Hadits Tentang Berbohong – Berbohong merupakan salah satu akhlak paling tercela dan paling dibenci oleh Nabi Muhammad ﷺ . Suka bohong juga merupakan perilaku khas kaum Munafik.
Kumpulan Hadits Tentang Berbohong Dalam Islam Arab & Artinya Lengkap, akibat berbohong, dan hukum berbohong, serta ayat al quran tentang bohong
Tulisan berikut ini akan membahas hadits-hadits yang berbicara tentang masalah kebohongan. Selain itu juga disinggung sejumlah ayat terkait bohong dan hukum bohong dalam Islam, serta akibat yang ditimbulkan dari perilaku bohong yang akan diterima oleh para pelakunya di dunia, di alam barzakh dan di akhirat kelak.
Kumpulan Hadits Tentang Berbohong Arab & Artinya
Hadits tentang berbohong sangat banyak sekali riwayatnya. Berikut kumpulan hadits tentang berbohong arab dan artinya:
Berbohong Adalah Hal Yang Paling Dibenci Nabi ﷺ
Berbohong adalah akhlak yang tercela. Berbohong merupakan salah satu dari sifat orang munafik. Oleh karenanya, Nabi ﷺ memperingatkan dari sifat ini dengan peringatan yang keras.
Nabi ﷺ paling benci kepada sifat ini, sebagaimana disampaikan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits berikut:
ما كانَ خلقٌ أبغضَ إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ منَ الكذبِ ولقد كانَ الرَّجلُ يحدِّثُ عندَ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ بالكذبةِ فما يزالُ في نفسِه حتَّى يعلمَ أنَّهُ قد أحدثَ منها توبةً
”Tidak ada akhlak yang lebih dibenci oleh Rasulullah ﷺ dari berbohong. Sungguh, pernah ada seorang lelaki yang berbicara di sisi Nabi ﷺ yang mengandung kebohongan, maka Rasulullah ﷺ terus menerus merasa ada sesuatu di hatinya terhadap pria tersebut, sampai Nabi ﷺ mengetahui bahwa orang tadi telah bertaubat darinya.”
[Hadits riwayat At-Tirmidzi (1973), dan Ahmad (25183) dengan sedikit perbedaan. Syaikh Al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih dalam Shahih At-Tirmidzi no. 1973][i]
Hadits Tentang Berbohong Itu Membawa Dosa
Bersikap jujur secara terus menerus akan membawa seseorang kepada berbagai kebaikan. Sedangkan berbohong terus-terusan akan membawa seseorang untuk melakukan berbagai keburukan.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إلى البِرِّ، وإنَّ البِرَّ يَهْدِي إلى الجَنَّةِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حتَّى يَكونَ صِدِّيقًا. وإنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إلى الفُجُورِ، وإنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إلى النَّارِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا.
”Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada al-Birr dan al-Birr akan mengantarkan ke surga. Dan sesungguhya, seseorang benar-benar bersikap jujur hingga dia menjadi orang yang shiddiq.
Kebohongan akan mengantarkan kepada semua kefajiran (al-Fujur). Dan kefajiran akan mengantarkan ke neraka. Sungguh, seseorang benar-benar berbohong hingga ditetapkan di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
[Hadits shahih riwayat Al-Bukhari di dalam Shahih Al-Bukhari no. 6094]
Kata البِرُّ Al-Birr adalah ungkapan yang mencakup seluruh kebaikan. Sedangkan الفُجُورِ al-Fujur adalah kebalikan dari al Birr.
Al-Fujur berarti menyimpang dari sikap istiqamah. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud al-Fujur adalah cepat atau bersegera dalam kemaksiatan.[ii]
Hadits Tentang Berbohong Atas Nama Nabi
Berbohong pasti akan ada akibatnya dan dampak buruknya. Berbohong atas nama Rasulullah ﷺ akibatnya jauh lebih berat daripada berbohong atas nama selain Nabi ﷺ .
