Tipu Daya Iblis Dalam Shalat di Kitab Talbis Iblis

Iblis akan selalu melakukan tipu daya. Tak terkecuali, tipu daya iblis kepada orang shalat. Hal ini, sebagaimana telah diketahui bersama, Iblis adalah makhluk Allah yang mendapat laknat dari Allah Ta’ala.

Karena kedurhakaannya yang melampaui batas, Iblis telah divonis oleh Allah Ta’ala akan menjadi penghuni neraka kekal di dalamnya. Setelah mendapat vonis tersebut dia meminta agar diberi jatah umur hingga hari kiamat, dan dikabulkan.

Kesempatan inilah yang dia pakai untuk mencari teman sebanyak mungkin dari keturunan Adam ‘alaihis salam agar turut menjadi penghuni neraka.

Banyak cara dan tipu daya yang Iblis lakukan kepada berbagai kalangan agar mereka binasa akhiratnya. Bukan hanya orang kafir namun juga terhadap orang muslim.

Tulisan berikut ini akan membahas secara ringkas tentang tipu daya Iblis dalam shalat.

Bentuk-bentuk tipu daya Iblis dalam shalat adalah sebagai berikut:

Semua bentuk talbis iblis (tipu daya Iblis) dalam shalat ini merujuk kepada penjelasan Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, ulama terkemuka abad 6 H dari karya monumentalnya, Talbisul Iblis.

1. Tipu Daya Iblis Dalam Masalah Takbir Shalat

Termasuk ke dalam kelompok orang yang terkena was-was dari Iblis adalah orang yang ketika niatnya telah benar dan telah selesai membaca takbir, dia lalai dari seluruh amaliah shalat yang tersisa, seolah-olah maksud shalat itu hanyalah membaca takbir belaka.

Ini adalah bentuk tipu daya Iblis, untuk menyingkapnya perlu diketahui bahwa takbir itu ditujukan sebagai akses masuk ke dalam ibadah shalat.

Bagaimana bisa ibadah shalat itu disia-siakan, padahal ibadah itu ibarat sebuah rumah, dan dia hanya disibukkan dengan menjaga pintu masuk?!

Di antara orang yang telah terkena was-was setan adalah orang yang telah sah baginya takbiratul ihram di belakang imam, sementara hanya tersisa sedikit waktu dari satu rakaat, lalu dia membaca doa iftitah, membaca ta’awudz, sehingga imam ruku’.

Tindakan ini juga merupakan tipu daya Iblis, karena perbuatan yang dia kerjakan berupa membaca ta’awudz dan doa iftitah itu adalah sunnah.

Sedang perbuatan yang dia tinggalkan berupa membaca surah Al Fatihah, adalah perbuatan wajib bagi makmum menurut sekelompok ulama. Dengan demikian dia tidak semestinya mendahulukan perbuatan sunah atas yang wajib.

Apabila gangguan setan ini menimpa seorang muslim, maka selayaknya beristighfar setelah shalat. Sebab, setelah selesai shalat merupakan salah satu waktu terbaik untuk istighfar.

2. Talbis Iblis dengan Meninggalkan Sunnah-Sunnah Shalat

Iblis benar-benar telah memperdaya sebagian kalangan. Mereka meninggalkan banyak sunah karena berbagai peristiwa yang menimpa mereka:

  • Sebagian mereka ada yang tidak bergegas untuk mendapatkan baris pertama. Dia mengatakan,”Itu hanyalah bertujuan untuk menarik hati orang-orang.”
  • Sebagian dari mereka ada yang tidak meletakkan tangan di atas tangan lainnya ketika shalat. Dia berkata,”Aku tidak suka menampakkan kekhusyu’an yang tidak ada di hatiku.”

Kami menerima riwayat tentang kedua perbuatan ini dari sebagian tokoh besar orang-orang shalih!

Persoalan ini adalah akibat dari sedikitnya ilmu.

Di dalam Ash-Shahihain, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , beliau bersabda:

”Andaikan orang-orang mengetahui apa yang mereka dapatkan dalam panggilan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak akan mendapatkan apa yang dijanjikan tersebut kecuali dengan melakukan undian, maka pasti mereka akan melakukan undian untuk itu.”

Dalam rincian Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,”Sebaik-baik shaf para lelaki adalah shaf pertama dan yang paling buruk adalah shaf terakhir.”

  • Iblis telah memperdaya sebagian yang lain. Mereka ini memanjangkan shalat dan memperbanyak bacaan al-Quran dalam shalat namun meninggalkan hal-hal yang disunnahkan dalam shalat dan melakukan hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat.
  • Aku (Ibnul Jauzi) pernah menemui salah satu dari kalangan ahli ibadah. Saat itu, dia sedang melakukan shalat nafilah di siang hari dengan mengeraskan bacaan. Aku katakan kepadanya,”Sesungguhnya mengeraskan bacaan di siang hari itu makruh.”

Dia menjawab, ”Aku sedang mengusir rasa kantuk dengan mengeraskan suara.” Maka aku katakan kepadanya, ”Sesungguhnya hal-hal yang disunnahkan itu tidak ditinggalkan karena begadangmu di malam hari. Kapan saja kamu rasa kantuk menguasaimu maka tidurlah. Sesungguhnya jiwa itu memiliki hak atas dirimu.”

Baca juga: Kumpulan Materi Khotbah Jum’at

3. Perangkap Iblis dengan Memperbanyak Shalat Malam

Sungguh Iblis benar-benar telah memperdayai sebagian ahli ibadah. Mereka memperbanyak shalat malam. Di antara mereka ada yang menghabiskan seluruh malamnya dengan shalat malam.

Dia lebih senang dengan shalat malam dan shalat Dhuha melebihi kesenangannya dengan menjalankan berbagai ibadah fardhu.

