjelasan Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Yang dimaksud dengan naungan yang Rasulullah ﷺ sebutkan dalam hadits tadi adalah naungan ‘Arsy. Hal ini berdasarkan hadits-hadits lain yang menjelaskannya. Di antaranya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , beliau bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ غَرِيْمِهِ أَوْ مَحَا عَنْهُ كَانَ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Siapa yang memudahkan pengembalian hutang orang yang berhutang kepadanya atau menghapus hutang darinya maka dia akan berada di bawah naungan ‘Arsy pada hari kiamat.”
[Hadits riwayat Muslim no. 1563 dan AHmad no. 22559 dan ini lafazhnya]
Di hari yang berat pada hari kiamat kelak, ada tujuh golongan manusia yang dimuliakan oleh Allah dengan mendapatkan fasilitas pelindung dari sinar mentari yang sangat panas menyengat:
1. Pemimpin yang adil
yaitu pemimpin yang adil kepada rakyatnya, yang memelihara hak-hak mereka, memperhatikan maslahat mereka, berhukum dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga pemimpin semacam ini mewujudkan kemaslahatan agama dan dunia.
2. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah
Maksudnya adalah pemuda yang tumbuh dewasa dalam keadaan sungguh-sungguh beribadah kepada Allah dan senantiasa mentaati-Nya dalam perintah dan larangan-Nya.
Dikhususkan sebutan pemuda dalam hadits ini karena ibadah di usia muda merupakan perkara yang paling berat dan sulit untuk dilakukan. Hal ini karena banyaknya dorongan untuk berbuat maksiat dan dominasi dari syahwat.
Bila di masa muda seseorang tekun beribadah maka hal itu menunjukkan kuatnya takwa dan besarnya rasa takutnya kepada Allah.
3. Lelaki yang hatinya tergantung di masjid.
Yaitu orang yang amat sangat mencintai dan terikat dengan masjid. Dia sering menetap di masjid, senantiasa melaksanakan shalat wajib secara berjamaah di masjid dan menunggu shalat berikutnya setelah melaksanakan shalat. Seakan – akan hatinya merupakan lampu yang berada di masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah.
Maksudnya, dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala dan di jalan menuju keridhaan Allah Ta’ala serta ketaatan kepada-Nya, bukan karena kepentingan duniawi. Mereka bersatu berdasarkan hal itu. Mereka benar-benar tulus karena Allah saat bersatu dan berpisah.
5. Seorang lelaki yang diajak berbuat zina oleh seorang wanita cantik yang terhormat nasabnya, kaya, berpengaruh dan berkedudukan tinggi, namun menjawab, ”Aku benar-benar takut kepada Allah.”
Hal ini bisa mengandung makna, dia mengucapkannya untuk mencegah wanita itu dari berzina. Atau bisa juga bermakna dia mengucapkannya dengan hatinya dan dibuktikan dengan perbuatannya yaitu rasa takutnya kepada Allah telah menghalanginya dari melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah.
Di sini dikhususkan wanita yang berkedudukan dan cantik karena kuatnya daya tariknya. Penolakannya terhadap godaan yang sangat besar semacam itu berarti dia telah menghimpun tingkatan-tingkatan ketaatan kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya pada level paling sempurna. Ini merupakan sifat orang-orang shiddiqin, orang yang sangat teguh di atas imannya.
6. Orang yang bersedekah dengan sedekah sunnah lalu merahasiakan sedekahnya dengan sangat ketat agar tidak diketahui seorang pun.
Sehingga diumpamakan tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Artinya, andaikan tangan kirinya adalah orang yang hidup, dia tidak mengetahui sama sekali sedekah yang dilakukan meskipun dia sangat dekat dengannya, saking rapatnya menyembunyikan sedekah.
Ini merupakan sikap yang paling utama dalam bersedekah dan paling jauh dari riya’ . Meskipun demikian, bersedekah dan zakat secara terbuka itu diperbolehkan bila bersih dari riya’ dan dengan tujuan untuk mendorong orang lain untuk berinfak dan agar orang lain meneladani dirinya serta untuk menampakkan syiar-syiar Islam.
7. Seseorang yang berdzikir kepada Allah dengan hatinya atau dengan lisannya, saat sendirian, mengingat keagungan Allah Ta’ala dan pertemuan dengan-Nya, hisab Allah Ta’ala terhadap semua amalnya, kemudian air matanya bercucuran.
Atau bisa juga seseorang berada di tengah banyak orang namun hatinya hanya menghadap kepada Allah dan tertuju kepadanya lalu meneteslah air matanya karena takut kepada Allah Ta’ala.[i]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Kunci Keberhasilan Ketujuh Golongan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mungkin terlintas dalam benak kita, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi salah satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan di bawah ‘Arsy pada hari kiamat kelak ?
Pada dasarnya, tujuh golongan manusia ini meraih kenikmatan tersebut adalah dengan keikhlasan mereka kepada Allah Ta’ala dan tidak mengikuti hawa nafsunya.
Pemimpin yang berkuasa tidak akan mampu untuk bersikap adil kecuali bila dia tidak mengikuti hawa nafsunya. Pemuda yang lebih mengutamakan untuk beribadah kepada Allah daripada dorongan jiwa mudanya tidak akan mampu melakukannya kecuali dia menyelisihi hawa nafsunya.
Lelaki yang hatinya tergantung ke masjid itu hanyalah karena dia tidak mengikuti dorongan nafsunya yang senantiasa menggiringnya ke tempat-tempat kelalaian dan bersenang-senang.
Orang yang merahasiakan sedekahnya itu kalau tidak menaklukan hawa nafsunya tentu dia tidak akan mampu terus menerus merahasiakan sedekahnya.
Pria yang tidak mau mengikuti ajakan berzina dari wanita cantik yang memiliki kedudukan adalah karena rasa takut kepada Allah dan tidak mengikuti hawa nafsunya.
Juga orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala sendirian lalu menangis karena takut kepada Allah. Dia sampai ke tingkatan ini karena menyelisihi hawa nafsunya.[ii]
Demkian pula dengan dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah. Orang-orang ini mengesampingkan kepentingan dunia yang lazim ada pada manusia namun berhasil menyingkirkan orientasi duniawiyah tersebut.
Ini benar-benar tidak mudah. Meskipun rumusannya kelihatannya sederhana, ikhlas dan tidak mengikuti kemauan hawa nafsu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ ٤٠
”Adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya.
فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ ٤١
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(-nya).” [An-Nazi’at: 40]
Doa Penutup
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua dan kaum Muslimin taufik dan hidayah-Nya agar mampu bersikap ikhlas dalam beramal shaleh dan tidak memperturutkan hawa nafsu hingga hari pertemuan-dengan-Nya.
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْم يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِيْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
أَقِمِ الصَّلَاةَ
[i] https://www.dorar.net/hadith/sharh/6997
[ii] Ibid.
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Khutbah Jum’at Terbaru
– Khutbah Jumat Tentang 5 Perkara Sebelum 5 Perkara
– Khutbah Jumat Tentang Generasi Terbaik Islam
– Khutbah Jumat Tentang Pemuda Islam