Hadits Etos Kerja Pribadi Muslim & Bekerja Profesional

Kaum Muslimin generasi pertama dikenal memiki etos kerja yang sangat tinggi. Mereka berhasil menjadi generasi terbaik bukan hanya dalam urusan agama namun juga urusan dunia.

Kemajuan dan ketinggian peradaban generasi awal Islam menjadi bukti nyata dalam hal ini. Tulisan berikut ini mengumpulkan hadits-hadits, ayat-ayat dan perkataan para ulama mengenai bekerja mencari rezeki yang halal.

Diharapkan tulisan ini bisa menambah wawasan serta semangat dalam bekerja agar mampu menafkahi diri sendiri dan keluarga, membantu orang yang membutuhkan, serta berkontribusi dalam berbagai amal shaleh untuk meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kumpulan Hadits Tentang Etos Kerja dan Artinya

hadits yang berkaitan dengan etos kerja, hadits tentang etos kerja dan artinya, hadits singkat tentang etos kerja, hadits shahih tentang etos kerja, hadits etos kerja islami, hadits etos kerja islam, ayat dan hadits tentang etos kerja, ayat atau hadits tentang etos kerja

Hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah bekerja sangatlah banyak. Yang dinukilkan di sini hanyalah sebagian kecil saja.

Hadits Tentang Bekerja Adalah Ibadah

وأخْرَجَ الطَّبَرانِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قالَ: «”مَرَّ عَلى النَّبِيِّ ﷺ رَجُلٌ فَرَأى أصْحابَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِن جَلَدِهِ ونَشاطِهِ فَقالُوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ كانَ هَذا في سَبِيلِ اللَّهِ. فَقالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:“ إنْ كانَ خَرَجَ يَسْعى عَلى ولَدِهِ صِغارًا فَهو في سَبِيلِ اللَّهِ، وإنْ كانَ خَرَجَ يَسْعى عَلى أبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهو في سَبِيلِ اللَّهِ، وإنْ كانَ خَرَجَ يَسْعى عَلى نَفْسِهِ يُعِفُّها فَهو في سَبِيلِ اللَّهِ، وإنْ كانَ خَرَجَ يَسْعى رِياءً ومُفاخَرَةً فَهو في سَبِيلِ الشَّيْطانِ ”.الطبراني. صحيح الترغيب (1692)

Ath-Thabrani mengeluarkan hadits dari Ka’ab bin ‘Ujrah ia berkata,”Ada pria yang melewati Nabi ﷺ. Para sahabat melihat kegagahannya dan ketangkasannya, lantas mereka berkomentar,”Wahai Rasulullah ! Andai saja orang ini di jalan Allah.”

Maka Rasulullah ﷺ bersabda,”Jika dia keluar untuk bekerja demi anaknya yang masih kecil maka dia di jalan Allah. Jika dia keluar untuk bekerja demi kedua orang tuanya yang sudah sangat tua, maka dia di jalan Allah.

Jika dia keluar untuk bekerja demi dirinya sendiri untuk memelihara martabat dirinya (dari meminta-minta pada orang lain) maka dia di jalan Allah.

Namun bila dia keluar untuk bekerja karena riya’ dan membanggakan diri, maka dia di jalan setan.” [Hadits riwayat Ath-Thabrani di dalam Shahih At-Targhib no. 1692]

عن أبي هُريرةَ ؛ قالَ : بَيْنَا نحنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا شَابٌّ منَ الثَنِيَّةِ ، فَلَمَّا رَمَيْنَاهُ بِأَبْصَارِنَا ، قُلْنَا : لَوْ أنَّ ذَا الشَّابَّ جَعَلَ نَشَاطَهُ وَشَبَابَهُ وقوَّتَهُ في سَبِيلِ اللَّهِ ، فَسَمِعَ مَقَالَتَنَا رَسُولُ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ؛ فقالَ : ” ومَا سَبِيلُ اللَّهِ إلاَّ منْ قُتِلَ ؟ ، مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى مُكَاثِراً ؛ فَفِي سَبِيلِ الشَّيطَانِ ”

Dari Abu Hurairah, ia berkata,” Pada saat kami bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang pemuda dari lembah. Ketika kami perhatikan dirinya, kami berkata, “Andai saja pemuda itu menjadikan ketangkasannya, masa mudanya, dan kekuatannya untuk di jalan Allah.”

Rasulullah ﷺ mendengar ucapan kami, lalu beliau bersabda,”Apakah jalan Allah itu hanya (bagi) orang yang gugur (dalam jihad)? Siapa saja yang bekerja untuk kedua orang tuanya, maka dia di jalan Allah, siapa saja yang bekerja untuk keluarganya, maka ia di jalan Allah. Dan siapa saja yang bekerja hanya untuk memperbanyak harta maka dia di jalan setan.”

[Hadits riwayat Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath (4/284) no. 4214; Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman (6/413) no. 8711 dan (7/299) no. 10377. Syaikh Al-Albani menyatakan isnadnya jayyid (bagus) dalam As-Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani, 5/272.][i]

Dalam hadits di atas Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa orang-orang yang mencari rezeki berupa harta dengan bekerja yang halal merupakan aktifitas di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang oleh para sahabat sering kali dimaknai dengan jihad.

