Pengertian Yaumul Hisab: Arti, Dalil, Hikmah Menurut Ulama

Tulisan ini membahas tentang Yaumul Hisab atau hari penghitungan amal perbuatan manusia pada hari kiamat. Sebuah hari yang berat bagi orang-orang kafir dan munafik namun ringan bagi orang-orang mukmin yang jujur dan ikhlas dalam imannya.

Dalam kajian tentang Yaumul Hisab ini akan dibahas tentang pengertian Hisab, jenis-jenisnya, kondisi manusia saat dihisab, hikmahnya dan beberapa persoalan yang sering ditanyakan terkait persoalan hisab.

Arti Yaumul Hisab Adalah?

Yaumul Hisab (يَوْمٌ اْلحِسَابِ) adalah hari perhitungan. Hari dimana seorang hamba berdiri di hadapan Allah dan dihadapan mereka adalah amal mereka. Baik itu seorang mukmin, kafir, yang istiqomah, maupun yang bermaksiat.

Mereka akan mendapatkan apa yang telah mereka lakukan di dunia, balasan berupa pahala maupun hukuman. Mereka akan mendapatkan kitab catatan amal mereka dari kanan apabila beriman dan dari kiri apabila mereka tholih.

Pengertian Yaumul Hisab

Pengertian Yaumul Hisab dari segi bahasa dan istilah syar’i adalah sebagai berikut:

Secara bahasa

Kata الحساب dipakai secara umum dengan makna:

 العَدَدُ, وَاْلمَعْدُوْدُ, وَاْلإِحْصَاءُ بِالدِّقَّةِ التَّامَّةِ دُوْنَ زِيَادَةٍ وَلَا نُقْصَانٍ

‘bilangan, hitungan, penghitungan secara teliti dan sempurna tanpa ditambah dan dikurangi.’

Para Ahli bahasa telah menyebutkan makna yang banyak terkait makna kata حسب ini.[i]

Secara Istilah Syar’i

Sedangkan pengertian Hisab secara Syar’i menurut Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala memposisikan seorang hamba di hadapan-Nya kemudian memberitahukan seluruh amalan yang telah dia lakukan dan perkataan yang dia ucapkan.

Demikian pula keimanan dan kekafiran, istiqamah dan penyimpangan, ketaatan dan kemaksiatan saat hidup di dunia, serta pahala dan siksa yang pantas dia terima.

Allah juga mendatangkan buku catatan amalan kepada para hamba-Nya pada tangan kanan mereka apabila mereka itu orang-orang yang shalih dan pada tangan kiri mereka bila mereka bukan orang-orang yang Thalih (lawan dari shalih).[ii]

Baca juga: Dalil Naqli Yaumul Hasyr

Dalil Adanya Yaumul Hisab Dalam Al Quran

Dalil Adanya Yaumul Hisab dalam Al Quran

Ayat yang menyebutkan ayat hisab secara umum, dan Allah akan menghisab amal sangatlah banyak. Kami hanya menyebutkan dalil ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan secara langsung yaumul hisab (hari perhitungan).

  • Ibrahim: 41

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ

Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (Yaumul Hisab).”

  • Shad: 16

وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّلْ لَنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ – ص:١٦

Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan (Yaumul Hisab).”

  • Shad: 53

هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ – ص: ٥٣

Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari perhitungan (Yaumul Hisab)

Baca juga: Pengertian Yaumul Jaza

Jenis-Jenis Hisab di Hari Kiamat

Hisab pada Hari Kiamat ada dua jenis, yaitu:

1. Pemaparan perbuatan (al-‘Aradh).

Ini hanya untuk orang mukmin. Dia akan ditanya tentang amalnya, ilmunya dan nikmat yang Allah berikan kepadanya.

Dia akan menjawab dengan cara yang membuatnya nyaman dan menjelaskan maksudnya dengan cara yang meyakinkan dan dengan cara yang akan menyebabkan berkah Allah terus dianugerahkan kepadanya.