Karena berbohong atas nama Rasulullah ﷺ menimbulkan berbagai kerusakan di dunia dan akhirat. Seorang sahabat Nabi ﷺ bernama Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إنَّ كَذِبًا عَلَيَّ ليسَ كَكَذِبٍ علَى أَحَدٍ، مَن كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
”Sesungguhnya berbohong atas nama diriku tidak sebagaimana berbohong atas nama seseorang. Siapa saja yang yang berbohong atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.”
[Hadits shahih riwayat Al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari no. 129]
Dalam hadits ini terdapat larangan dan peringatan yang keras dari berbohong atas nama Nabi ﷺ juga ancaman yang keras bagi pelakunya.[iii]
Hadits Tentang Berbohong Di Bulan Puasa
Di antara hikmah puasa dan tujuannya yang agung adalah mewujudkan takwa, mengendalikan syahwat dan menundukkan jiwa manusia.
Bukan sekedar melarang orang Islam dari makanan dan minuman saja. Namun tujuannya adalah menghaluskan dan mendidik jiwa serta memperbaikinya.
Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah ﷺ memperingatkan orang yang hanya membatasi puasanya pada mencegah dirinya dari makan dan minum saja, namun tidak meninggalkan berbohong. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ به، فليسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشَرَابَهُ
”Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan berbuat kebohongan, maka Allah tidak memiliki keperluan dalam hal dia meninggalkan makanannya dan minumannya.”
[Hadits shahih riwayat al-Bukhari di dalam Shahih Al-Bukhari no. 1903]
Dalam hadits ini terkandung dorongan kepada orang yang berpuasa agar meninggalkan kemungkaran dan hal-hal yang diharamkan.[iv]
Hadits Tentang Larangan Berbohong Untuk Bercanda
Seorang Muslim yang benar itu orang yang jujur. Dia tidak akan berbohong. Dia akan menjauhi berbagai perkara yang hina baik berupa perkataan maupun perbuatan. Nabi ﷺ telah memberikan pendidikan dan peringatan dalam masalah ini dengan sabdanya,
ويلٌ للذي يحدِّثُ بالحديثِ ليُضحكَ به القومَ فيكذبُ ويلٌ له ويلٌ له
”Celakalah orang yang berbicara dengan suatu pembicaraan dengan tujuan membuat orang tertawa dengan pembicaraan tersebut, lalu dia berbohong. Celakah dia dan celakalah dia.”
[Hadits riwayat Abu Dawud (4990), at-Tirmidzi (2315), An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (11126) dan Ahmad (20046). Lafazh hadits ini dari jalur at-Tirmidzi. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini hasan dalam Shahih At-Tirmidzi (2315)]
Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk jujur dalam semua perkataan dan peringatan serta ancaman dari berbohong dan dampaknya.[v]
Hadits Tentang Berbohong Demi Kebaikan Yang Diperbolehkan
Berbohong ternyata ada yang diperbolehkan oleh syariat. Ada dispensasi untuk situasi tertentu. Ada tiga kondisi seorang Muslim boleh berbohong sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1939) dan Abu Dawud (4921):
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رضي الله عنها قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ : يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا ، وَالْكَذِبُ فِي الْحَرْبِ ، وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ) . والحديث صححه الألباني في صحيح الترمذي .
Dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,’Berbohong itu tidak halal dilakukan kecuali dalam tiga keadaan: seorang suami berbicara kepada istrinya agar istrinya itu ridha, dan berbohong dalam perang dan berbohong dalam rangka memperbaiki hubungan di antara manusia.’
[Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih At-Tirmidzi][vi]
Baca juga: Hukum Berbohong Demi Kebaikan
Hadits Larangan Berbohong Pada Anak
Di antara kebiasaan orang tua saat menenangkan anak-anaknya adalah dengan memberikan sejumlah janji kepada mereka agar mereka tenang dan tidak rewel lagi. Namun janji-janji itu tidak dilaksanakan kecuali hanya sedikit saja orang tua yang memegang teguh janjinya.
