Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Bekerja dalam Islam
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Hud: 61
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.
Dari ayat ini kita bisa mengetahui bahwa Islam menghasung untuk bekerja dan memperhatikan masalah bekerja. Allah Ta’ala memuliakan siapa saja yang bekerja.
Hal ini terlihat jelas saat Allah menjadikan bekerja itu sebagai salah satu bagian dari risalah yang Allah bebankan kepada manusia yaitu risalah untuk memakmurkan dan menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut.
Bila Islam menghasung umatnya untuk bekerja maka, demikian pula sebaliknya, Islam memerangi sifat malas bekerja dan menggantungkan masalah rezeki kepada orang lain. Hal ini dalam rangka untuk menjamin adanya kehidupan yang mulia dan tidak membutuhkan kepada orang lain.[i]
Para Nabi Pun juga Bekerja
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Salah satu manifestasi terbesar yang menunjukkan perhatian Islam terhadap persoalan bekerja adalah bahwa Nabi ﷺ setelah berhijrah ke Madinah dan beliau sudah merasa tenang dengan stabilitas urusan negara di sana, beliau mengarahkan perhatiannya ke masalah pemanfaatan tanah dan menghasung para sahabat untuk bekerja di dalamnya.
Rasulullah ﷺ mengeluarkan keputusan bahwa siapa pun yang menghidupkan tanah yang mati maka tanah tersebut adalah miliknya.
Bahkan Rasulullah ﷺ menghasung banyak umat Islam agar tidak membatasi diri pada satu pekerjaan tertentu; Karena semua pekerjaan adalah keharusan bagi umat ini dan mereka saling melengkapi. Rasulullah ﷺ juga memperhatikan memuliakan para pengrajin.
Para nabi ‘alaihimus salam dahulu juga memiliki memiliki profesi dan pekerjaan yang mereka lakukan karena mereka menjadi contoh bagi orang lain dalam mengambil sebab atau melakukan ikhtiar dan berusaha mencari rezeki.
Dahulu Nabi Adam ‘alaihissalam bekerja di sawah, dan Nabi Nuh ‘alaihissalam bekerja di penggembalaan domba, selain pekerjaannya di pertukangan.
Adapun Nabi Yusuf ‘alaihissalam bekerja sebagai pelayan di rumah raja Mesir, lalu beliau menjadi menteri.
Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. [Yusuf: 55]
Nabi Shalih dan Nabi Syu’aib ‘alahimassalam keduanya bekerja dalam perdagangan. Nabi Musa ‘alaihissalam menggembalakan domba.
Nabi Daud ‘alaihissalam adalah pembuat baju besi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). [Al-Anbiya”: 80]
Dan Nabi kita Muhammad ﷺ dahulu saat masih kecil telah bekerja sebagai penggembala kambing dan ikut membantu pamannya berdagang ke Syam. Setelah menginjak dewasa beliau bekerja sebagai pedagang bersama Maisarah sebagai pembantu Khadijah radhiyallahu ‘anha. [ii]
Mengapa Harus Bekerja?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mungkin ada sebagian orang yang bertanya-tanya mengapa seorang Muslim harus bekerja. Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan ini.
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan untuk bekerja
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. [Jumat: 10]
Ini penjelasan dari Allah bahwa seorang Muslim itu mesti menyeimbangkan urusan agama dan dunianya.
Allah Ta’ala mewajibkannya shalat namun setelah shalat Allah memperbolehkan untuk pergi bekerja berusaha mendapatkan rezeki tanpa melupakan berdzikir kepada Allah. Dengan demikian dia senantiasa terus merasa diawasi oleh Alla Ta’ala saat sedang bekerja.
Allah Ta’ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. [Al-Baqarah: 267]
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menghasung orang-orang beriman untuk bersedekah dari harta yang dihasilkan oleh mereka melalui pekerjaan yang mereka lakukan dengan tetap memperhatikan agar pekerjaan itu halal dan baik.
- Nabi Muhammad ﷺ menghasung dengan kuat agar umat Islam itu bekerja.
