Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Mukadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memanjatkan puji syukur kepada-Nya, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita.
Atas rahmat dan hidayah-Nya semata, kita semua bisa hadir ke masjid yang diberkahi ini, untuk menjalankan kewajiban kita sebagai seorang Muslim, yaitu melaksanakan shalat Jumat.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, Muhammad ﷺ, keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau ﷺ dengan ikhlas dan sabar hingga akhir zaman.
Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada Jamaah shalat Jumat sekalian, agar senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa di mana pun kita berada, semaksimal kemampuan yang kita miliki.
Nikmat Aman Adalah Nikmat Terbesar
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Ta’ala berfirman, dalam surat Al-Ankabut ayat 67,
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَةِ اللّٰهِ يَكْفُرُوْنَ – ٦٧
Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? [Al-Ankabut: 67]
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang sebuah nikmat yang sering kali kurang disadari kalau itu merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu nikmat keamanan dalam kehidupan.
Bahkan sebenarnya nikmat keamanan dalam kehidupan merupakan salah satu nikmat yang sangat besar, bukan nikmat kecil nilainya.
lDalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Nabi ﷺ bernama Abdullah bin Mihshan al-Anshari radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا في سِرْبِهِ، مُعَافًى في جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
”Siapa saja di antara kalian yang di pagi hari keluarga dan hartanya dalam keadaan aman , tubuhnya sehat dan dia memiliki makanan untuk hari tersebut, maka seolah dunia sudah dikumpulkan untuknya.” [Riwayat At-Tirmidzi (2346). Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakannya sebagai hadits shahih]
Dalam hadits ini, komponen-komponen utama kebahagiaan dalam hidup di dunia ini adalah :
- Keluarga dan hartanya dalam keadaan aman sehingga hati dan jiwa menjadi tenang dan tenteram.
- Tubuhnya dalam keadaan sehat dan kuat, tidak ada penyakit yang bersarang di badan.
- Kecukupan rezeki, terutama kebutuhan pokok. Disini disebutkan makan pada satu hari tersebut.
Bila setiap hari seseorang senantiasa aman, sehat dan tercukupi kebutuhan pokoknya, seolah dunia ini sudah berada di tangannya.
Tentunya bila orang tersebut berjiwa qana’ah, tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain di kanan kirinya, yang bisa jadi dalam masalah kesejahteraan melebihi dirinya.
Kita fokus pada nikmat keamanan pada khutbah ini. Jadi, keamanan merupakan nikmatyang besar. Keamanan merupakan tuntutan kehidupan yang baik. Karena pentingnya keamanan bagi kehidupan, Nabi Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi penduduk Makkah,
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ – ١٢٦
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,”
Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [Al-Baqarah: 126]
Nabi Ibrahim memohon keamanan terlebih dahulu dibandingkan rezeki, karena keamanan merupakan sesuatu yang bersifat darurat bagi manusia. Manusia tidak bisa menikmati rezeki bila diselimuti ketakutan.
Bahkan kita dapati di dalam al-Quran ada korelasi yang kuat antara keamanan dan kehidupan yang makmur di satu sisi dan antara ketakutan dan kelaparan di sisi lain.
Allah Ta’ala berfirman saat mengingkari alasan orang Quraisy tidak mengikuti petunjuk,
وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ – ٥٧
Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.”
(Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. [Al-Qashash: 57]
Baca juga: Khutbah Jumat 5 Nikmat Allah Yang Sering Dilukapan
Urgensi Rasa Aman Bagi Kehidupan Manusia
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kebutuhan manusia terhadap keamanan dan ketentraman seperti kebutuhan manusia kepada makanan, minuman dan kesehatan badan. Bagaimana tidak demikian?
Di dalam al-Quran dan as-Sunnah, keamanan itu diiringkan dengan makanan yang menjadi sumber ketahanan hidupnya. Allah Ta’ala telah menganugerahkan nikmat ini kepada para hamba-Nya dan meminta mereka untuk mensyukuri nikmat ini dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Quraisy ayat 3-4,
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ – ٣
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah),
الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ࣖ – ٤
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. [Quraisy: 3-4]
Bila keamanan merata menaungi umat manusia, maka manusia akan merasa aman dengan agamanya, merasa aman dengan jiwanya, akalnya, hartanya dan kehormatannya.