Orang tua yang tidak menepati janji kepada anak semacam ini termasuk melakukan kebohongan yang dilarang oleh syariat.
Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dia berkata,
دعتْني أُمي يومًا ورسولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم قاعدٌ في بيتِنا فقالتْ: ها تعالَ أُعطيكَ فقال لها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ وما أردتِ أنْ تعطيهِ ؟ قالتْ : أُعطيهِ تمرًا، فقال لها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : أما إنك لو لمْ تُعطيهِ شيئًا كُتبتْ عليكِ كَذِبةٌ
”Suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah ﷺ saat itu sedang duduk-duduk di rumah kami.
Ibuku bilang,”Sini nak! Aku beri kamu.” Rasulullah ﷺ berkata kepada ibuku,”Kamu akan memberinya apa?”
Ibuku menjawab,”Aku akan memberinya Tamr (kurma yang dikeringkan).” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda,”Apabila kamu tidak memberinya sesuatu, maka akan ditulis kamu telah berdusta.”
[Hadits riwayat Abu Dawud dan dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Al-Albani di dalam Shahih Abi Dawud no. 4991]
Kandungan dalam hadits ini:
- Penjelasan tentang perhatian Nabi ﷺ terhadap apa yang dilakukan oleh individu-individu umatnya. Beliau mengokohkan yang benar, meluruskan yang salah. Demikianlah semestinya para imam, penguasa dan pendidik.
- Larangan dan peringatan dari berbohong dalam segala keadaan betapa pun ringan urusannya.[vii]
Hadits Berbohong Salah Satu Tanda Kemunafikan
Kemunafikan (nifaq) itu ada dua macam, yaitu nifaq i’tiqadi (kemunafikan dalam keyakinan) yang mengeluarkan pelakunya dari iman. Nifaq ini berupa menampakkan Islam dan menyembunyikan kekafiran.
Jenis kemunafikan kedua adalah nifaq ‘amali (kemunafikan dalam perbuatan), yaitu menyerupai akhlak orang-orang munafik. Nifak jenis ini tidak mengeluarkan pelakunya dari iman. Hanya saja, nifaq amali ini merupakan dosa besar.
Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berikut ini, Rasulullah ﷺ menjelaskan tentang nifaq amali dengan sabdanya,
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإذَا وعَدَ أخْلَفَ، وإذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
”Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara berbohong, dan apabila berjanji mengingkari atau menyelisihi janji dan apabila diberi amanah berkhianat.” [Hadits shahih riwayat Al-Bukhari di dalam Shahih Al-Bukhari no. 33][viii]
Hadits Tentang Suami Berbohong Kepada Istri
Syariat yang lurus ini mendorong kepada perbaikan hubungan di antara manusia dan menghasung hal tersebut, hingga meski untuk mewujudkannya adalah dengan jalan berbohong.
Hal itu karena demi mewujudkan maslahat bagi pihak-pihak yang saling membenci dan saling bertikai, memadamkan api permusuhan dan menghilangkan dendam kesumat.
Dalam sebuah hadits dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda,
ليس الكذَّابُ الذي يُصْلِحُ بينَ النَّاسِ فيقولُ خَيرًا، أو يَنْمِي خَيرًا
”Orang yang memperbaiki hubungan di antara manusia lalu mengatakan kebaikan dan menyampaikan suatu pembicaraan, bukanlah seorang pendusta.”
Ummu Kultsum kemudian berkata,
ولم أسمَعْهُ يُرَخِّصُ في شيءٍ ممَّا يقولُ النَّاسُ مِنَ الكَذِبِ إلَّا في ثلاثٍ: الإصلاحِ بينَ النَّاسِ، وحديثِ الرَّجُلِ امرأتَهُ، وحديثِ المرأةِ زَوْجَها.
”Dan aku belum pernah mendengar Nabi ﷺ memberikan keringanan dalam suatu kebohongan yang diucapkan seseorang kecuali dalam tiga keadaan: memperbaiki hubungan di antara manusia, pembicaraan suami kepada istrinya dan pembicaraan istri kepada suaminya.”