Ketika dosa-dosanya ditunjukkan kepadanya, dia akan mengakuinya, kemudian Allah akan menutupinya dan memaafkannya. Ini tidak akan menjadi pemeriksaan menyeluruh dan dia tidak akan diinterogasi.

Kemudian dia akan mengambil bukunya (catatan perbuatan) dengan tangan kanannya, dan dia akan kembali ke keluarganya di surga dengan gembira, karena dia telah diselamatkan dari azab dan telah memperoleh pahala.

Al-Bukhari (6536) dan Muslim (2876) meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ عُذِّب

“Siapa saja yang dihisab dengan sangat teliti dan menyeluruh maka akan diadzab.”

‘Aisyah bertanya,”Bukankah Allah Ta’ala berfirman,

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

“Maka dia pasti aka dihisab dengan hisab yang ringan.”

Nabi ﷺ bersabda,

ذَلِكِ الْعَرْضُ

“Maksud dari hal itu adalah al-‘ardhu (pemaparan amal perbuatan seorang mukmin di hadapan pelakunya)

Al-Hafizh rahimahullah berkata, “Al-Qurthubi berkata, “makna sabda Nabi ” إِنَّمَا ذَلِك الْعَرْضُ “itu hanyalah pemaparan belaka” yaitu sesungguhnya hisab yang disebutkan dalam ayat tersebut hanyalah berupa pemaparan amal-amal orang mukmin kepadanya sehingga orang tersebut mengetahui nikmat Allah kepadanya dalam bentuk Allah menutupinya di dunia dan di akhirat diampuni kesalahan-kesalahan tersebut.”

 وروى أحمد (24988) عن عَائِشَةَ قالت : ” سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْحِسَابِ الْيَسِيرِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ ؟ فَقَالَ : ( الرَّجُلُ تُعْرَضُ عَلَيْهِ ذُنُوبُهُ ثُمَّ يُتَجَاوَزُ لَهُ عَنْهَا إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكَ ) . صححه الألباني في “ظلال الجنة” (2/128) .

Imam Ahmad (24988) meriwayatkan dari ‘Aisyah dia berkata,” Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang hisab yang mudah. Aku mengatakan,” Ya Rasulullah, apakah hisab yang mudah itu?”

Rasulullah ﷺ menjawab, “Dosa-dosa seseorang akan ditunjukkan kepadanya, kemudian dia akan diampuni dosa-dosanya. Siapa saja yang diperiksa dengan seksama pada saat hisab, maka dia akan celaka.” [Al-Albani menshahihkannya di dalam ‘Zhilalul Jannah (2/128)]

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

 ” المؤمن يحاسب ولكنه ليس حساب مناقشة، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: (من نوقش الحساب هلك -أو قال- عذب) لكنه حساب عرض ” انتهى من “اللقاء الشهري” (1 /378) .

”Seorang mukmin akan dihisab tetapi itu tidak akan menjadi hisab dalam arti pemeriksaan yang teliti, karena Nabi ﷺ bersabda, ”Siapa yang diperiksa dengan seksama pada saat hisab, maka dia akan binasa – atau beliau bersabda ‘akan disiksa.” Namun, hisabnya hanya berupa ‘ardh /pemaparan amalan. [Al-Liqa’ Asy-Syahriy (1/378)]

وقد روى البخاري (2441) ومسلم (2768) عن ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ . حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ : سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ . فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ . وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ )

Al-Bukhari (2441) dan Muslim (2768) meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,” Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mendekatkan orang beriman dan menaruh tutup-Nya dan menutupinya lalu berkata, ‘Apakah kamu mengakui dosa ini?, apakah kamu mengakui dosa itu?’ Maka dia akan berkata, ‘Ya, Tuhan.’

Sehingga ketika dia mengakui dosa-dosanya dan berpikir bahwa dia akan celaka, Allah berkata, ‘Aku menyembunyikannya untukmu di dunia dan aku memaafkan dosa-dosamu pada hari ini.’