Ketika Allah Ta’ala telah menetapkan keamanan pada penduduk suatu negeri, maka mereka akan bisa berjalan di siang hari maupun malam hari dengan tanpa rasa takut kecuali kepada Allah. Dalam luasnya keamanan dan keteduhannya, jiwa-jiwa menjadi tenang, tenteram dan bahagia.[i]
Keamanan dalam segala bentuknya merupakan persoalan yang sangat urgen bagi individu, organisasi, dan masyarakat. Secara ringkas urgensi dari keamanan bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut:
- Keamanan merupakan tujuan yang hendak diraih oleh berbagai bangsa dan peradaban sepanjang sejarahnya.
Demikian pula halnya dengan masyarakat dan peradaban modern saat ini juga berupaya untuk mewujudkan keamanan. Selain itu, syariat samawi juga mendorong terwujudnya keamanan karena keamanan merupakan jaminan bagi kemajuan dan keberlangsungan masyarakat.
- Keamanan merupakan pilar kehidupan yang paling penting dan merupakan kebutuhan asasi bagi setiap usaha manusia.
- Keamanan merupakan salah satu bahan dasar keberhasilan proses pembangunan, pertumbuhan, dan kemajuan di berbagai bidang. Semua itu hanya dapat dicapai dengan adanya keamanan yang mapan yang mendukung dan memungkinkan adanya hal-hal tersebut.
- Keamanan adalah tujuan dasar keadilan. Memberikan hukum dengan keadilan dan syara’ tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan dalam hidup. Namun bila keadilan dan syariat tidak ditegakkan, maka akan menyebabkan tidak adanya keamanan.[ii]
Sebab Hilangnya Nikmat Aman
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Nikmat keamanan merupakan nikmat yang agung dari Allah Ta’ala yang bisa hilang bila kita tidak bersyukur kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Kita jangan sampai melakukan sebab-sebab yang menjadikan sirnanya nikmat keamanan dalam kehidupan kita.
Menurut Syaikh Husain bin Abdul Aziz Alu Syaikh, sebab-sebab sirnanya nikmat keamanan adalah:
- Berpaling dari mentaati Allah dan rasul-Nya ﷺ .
- Berpaling dari jalan hidup Islami yang telah Allah tetapkan untuk kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
- Menyebar luasnya kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan buruk serta dosa-dosa besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ – ١١٢
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat. [An-Nahl: 112]
- Meninggalkan kewajiban berhukum dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan justru berhukum dengan hukum buatan manusia yang tidak didasarkan kepada hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini merupakan sebab terbesar merajalelanya kezhaliman dan permusuhan di antara manusia di sebagian negeri kaum Muslimin. Nabi Muhammad ﷺ telah memperingatkan,
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ عَزَّ وجَلَّ وَيَتَخَيَّرُوْا فِيْمَا أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Dan bila para pemimpin (pemimpin negara) mereka tidak berhukum dengan kitab Allah ‘Azza wa Jalla dan memilih-milih apa yang diturunkan oleh Allah, maka Allah pasti akan menjadikan mereka saling memusuhi satu sama lainnya.”
[Hadits riwayat Ibnu Maja (4019), ath-Thabarani di dalamal-Mu’jam al-Muhith (4671) dan al-Hakim (8623). Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih di dalam Shahih Al-Jami’ (7978)][iii]
Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf menjelaskan hadis ini dengan mengatakan,”Maksudnya, apabila para pemimpin itu menolak untuk berhukum dengan apa yang ada di dalam kitab Allah secara keseluruhan,
atau memilih-milih sebagian dari apa yang ada dalam al-Quran, yang dipandang memberikan maslahat kepada mereka lalu mereka menerapkannya, dan menolak serta meniadakan hukum-hukum al-Quran yang lainnya,
maka para pemimpin semacam itu seperti orang-orang yang beriman kepada sebagian kitab Allah dan meninggalkan sebagian yang lainnya.
Bila seperti ini perilakunya, maka Allah akan menjadikan sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain, karena perkara mereka didasarkan pada urusan dunia semata.
Allah mencabut kebaikan dalam hati mereka dan menimpakan sanksinya kepada mereka. Hadits ini merupakan salah satu tanda dari sekian tanda kenabian Nabi Muhammad ﷺ .[iv]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Anjuran Agar Selalu Berdoa Meminta Rasa Aman
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah ﷺ telah menuntunkan dan mencontohkan kepada kita sejumlah doa yang bisa menjadi salah satu sebab agar kita senantiasa dijauhkan dari mara bahaya dan mendapatkan keamanan.
Di antaranya adalah doa yang senantiasa dibaca oleh Nabi ﷺ setiap pagi dan sore. Doanya adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku.