[Hadits riwayat Al- Bukhari (2692) dalam Al-Adab Al-Mufrad (385), ini adalah lafazhnya, dan Muslim (2605) dengan sedikit perbedaan.]
Dalam hadits ini terkandung pelajaran berupa disukainya memperbaiki hubungan di antara manusia dan menghilangkan permusuhan di antara mereka.[ix]
Hadits Tentang Berbohong Kepada Orang Tua
Tema tentang masalah ini memang banyak dicari orang. Namun sejauh penelusuran yang kami lakukan, tidak kami temukan adanya hadits yang secara spesifik menyebutkan tentang berbohong kepada orang tua . Wallahu a’lam
Hadits Tentang Berbohong Kepada Teman
Demikian pula dengan tema berbohong kepada teman. Tema tentang masalah ini banyak dicari orang, namun sejauh penelusuran yang kami lakukan, tidak kami dapati hadits yang secara spesifik menyebutkan tentang berbohong kepada teman. Wallahu a’lam
Baca juga: Hadits Tentang Tetangga
Ayat Al-Quran Tentang Berbohong
Di dalam al-Quran banyak ayat yang berbicara tentang kebohongan. Bila mengacu kepada website https://www.almaany.com/, sebuah website kamus Arab multi bahasa yang cukup lengkap, terkumpul sekitar 14 ayat dari berbagai surat dalam al-Quran yang didalamnya terdapat kata كذب dalam berbagai bentuknya.
Karena cukup banyak jumlahnya, hanya sebagian saja yang akan dinukil di sini sekedar sebagai contoh.
- Ali Imran: 184
فَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ جَاۤءُوْ بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتٰبِ الْمُنِيْرِ – ١٨٤
Maka jika mereka mendustakan engkau (Muhammad), maka (ketahuilah) rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zubur dan Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
- Al-An’am: 21
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ – ٢١
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung.
- Al-An’am: 148
كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتّٰى ذَاقُوْا بَأْسَنَاۗ
Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan azab Kami.
- Yusuf: 18
وَجَاۤءُوْ عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ
Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu.
- Thaha: 48
اِنَّا قَدْ اُوْحِيَ اِلَيْنَآ اَنَّ الْعَذَابَ عَلٰى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى – ٤٨
Sungguh, telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak mempedulikannya).[x]
Hukum Berbohong Dalam Islam
Mengenai hukum berbohong dalam Islam, Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,”Nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah telah menunjukkan dengan jelas akan keharaman berbohong secara umum.
Berbohong merupakan dosa yang sangat buruk dan aib yang sangat hina. Telah dikukuhkan ijma’ (ulama) umat Islam atas diharamkannya berbohong berdasarkan nash-nash yang saling menguatkan.
Sehingga tidak ada keperluan sama sekali untuk menukil masing-masing nash tersebut. Yang penting adalah menjelaskan apa yang dikecualikan dalam berbohong dan memberikan peringatan tentang rinciannya.” [Al-Adzkar: 377]
Ada 3 keadaan yang dikecualikan dalam masalah berbohong. Dibolehkan untuk berbohong dalam tiga kondisi berikut:
- Dalam perang.
- Dalam rangka mendamaikan pihak-pihak yang sedang bermusuhan.
- Dalam kehidupan berumah tangga antara suami – istri. Terkadang situasi menuntut bagi seorang istri atau suami untuk berbohong kepada pasangannya agar tidak memicu terjadinya fitnah, perselisihan dan perpecahan di antara suami istri.[xi]
Perlu diketahui, para ulama telah menjelaskan batasan-batasan kebohongan yang boleh dilakukan oleh suami dan istri dalam sebuah rumah tangga, dan seperti apa gambaran kebohongan yang diperbolehkan.
Batasan-batasan ini harus dipahami agar tidak menjadi pembenaran untuk berbohong dalam rangka meninggalkan hal yang wajib atas dirinya sebagai istri atau suami atau merampas hak pasangannya.