Kemudian dia akan diberi kitab amal kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan munafik, para saksi akan berkata, “Mereka itulah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhan mereka!” Tanpa keraguan! Laknat Allah akan menimpa orang-orang yang zhalim.’ [Hud:18].”

2. Hisab secara seksama dan menyeluruh.

Inilah hisab Allah bagi orang-orang kafir dan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari orang-orang berdosa di antara orang-orang yang mentauhidkan-Nya. Hisab mereka mungkin panjang dan sulit, sesuai dengan jumlah dosa mereka.

Adapun orang-orang berdosa di antara orang-orang yang mentauhidkan-Nya, Allah mungkin memasukkan siapa saja yang Dia kehendaki ke Neraka selama beberapa waktu, kemudian Dia akan mengeluarkan mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga untuk selama-lamanya.

Muslim (2968) meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata:

Para sahabat bertanya,” Ya Rasulullah, apakah kami akan melihat Tuhan kami pada hari kiamat?” Beliau bersabda, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari di siang hari ketika tidak ada awan?” Mereka menjawab,” Tidak.”

Beliau berkata, “Apakah kalian memiliki masalah melihat bulan pada malam purnama, ketika tidak ada awan?” Mereka berkata,” Tidak.” Beliau berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan memiliki masalah yang lebih besar dalam melihat Tuhan kalian daripada ketika kalian melihat keduanya.

Allah akan menemui hamba-Nya dan berkata,”Wahai fulan, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, memberimu istri dan menundukkan kuda dan unta untukmu, dan memberimu kesempatan menjadi pemimpin?”

Dia akan berkata,” Ya.” Allah akan berkata,” Apakah kamu pikir kamu akan bertemu dengan-Ku? Dia akan berkata,” Tidak.” Allah akan berkata,” Maka Aku akan melupakanmu sebagaimana kamu melupakan Aku.”

Kemudian Allah akan menemui orang kedua dan berkata,” Wahai fulan, bukankah aku telah memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, memberimu istri dan menundukkan kuda dan unta untukmu, dan memberimu kesempatan menjadi pemimpin?”

Dia akan berkata,” Ya, ya Tuhan.” Allah akan berkata,” Apakah kamu pikir kamu akan bertemu dengan-Ku? Dia akan berkata,”Tidak.” Allah akan berkata,”Maka Aku akan melupakanmu seperti kamu melupakan Aku.”

Kemudian Allah akan bertemu dengan orang ketiga dan akan mengatakan sesuatu yang serupa dengannya, dan dia akan berkata,”Ya Tuhan, aku telah beriman kepada-Mu dan kepada Kitab-Mu dan Rasul-rasul-Mu, dan aku telah shalat, berpuasa, dan bersedekah,” dan dia akan menyebutkan sebanyak-banyaknya hal-hal baik yang dia bisa. Allah akan berkata,” Cukup sampai di sini.”

Kemudian dikatakan kepadanya,”Sekarang Kami akan mengirimkan saksi-saksi Kami terhadap kamu.” Dia berpikir dalam hati, siapakah yang dapat menjadi saksi terhadap aku? Kemudian segel akan ditempatkan di mulutnya lalu akan dikatakan ke pahanya, dagingnya dan tulangnya: Bicaralah.

Paha dan dagingnya dan tulangnya akan berbicara tentang perbuatannya, untuk membuktikan dari dirinya sendiri. Itulah orang munafik, itulah orang yang dimurkai Allah.”[iii]

Baca juga: Pengertian Yaumul Barzakh

Kondisi Manusia Ketika Dihisab

Kondisi Manusia Ketika dihisab di hari kiamat

Setelah Al-Ba’ats atau dibangkitkan dan dihidupkannya kembali seluruh umat manusia yang telah meninggal dunia, Allah mengumpulkan manusia untuk melakukan hisab atas amal perbuatan mereka.

Saat itu bumi memberikan laporan apa yang telah terjadi di atas permukaannya, lisan, kedua tangan, kedua kaki dan kulit memberikan kesaksian terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang.

Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” [An-Nur: 24]

Manusia dalam keadaan tanpa alas kaki dan tanpa pakaian atau telanjang. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah orang pertama yang diberi pakaian. Para malaikat datang dengan catatan amal manusia yang ditulis saat mereka di dunia untuk ditunjukkan kepada setiap pemilik catatan tersebut.

Dalam buku catatan amal tersebut ditulis setiap gerakan dan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Sebagian manusia mengambil buku catatan amalnya dengan tangan kanan. Mereka itulah para penghuni surga.

Dan sebagian lainnya mengambil buku catatan amal dengan tangan kirinya. Mereka itulah para penghuni neraka. Kemudian lembaran-lembaran amal ini ditimbang dengan amalan yang ada di dalamnya. Pembalasan adalah sesuai dengan timbangan amalannya. Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ .وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.

Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. [Al-Mukminun: 102-103]

[lihat: Al-Aqaid Al-Islamiyyah, Dr. Sayyid Sabiq, Darul Kitab Al-‘Arabi, Beirut, hal. 278-281 dengan penyesuaian]

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang melaksanakan hisab terhadap manusia tanpa hijab atau perantara. Orang mukmin tidak diperiksa secara seksama dalam hisabnya sebagai bentuk rahmat Allah kepadanya.

Adapun orang kafir maka Allah mempermalukannya. Allah memanggilnya di hadapan seluruh manusia dengan kedustaannya dan kezhalimannya. [Al-‘Aqaid Al Islamiyyah, Dr. Sayyid Sabiq, Darulutub Al-‘Arabi, hal. 281-287, dengan penyesuaian.]

Orang-orang mukmin merasa gembira sekali karena telah dihisab dengan hisab yang ringan. Sedangkan orang kafir tertimpa kehinaan. Dia berlindung dengan mengingkari apa yang tertulis dalam buku catatan amalnya.

Lantas lisannya berhenti berbicara dan berbicaralah anggota badannya tentang perbuatan haram yang dia lakukan. Dengan demikian hisabnya sangatlah berat dan sulit. [Ta’rif “aam bi diinil islam, Ali bin Musthafa Ath-Thanthawi (1989), hal. 111-114 dengan penyesuaian.][iv]

Baca juga: Arti Yaumul Mizan

Hikmah Adanya Yaumul Hisab

Hikmah adanya Yaumul Hisab Bagi Manusia

Hikmah dari adanya Yaumul Hisab di antaranya adalah untuk menegakkan hujjah kepada seluruh umat manusia dan untuk menampakkan keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seluruh hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali tidak akan menzhalimi hamba-Nya sekecil apa pun. sehingga dalam proses hisab yang disana setiap hamba diberikan catatan amalnya berikut dihadirkan saksi-saksi yang berbicara yang membuktikan benarnya catatan amal yang ada.

Allah memberikan balasan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً -٤٠-

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. Dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dari sisi-Nya pahala yang besar,”. [An-Nisa’: 40]

Tanya Jawab:

Berikut sejumlah pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh sebagian kalangan dari kaum Muslimin. Semoga jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa memberikan kejelasan dan memberikan pencerahan kepada siapa saja yang membutuhkannya.

– Apakah para nabi akan dihisab?

Mengenai pertanyaan apakah para Nabi dan rasul akan dihisab oleh Allah Ta’ala terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Sebab perbedaan pendapat tersebut adalah firman Allah Ta’ala,

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), [Al-A’raf: 6]

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala akan menghisab seluruh manusia, para rasul dan umatnya. Inilah pendapat sebagian ulama.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Alah Ta’ala bertanya kepada para Nabi tentang penyampaian risalah Allah kepada kaum mereka. Sedangkan umat para rasul itu ditanya Allah juga tentang jawaban mereka terhadap seruan para rasul tersebut kepada mereka.