Kemudian menjelang Shubuh dia tertidur, sehingga dia terlewat jam waktu sholat digital untuk menjalankan shalat fardhu. Atau dia bangun, lalu bersiap-siap untuk menjalankan shalat fardhu, namun dia tidak mendapati shalat jamaah (karena kesiangan).

Atau memasuki waktu pagi dengan kondisi jiwa yang malas, sehingga tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sungguh, aku pemah melihat seorang syaikh dari kalangan ahli ibadah. Namanya Husain Al Qazwaini. Dia banyak berjalan di siang hari di Masjid Jami’ Al-Manshur. Aku bertanya tentang sebab dia banyak berjalan. Jawaban yang kuterima adalah supaya dia tidak tidur! Maka aku mengatakan bahwa ini kebodohan terhadap tuntutan syariat dan akal.

Tentang tuntutan syariat, sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda,”Sesungguhnya jiwamu punya hak atas dirimu. Maka bangun dan tidurlah.”

[Hadits riwayat Abu Dawud 1369 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di dalam sanadnya ada kelemahan. Namun hadits ini memiliki penguat di Ash-Shahihain dari Ibnu ‘Amr sehingga menjadi shahih dengan adanya penguat tersebut.]

Dan beliau ﷺ bersabda,”Hendaklah kalian mengikuti petunjuk dengan sikap pertengahan (tidak berlebihan) karena siapa yang bersikap berlebihan dalam agama ini maka dia akan kalah.”

[Hadits riwayat Ahmad 5/350, Al-Hakim 1/312, Al-Baihaqi 3/18 dan Ibnu Abi ‘Ashim no. 95 dari Buraidah dan sanadnya shahih.]

Dari Anas bin Malik, dia berkata,”Rasulullah ﷺ masuk ke masjid. Di dalamnya ada tali yang terbentang di antara dua tiang. Maka beliau bertanya,”Apa ini?” Para sahabat menjawab,”Itu talinya Zainab. Dia pakai untuk shalat (malam). Bila dia sedang malas atau tidak bersemangat maka dia berpegangan dengan tali itu.”

Rasulullah ﷺ bersabda,”Lepas tali itu.” Setelah itu beliau bersabda,”Hendaknya salah seorang dari kalian shalat (malam) dalam keadaan bersemangat. Bila sedangan malas atau tidak bersemangat maka duduk saja.” [Hadits riwayat Al-Bukhari 3/278]

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,”Apabila salah seorang dari kalian mengantuk, maka hendakah dia tidur, sampai rasa kantuk itu hilang dari dirinya. Karena jika dia shalat dalam keadaan mengantuk, bisa jadi dia ingin beristighfar namun dia malah mencaci dirinya sendiri.”

[hadits riwayat Al-Bukhari 1/271 dan Muslim no. 786]

Adapun secara akal sehat, sesungguhnya tidur itu memperbaharui kekuatan tubuh yang terkuras oleh begadang di waktu malam. Sehingga ketika seseorang mencegah tidur pada waktu dia butuh untuk tidur, maka pasti hal itu mempengaruhi tubuh dan akalnya.

Kita berlindung kepada Allah dari kebodohan.

Apabila ada orang yang mengatakan,” Anda telah menceritakan pada kami bahwa sekelompok ulama salaf biasa menghidupkan malam (tidak tidur malam untuk ibadah)?!”

Jawabannya ialah: mereka melakukan hal itu secara bertahap, sampai mereka benar-benar mampu mengerjakan perbuatan tersebut. Mereka benar-benar yakin dapat menjaga shalat Shubuh agar tidak kesiangan dan dapat melakukannya secara berjamaah.

Mereka beristirahat di pertengahan siang (untuk memulihkan kekuatan tubuhnya), sedikit makan, sehingga hal itu benar-benar berguna bagi mereka. Kernudian tidak pernah sampai kepada kita bahwa Rasulullah ﷺ bangun malam tanpa tidur di malam hari. Dengan demikian, sunnahnya itulah yang mesti diikuti.

Iblis benar-benar telah memperdayai sekelompok orang dari kalangan yang banyak shalat malam. Mereka berbicara tentang hal itu pada siang harinya. Bisa jadi salah satu di antara mereka ada yang berkata,”Si fulan mengumandangkan adzan tepat pada waktunya!!”

Tujuan dari ucapan itu adalah agar orang-orang mengetahui bahwa dia orang yang bangun lebih awal!

Paling tidak, dalam tipu daya semacam ini, jika dia selamat dari riya’, ialah dipindahkannya (amal shalehnya) dari buku catatan rahasia (amal yang dilakukan secara rahasia) ke buku catatan terbuka (amal yang dilakukan secara terbuka), sehingga pahalanya berkurang. 

Demikian tadi penjelasan singkat tentang beberapa tipu daya setan dalam memperdayai orang-orang yang rajin melaksanakan shalat sehingga tidak berhasil mengikuti tata cara shalat yang disunnahkan atau lebih mengutamakan yang sunnah daripada yang wajib atau bahkan melakukan yang makruh daripada yang sunnah.

Ini semua tujuannya agar kualitas shalat seorang hamba yang taat tidak bisa sempurna, bila setan tidak mampu merusaknya sama sekali. Semoga Allah melindungi kita semua dari tipu daya setan yang sangat halus ini. Wallahu a’lam.

[1] Al-Muntaqa An-Nafis min Talbisi Iblis Lil imam Ibnil Jauzi rahimahullah (597 H), Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid, Daru Ibnil Jauzi, cetakan ketiga, Shafar 1419 H/1998 M, hal. 168-175. Secara ringkas.

Buku dapat didownload disini

Leave a Comment