Rasulullah ﷺ bersabda,
ما أكَلَ أحَدٌ طَعامًا قَطُّ، خَيْرًا مِن أنْ يَأْكُلَ مِن عَمَلِ يَدِهِ، وإنَّ نَبِيَّ اللَّهِ داوُدَ عليه السَّلامُ، كانَ يَأْكُلُ مِن عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan makanan hasil kerja tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Dawud ‘Alaihissalam dahulu makan dari hasil kerja tangannya sendiri.” [Hadits riwayat Al-Bukhari di dalam Shahihnya (2072) dari sahabat Al-Miqdam bin Ma’di Karib radhiyallahu ‘anhu]
Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa bekerja itu akan memelihara diri seseorang dari meminta kepada orang lain dan memberikan manfaat kepada mereka.
Bekerja juga menjadikan seseorang tersibukkan dari hal-hal yang diharamkan dan perbuatan sia-sia. Dan teladan dalam hal itu adalah Nabi Dawud ‘alaihisaalam yang dahulu bekerja membuat perisai.”
- Bekerja merupakan sunnah para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam serta memelihara seseorang dari menjadi peminta-peminta kepada orang lain dan menghinakan diri kepada mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لِأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتِطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا أَعْطَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ فَضْلِهِ فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, salah seorang dari kalian mengambil talinya lalu memikul kayu bakar di atas punggungnya daripada mendatangi seseorang yang diberi kelebihan rezeki oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk meminta kepadanya lalu orang itu memberi atau menolaknya.” [Hadits riwayat An-Nasa’i (2588) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu][iii]
Semakin mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya maka semakin baik untuk kesehatan jiwanya dan kemuliaan dirinya.
Tidak ada sesuatu yang lebih memberatkan dalam jiwa seseorang setelah dosa yang dilakukannya melebihi merasa butuh kepada orang lain dan meminta sesuatu kepadanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Allah mencintai orang yang bekerja dengan sesempurna mungkin dalam pekerjaannya.
Rasulullah ﷺ bersabda.
إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ إذا عمِلَ أحدُكمْ عملًا أنْ يُتقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala suka apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan dia melakukan pekerjaan tersebut dengan sebaik mungkin.” [ Hadits riwayat Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam Al-Ausath no. 897 dan Imam Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 5312.]
Kata Itqan secara bahasa berarti menyempurnakan atau mengerjakan dengan sempurna.
- Rezeki adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala namun jalan untuk mendapatkannya adalah dengan bekerja.
Hal sebagaimana dalam hadits dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,
عنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ ، تَغْدُو خِمَاصًا ، وَتَرُوحُ بِطَانًا وصححه الألباني ، وشعيب الأرنؤوط.
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal kepada-Nya, pasti kalian diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan perut kenyang.”
[Hadits riwayat Ahmad (370), At-Tirmidzi (2344) dan Ibnu Majah (4164), dishahihkan oleh Al-Albani dan al-Arnauth.
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ يَقْعُدَنَّ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَهُوَ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ، وَقَدْ عَلِمَ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تَمْطُرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً
“Siapa pun dari kalian jangan pernah malas dari mencari rezeki karena sudah berdoa,”Ya Allah berilah hamba rezeki.” Sementara dia telah mengetahui bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”
Dengan demikian, mencari penghidupan itu bukan dengan berangan-angan atau berdoa semata, akan tetapi harus dengan bekerja. Kelemahan dan kemalasan seseorang dalam bekerja akan menjadi sumber bencana dan keterbelakangannya.[iv]
- Bekerja itu menjadi penghapus keburukan dan kesalahan.
Salah seorang ulama Salaf berkata,
إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ ذُنُوْبًا لَا يُكَفِّرُهَا إِلَّا الهَمُّ فِيْ طَلَبِ اْلمَعِيْشَةِ
Sesungguhnya ada dosa-dosa yang tidak terhapus kecuali oleh rasa resah dalam mencari penghidupan.”
Hal ini selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa musibah apa pun yang menimpa seorang Muslim berupa kelelahan, keresahan, sakit atau duri yang menusuknya kecuali itu akan menjadi penghapus bagi dosa-dosa yang dia lakukan.