Imam As-Sifaraini menjawab pertanyaan di atas dengan mengatakan, “Tidak ada hisab terhadap para Nabi ‘alaihimussalam dalam bentuk pemeriksaan teliti dan menyeluruh yang diiringi dengan teguran keras kepadanya.” [v]

Hal ini masuk akal karena bila di antara umat para Rasul saja ada yang mendapat keistimewaan masuk surga tanpa hisab apalagi para rasul itu sendiri. wallahu a’lam.

– Apakah yang mati syahid akan dihisab?

Apakah Orang Mati Syahid dihisab di yaumul hisab

Markazul Fatwa Qatar dalam sebuah fatwanya menyatakan bahwa orang yang mati syahid meskipun mendapatkan derajat yang tinggi dan kedudukan yang agung akan tetapi hutangnya tidak mendapatkan ampunan.

Ini berarti dia akan dihisab hanya saja hisabnya sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan tentang orang-orang mukmin yang menerima kitab catatan amal mereka dengan tangan kanannya,

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, [Al-Insyiqaq: 7-8]

 Jadi ini hanya sekedar al-‘ardh yaitu sekedar dipaparkan amalnya orang mukmin kepadanya sehingga dia mengetahui nikmat Allah Ta’ala kepadanya dengan menutupinya di dunia dan memaafkannya di akhirat.[vi]

Baca juga: Arti Ashabul Yamin

– Apa semua makhluk dihisab satu hari atau tidak?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin rahimahulah berkata, “Yaumul Hisab itu satu hari akan tetapi satu hari yang ukurannya 50 ribu tahun sebagaimana firman Allah Ta’ala,

 سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ

لِلْكَافِرِينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ

مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

1. Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa,

2. orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya,

3. (yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.

4. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. [Al-Ma’arij: 1-4]

Adzab ini menimpa orang-orang kafir pada satu hari yang kadarnya selama 50 ribu tahun. Hari yang panjang ini adalah hari yang berat bagi orang-orang kafir sebagaimana firman Allah Ta’ala,

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَٰنِ ۚ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا

Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. [Al Furqan: 26]

dan Allah juga berfirman,

فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ

عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ

9. maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit,

10. bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. [Al-Mudatstsir: 9-10]

Makna tersirat dari kedua ayat tersebut adalah bahwa hari itu adalah ringan bagi orang mukmin. hari yang panjang yang penuh dengan kengerian dan berbagai peristiwa besar itu Allah Ta’ala mudahkan bagi orang Mukmin dan menjadi sulit bagi orang kafir.” [vii]

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya’la serta Ibnu Hiban dalam Shahihnya dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda:

يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” [Al-Ma’arij: 4]

lalu ada berkata, “Betapa panjangnya hari itu.” Maka Nabi ﷺ bersabda,

والذي نفسي بيده إنه ليخفف على المؤمن حتى يكون عليه أخف من صلاة مكتوبة

“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya hari tersebut diringankan bagi orang mukmin sehingga bagi orang mukmin menjadi lebih ringan dari shalat wajib.”[viii]

– Apakah Orang Kafir dihisab?

Apakah Orang Kafir dihisab di yaumul hisab

Syaikh Dr. Abdullah bin Hamud al-Farih menjawab pertanyaan apakah orang kafir akan dihisab? dengan mengatakan, “Masalah ini termasuk dalam masalah khilafiyah. Sebagian ulama berpendapat mereka tidak dihisab karena amalan mereka itu batil dan sia-sia sehingga tidak ada faedahnya menghisab dan menanyai mereka.

Sebagian ulama lainnya berpendapat orang-orang kafir itu akan dihisab. Hal itu karena ada sejumlah hikmah dan amalan mereka akan ditimbang untuk menentukan amalan mereka dan menjelaskan keadilan Allah Ta’ala dalam masalah amalan mereka.

Tujuan hisab bukan untuk memberikan balasan dengan kebaikan. Karena amalan mereka tidak akan diterima bahkan amalan mereka itu sia-sia namun mereka menyangka telah melakukan perbuatan yang sebaik-baiknya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ * تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ * أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فَكُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ

Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.

Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. [Al-Mukminun: 103-104][ix]

– Umat yang pertama kali dihisab

Umat yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah umat Islam. Umat Islam adalah umat yang pertama kali dipanggil untuk dihisab pada hari kiamat.

Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,

نَحْنُ الآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ

”Kita adalah umat terakhir yang menjadi umat pertama pada hari kiamat.”[x]

Manusia yang pertama kali dihisab

Manusia yang pertama dihisab adalah tiga golongan manusia dari kalangan ulama atau qari’, mujahid dan dermawan yang suka bersedekah namun tidak ikhlas karena Allah Ta’ala. Mereka hanya karena ingin pujian manusia. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

 وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

 وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ.

 رواه مسلم (1905) وغيره

Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya berbagai nikmat yang dia terima di dunia, lalu ia pun mengakuinya.

Allah bertanya kepadanya,”Apakah yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?’ Ia menjawab,”Aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid.” Allah berfirman,”Kamu dusta! Kamu berperang supaya disebut sebagai orang yang gagah berani. Dan memang demikianlah yang telah dikatakan tentang dirimu.”

Kemudian diperintahkan (kepada malaikat) agar orang itu diseret di atas mukanya, lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Dan (berikutnya) seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya berbagai nikmat yang dia terima (saat di dunia), maka ia pun mengakuinya.

Kemudian Allah bertanya,”Apakah yang telah lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?” Ia menjawab,”Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.”

Allah berkata,”Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (orang yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan sebagai qari’ (ahli membaca al Qur`an). Memang begitulah yang telah dikatakan tentang dirimu.”

Kemudian diperintahkan (kepada malaikat) agar dia diseret di atas mukanya dan dilempar ke dalam neraka.

Dan (berikutnya) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya berbagai nikmat yang telah dia terima (saat di dunia), maka ia pun mengakuinya.”

Allah bertanya, ”Apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?’ Dia menjawab,” ‘Aku tidak pernah meninggalkan satu jalan pun jalan yang Engkau cintai agar berinfaq di jalan tersebut, melainkan pasti aku berinfaq karena Engkau.’

Allah berfirman,”Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya kamu disebut sebagai orang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu.’ Kemudian diperintahkan (kepada malaikat) agar dia diseret di atas mukanya dan dilempar ke dalam neraka.” [Hadits riwayat Muslim no. 1905][xi]

Amal yang pertama kali dihisab

Amal yang pertama kali akan dihisab adalah shalat. Hal ini sebagaimana dalam hadits berikut:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ ))

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, ”Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil.

Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika ada suatu kekurangan dalam shalat wajibnya, maka Allah ,Azza wa Jalla berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah sehinga bisa disempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajibnya. Kemudian seluruh amalnya diberlakukan demikian pula.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi, dan ia mengatakan,” Hadits hasan.”]

Siapa yang masuk surga tanpa hisab

Orang-orang mukmin yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab adalah orang – orang yang memiliki empat sifat berikut sebagaimana yang diterangkan dalam Ash-Shahihain (Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) dan selain keduanya, yaitu:

  1. Mereka tidak meminta untuk diruqyah. Maksudnya mereka tidak meminta kepada orang lain agar meruqyah dirinya.
  2. Mereka tidak melakukan tathayyur. Maksudnya mereka tidak menganggap sesuatu sebagai penyebab datangnya kesialan.
  3. Mereka tidak berobat dengan kay (besi panas). Yaitu mereka tidak menggunakan besi panas sebagai obat bagi diri mereka sendiri. Ini kemungkinan untuk selain kondisi darurat.
  4. Mereka bertawakal kepada Tuhannya. Yaitu mereka menyerahkan urusannya kepada Allah dengan berupaya keras untuk memenuhi sebab-sebab (berikhtiyar).[xii]

Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah ﷺ bersabda,

فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ الْآخَرِ. فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ، وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْر حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ

”Aku melihat ke ufuk, di sana ada kumpulan orang dalam jumlah yang sangat besar. Kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke ufuk yang lain.’ Ternyata sebuah kumpulan manusia yang sangat besar juga. Lalu dikatakan kepadaku, ‘Inilah umatmu. Di antara mereka ada 70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab’.”