Namun pembahasan tentang masalah ini bukan di sini tempatnya. Perlu ada pembahasan tersendiri agar lebih rinci, urut dan jelas. Wallahu a’lam.
Akibat Berbohong Dalam Islam
Bohong adalah pangkal segala kehinaan dan induk dari segala keburukan. Oleh karenanya, Allah Ta’ala memberikan hukuman kepada para pelakunya dengan hukuman yang keras dan menghinakan di dunia, di alam barzakh dan di hari kiamat.
Syaikh Nada Abu Ahmad menjelaskan akibat-akibat berbohong sebagai berikut:
Akibat berbohong di dunia
Banyak sekali akibat buruk yang akan dialami oleh para pembohong di dunia ini. Secara ringkas di antaranya:
- Hilangnya kenyamanan dan ketenangan serta perasaan tenteram dalam hati.
- Menjadikan hati menjadi sakit sehingga tidak bisa merasakan ketenangan dan ketentraman.
- Mengurangi rezeki dan menghilangkan barakah.
- Para malaikat menjauh dan terhalang dari barakah mereka.
- Dijauhi dan ditinggalkan oleh banyak orang.
- Terhalang dari mendapatkan nikmat hidayah.
- Diusir dari rahmat Allah.
- Dibawa kepada berbagai pelanggaran syariat (kefajiran) dan pelakunya diancam dengan siksa neraka.[xii]
Akibat Berbohong di Alam Kubur
Akibat dari berbohong di alam kubur adalah pelakunya akan disiksa di alam kubur.
Terdapat hadits yang panjang tentang siksaan yang menimpa para pembohong di alam kubur yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari hadits Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu.
Setelah menyampaikan hadits tersebut, Syaikh Nada Abu Ahmad mengatakan,”Dari hadits ini bisa diambil pelajaran bahwa sebagian pelaku maksiat itu disiksa di alam barzakh karena telah berbohong dengan sengaja.”[xiii]
Akibat berbohong di akhirat
Secara ringkas, hukuman dari melakukan kebohongan di akhirat adalah sebagai berikut:
- dijauhkan dari Allah Rabbul ‘alamin.
- dimasukkan ke dalam neraka.[xiv]
Demikianlah pembahasan hadits-hadits tentang berbohong disertai penjelasan singkat. Semoga bermanfaat.
Bila ada kebenaran dalam tulisan ini, maka dari Allah Ta’ala semata karena rahmat dan fadhilah-Nya. Dan bila ada kesalahan di dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahan kami dan kaum Muslimin.
[i] https://dorar.net/hadith/sharh/118651
[ii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/43319
[iii] https://dorar.net/hadith/sharh/61988
[iv] https://www.dorar.net/hadith/sharh/15883
[v] https://dorar.net/hadith/sharh/65406
[vi]https://islamqa.info/ar/answers/136367/%D8%AD%D8%AF%D9%88%D8%AF%D9%83%D8%B0%D8%A8%D8%A7%D9%84%D8%B2%D9%88%D8%AC%D8%B9%D9%84%D9%89%D8%B2%D9%88%D8%AC%D8%AA%D9%87-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%83%D8%B3
[vii] https://dorar.net/hadith/sharh/29028
[viii] https://dorar.net/hadith/sharh/5957
[ix] https://www.dorar.net/hadith/sharh/24504
[x] https://www.almaany.com/quran-b/%D9%83%D8%B0%D8%A8/
[xi] https://dorar.net/akhlaq/2693/%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%A7%D9%84%D9%83%D8%B0%D8%A8-%D9%88%D9%85%D8%A7-%D9%8A%D8%A8%D8%A7%D8%AD-%D9%85%D9%86%D9%87
[xii] https://www.alukah.net/sharia/0/89203/
[xiii] https://www.alukah.net/sharia/0/89359/
[xiv] https://www.alukah.net/sharia/0/89478/