Tentu saja dosa-dosa yang gugur karena lelah dan resah dalam mencari nafkah itu bukan dosa-dosa besar namun dosa-dosa kecil. Sebab para ulama telah menegaskan bahwa dosa-dosa besar itu hanya bisa terhapus dengan taubat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Agar Bekerja Bernilai Ibadah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagian besar dari kaum Muslimin masih banyak yang punya persepsi bahwa bekerja itu bukan bagian dari ibadah. Mereka memandang bahwa ibadah itu ya hubungan seseorang dengan Tuhannya dalam bentuk melakukan ritual tertentu.
Misalnya sholat, puasa, zakat, haji, membaca al-Quran, berdzikir, membaca shalawat dan seterusnya. Tidak pernah terbayang dalam benaknya bahwa bekerja itu merupakan salah satu fardhu atau kewajiban agama yang sangat agung dan mulia.
Akibatnya cukup serius. Terkadang seseorang dikenal sangat rajin ibadah yang bersifat ritual namun giliran diminta untuk bekerja mencari nafkah untuk diri dan keluarganya kurang giat dan semangat dalam bekerja.
Akibat logisnya akhirnya terperangkap dalam jurang kemiskinan yang menyengsarakan.
Syaikh Abdullah Al-Muna’i berkata, ”Mencari yang halal itu adalah kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Berusaha mencari rezeki adalah perkara yang diperintahkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan diajarkan serta diwajibkan dan diharuskan oleh Rasulullah ﷺ .
Mencari rezeki merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Syariat dan diputuskan serta ditegaskan oleh akal sehat. Mencari rezeki yang halal dan bekerja adalah ibadah yang diridhai di sisi Allah jika anda bertujuan dengan bekerja itu untuk mampu memelihara diri anda dari membutuhkan kepada bantuan orang lain dan meminta kepada selain Allah.”[v]
Dari sini nampak jelas pentingnya meluruskan niat dalam bekerja agar seluruh kesusahan, kelelahan, kepedihan dan kepayahan yang dialami oleh seorang Muslim dalam upayanya untuk mendapatkan harta yang halal itu bernilai ibadah, mendapat pahala dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Alangkah ruginya seseorang kalau sudah merasakan begitu beratnya duka lara dalam mencari penghidupan namun niatnya bukan kebaikan.
Misalnya hendak berbangga diri kepada orang lain dan memamerkan berbagai keberhasilannya dalam mencari kekayaan agar mendapatkan popularitas dan pengaruh di tengah-tengah masyarakat manusia.
Semua jerih payah tadi tidak menjadi sesuatu yang bernilai di akhirat nanti, tidak mengurangi dosa dan tidak memberatkan timbangan amalan pada yaumul mizan. Sementara waktu, tenaga dan pikiran yang dicurahkan sama saja.
Ini sebagaimana peringatan Nabi ﷺ, bahwa segala sesuatu itu tergantung kepada niat dan seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Siapa saja yang berhijrah keapda Alah dan rasul-Nya maka dia hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya.
Dan siapa saja yang berhijrah untuk dunia yang dia cari atau wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia tuju.
Semoga kita semua dikaruniai kesadaran yang kuat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk senantiasa meluruskan niat kita dalam bekerja.
Yaitu dalam rangka memenuhi kewajiban syariat memberikan nafkah kepada diri sendiri dan orang yang menjadi tanggungan kita secara halal dan baik dan bukan untuk bermegah-megahan dan menyombongkan diri di hadapan manusia.
Doa Penutup
Demikian khutbah jumat dengan tema bekerja adalah ibadah. Marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengakhiri khutbah ini.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[i]https://mawdoo3.com/%D9%83%D9%8A%D9%81_%D8%AD%D8%AB_%D8%A7%D9%84%D8%A5%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85_%D8%B9%D9%84%D9%89_%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%85%D9%84
[ii] Ibid.
[iii] Ibid.
[iv] https://www.alukah.net/sharia/0/28367/
[v] http://akhbar-alkhaleej.com/news/article/1082041
Baca Juga Tentang Khutbah Jum’at:
– Materi Khutbah Jum’at Singkat Terbaru
– Khutbah Jumat Tentang Amal Hati