Rasulullah ﷺ menjelaskan sifat-sifat mereka dengan sabdanya,

هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan tathayyur (menganggap sial dengan sesuatu, dalam kasus ini burung,pent), tidak berobat dengan menggunakan kay, dan hanya kepada Rabb-nya mereka bertawakal.” [Hadits Muttafaqun alaih, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma]

Demikianlah pembahasan tentang Yaumul Hisab. Semoga bermanfaat. Apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari Allah Ta’ala karena rahmat-Nya semata. Namun bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya.

Tulisan ini diunggah pertama kali tanggal 3 Juli 2021


[i]https://dorar.net/aqadia/2570/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B7%D9%84%D8%A8%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%88%D9%84:%D8%AA%D8%B9%D8%B1%D9%8A%D9%81%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%B3%D8%A7%D8%A8-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D8%BA%D8%A9

[ii] Al-Qiyamah Al-Kubra,Dr. Umar Sulaiman Al-Aysqar, hal. 193.

[iii]https://islamqa.info/ar/answers/182318/%D8%A7%D9%86%D9%88%D8%A7%D8%B9%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%B3%D8%A7%D8%A8%D9%8A%D9%88%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A9

[iv]https://mawdoo3.com/%D8%A3%D8%AD%D8%AF%D8%A7%D8%AB_%D9%8A%D9%88%D9%85_%D8%A7%D9%84%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A9_%D8%A8%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D8%AA%D9%8A%D8%A8#.D8.A7.D9.84.D8.AD.D8.B3.D8.A7.D8.A8_.D9.88.D8.A7.D9.84.D8.AC.D8.B2.D8.A7.D8.A1

[v] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/49082/%D9%85%D8%AD%D8%A7%D8%B3%D8%A8%D8%A9%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%86%D8%A8%D9%8A%D8%A7%D8%A1%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%87%D8%AF%D8%A7%D8%A1

[vi] Ibid.

[vii]https://islamqa.info/ar/answers/34719/%D9%87%D9%84%D9%8A%D9%88%D9%85%D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%B3%D8%A7%D8%A8-%D9%88%D8%A7%D8%AD%D8%AF

[viii]https://www.islamweb.net/ar/fatwa/210565/%D8%A7%D9%84%D8%AD%D9%83%D9%85%D8%A9%D9%85%D9%86%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%86%D8%AA%D8%B8%D8%A7%D8%B1%D9%88%D8%A7%D9%84%D9%88%D9%82%D9%88%D9%8150%D8%A3%D9%84%D9%81%D8%B3%D9%86%D8%A9%D9%8A%D9%88%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A9

[ix] https://www.alukah.net/sharia/0/99148/#ixzz6zT8Xhswo

[x]https://mawdoo3.com/%D8%A3%D9%88%D9%84_%D9%85%D9%86_%D9%8A%D8%AD%D8%A7%D8%B3%D8%A8_%D9%8A%D9%88%D9%85_%D8%A7%D9%84%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A9

[xi]https://mawdoo3.com/%D8%A3%D9%88%D9%84_%D9%85%D9%86_%D9%8A%D8%AD%D8%A7%D8%B3%D8%A8_%D9%8A%D9%88%D9%85_%D8%A7%D9%84%D9%82%D9%8A%D8%A7%D9%85%D8%A9

[xii] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/98740/%D8%B5%D9%81%D8%A7%D8%AA-%D9%85%D9%86-%D9%8A%D8%AF%D8%AE%D9%84%D9%88%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D9%86%D8%A9-%D8%A8%D8%BA%D9%8A%D8%B1-%D8%AD%D8%B3%D8%A7%D8%A8-%D9%88%D9%84%D8%A7-%D8%B9%D8%B0%D8%A7%D8%A8

Leave a Comment