Ya Allah, tutupilah kekurangan / aibku dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak dibunuh dari bawahku.” [Hadits riwayat Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871]
Ada dua buah doa yang sangat penting yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ saat kita keluar rumah, agar setiap kita pergi ke mana pun, kita diberi keamanan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari kejahatan setan jin maupun setan manusia.
Dari Anas bin Malik, Nabi ﷺ bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ ».
”Bila seseorang keluar rumahnya, lalu mengucapkan :
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Artinya: Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.
maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”. Setan-setan pun menyingkir darinya. Setan yang lain bilang kepada rekannya,”Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi dan dijaga?” [Hadits riwayat Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]
Sedangkan doa keluar rumah yang satunya dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,
مَا خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِي قَطُّ إِلَّا رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
”Nabi ﷺ bila keluar dari rumahku selalu mengarahkan pandangannya ke langit, kemudian berdoa
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari: aku tersesat, atau aku disesatkan, atau aku tergelincir, atau aku digelincirkan, atau aku menzhalimi, atau aku dizhalimi, atau berbuat bodoh atau dibodohi orang lain.”
[Hadits riwayat Abu Dawud 5094, Nasai 5486, Ibnu Majah 3884, dan dishahihkan al-Albani]
Untuk itu, sudah selayaknya kita sebagai pengikut Nabi Muhammad ﷺ yang setia, meneladani beliau dalam melazimi doa-doa ini agar Allah Ta’ala mengaruniakan keamanan kepada diri kita dan keluarga kita.
Bagi yang sudah berkeluarga hendaknya mengajarkan doa penting ini kepada anak dan istrinya untuk ditekuni agar menjadi kebiasaan dan hatinya terikat dengan Allah Rabbul ‘alamin.
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah sebuah dzikir pendek yang dibaca 3 kali pagi dan sore. Dalam sebuah hadits dari Aban bin Utsman dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,”Siapa yang mengucapkan:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya:
”Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan menimbulkan madharat, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
sebanyak tiga kali, dia tidak akan tertimpa musibah secara tiba-tiba hingga tiba waktu pagi. dan siapa mengucapkannya di waktu pagi tiga kali maka tidak akan tertimpa musibah secara tiba-tiba hingga sore hari.” [Hadits riwayat Abu Dawud (5088) dan At-Tirmidzi didalam Sunannya no. 3388.]
Doa Penutup
Wallahu a’lam. Demikian khutbah nikmat keamanan yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat. Marilah kita tutup dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهم احفَظ علينا أمنَنا، اللهم احفَظ على المسلمين جميعًا أمنَهم واستِقرارَهم، اللهم احفَظ على المسلمين جميعًا أمنَهم واستِقرارَهم، اللهم احفَظ عليهم أمنَهم وأمانَهم يا حيُّ يا قيُّوم، اللهم اجعلهم في رخاءٍ وسخاءٍ، اللهم اجعلهم في رخاءٍ وسخاءٍ، اللهم اجعلهم في رخاءٍ وسخاءٍ، اللهم آمِن روعاتهم، اللهم استُر عوراتهم
اللهم احفَظ كل مسلمٍ من بين يديه ومن خلفه وعن يمينه وعن شماله ومن فوقه ونعوذُ بعظمتك أن يُغتال من تحته
اللهم أسعِد المُسلمين، اللهم أسعِد المُسلمين، اللهم أصلِح أحوالَهم، اللهم أصلِح أحوالَهم، اللهم أصلِح أحوالَهم، اللهم اغفِر لنا ولهم، اللهم اغفِر لنا ولهم، اللهم ارحمنا وإياهم رحمةً تُغنينا بها عمَّن سِواك يا حيُّ يا قيُّوم يا ذا الجلال والإكرام
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
[i] https://www.alukah.net/sharia/0/29567/#ixzz7BQ2QNJyr
[ii] https://mawdoo3.com/%D8%A3%Daffel%D8%A3%D9% 85%Danette6
[iii]https://khutabaa.com/ar/article/%D9%86%D8%B9%D9%85%D8%A9%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%85%D9%86-%D9%88%D8%AE%D8%B7%D9%88%D8%B1%D8%A9-%D9%81%D9%82%D8%AF%D9%87
[iv] https://www.dorar.net/hadith/sharh/122783
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jumat Singkat
– Khutbah Jumat Nikmat Sehat
– Khutbah Jumat Waktu Luang
– Khutbah Jumat Tentang Hidayah