Dengan demikian bekerja untuk mencari harta yang halal merupakan ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.

Baca juga: Hadits Kompetisi Dalam Kebaikan

Hadits Para Rasul Bekerja

Rasulullah ﷺ bersabda tentang Nabi Daud ‘alaihi salam hanya makan dari hasil kerjanya sendiri:

خُفِّفَ عَلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ القُرْآنُ، فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَوَابِّهِ فَتُسْرَجُ، فَيَقْرَأُ القُرْآنَ قَبْلَ أَنْ تُسْرَجَ دَوَابُّهُ، وَلاَ يَأْكُلُ إِلَّا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

”Telah dimudahkan bagi Daud ‘alaihi salam membaca Al-Quran (Kitab Zabur). Dia pernah memerintahkan agar pelana hewan-hewan tunggangannya disiapkan. Ternyata dia selesai membaca Al-Quran sebelum pelana hewan tunggangannya selesai disiapkan, dan dia (Daud ‘alaihi salam) tidak makan kecuali dari hasil kerja tangannya sendiri.” [Hadits shahih riwayat Al-Bukhari no. 3417]

Nabi Muhammad ﷺ menyebut dalam hadits ini nabi Daud Al-Quran. Perlu diketahui bahwa Al-Quran setiap nabi adalah kitab yang diturunkan kepadanya, sebagaimana dijelaskan Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf.[ii]

Nabi Daud ‘alaihis salam adalah seorang raja yang agung. Meskipun demikian beliau tetap bekerja dan hanya makan dari jerih payahnya sendiri.

Ini menunjukkan keutamaan bekerja dan keutamaan makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Nabi Daud ‘alaihis salam memiliki keahlian sebagai pembuat baju perang dari besi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

كانَ زَكَرِيَّاءُ نَجَّارًا

“Dahulu Zakaria bekerja sebagai seorang tukang kayu (pembuat mebel).” [Hadits riwayat Muslim no. 2379]

Setiap Nabi memiliki keahlian yang digunakan untuk bekerja dan mencari rizki Allah dengan keahlian tersebut. Di antara para Nabi Allah tersebut adalah Nabi Zakaria ‘alaihis salam. beliau bekerja sebagai tukang kayu (ahli membuat mebel).[iii]

Hadits Rasul Menghasung Umatnya untuk Bekerja

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

 أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قالَ: والذي نَفْسِي بيَدِهِ، لَأَنْ يَأْخُذَ أحَدُكُمْ حَبْلَه، فيَحْتَطِبَ علَى ظَهْرِه؛ خَيْرٌ له مِن أنْ يَأْتيَ رَجُلًا، فيَسْأَلَه، أعْطاهُ أوْ مَنَعَه.

Rasulullah ﷺ bersabda,”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Bila salah seorang di antara kalian mengambil tali pengikatnya, lalu mengumpulkan kayu dan dipikul di atas punggungnya, itu lebih baik daripada mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, diberi atau pun tidak.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 1470]

Rasulullah ﷺ sangat besar tekadnya dalam mendidik orang-orang beriman untuk bersikap ‘iffah (memelihara kehormatan diri), mandiri dan penuh kesungguhan dan bekerja keras untuk mendapatkan rezeki yang halal.[iv]

Hadits Bekerja adalah Jalan Rezeki Riwayat Bukhari

وعَنْ أَبي عبدِاللَّه الزُّبَيْرِ بنِ العوَّامِ قالَ: قالَ رسولُ اللَّه ﷺ: لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُم أَحبُلَهُ، ثُمَّ يَأْتِيَ الجَبَلَ، فَيَأْتِي بحُزْمَةٍ مِن حَطَبٍ عَلى ظَهْرِهِ فَيَبيعَهَا، فَيَكُفَّ اللَّه بِهَا وَجْهَهُ؛ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَن يَسأَلَ النَّاسَ: أَعْطَوْهُ، أَوْ مَنَعُوهُ رواه البخاري.

Dari Abu Abdullah Zubair bin Al-‘Awwam ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,”Bila salah seorang dari kalian mengambil talinya kemudian mendaki gunung lalu kembali dengan membawa seikat kayu di atas punggungnya kemudian menjualnya, sehingga dengan hasil menjual kayu tersebut Allah memelihara martabatnya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberi atau pun tidak. [Hadits riwayat Al-Bukhari]

Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berusaha dan bekerja dan menempuh sebab-sebab yang disyariatkan untuk mendapatkan rezeki secara mulia, terhormat dan bermartabat.

Ada hadits lain yang menunjukkan bahwa berusaha dan bekerja adalah proses rasional yang harus dilakukan untuk mendapatkan rezeki. Dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,

عنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ ، تَغْدُو خِمَاصًا ، وَتَرُوحُ بِطَانًا وصححه الألباني ، وشعيب الأرنؤوط.

”Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal kepada-Nya, pasti kalian diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan perut kenyang.”

[Hadits riwayat Ahmad (370), At-Tirmidzi (2344) dan Ibnu Majah (4164), dishahihkan oleh Al-Albani dan al-Arnauth.]

Hadits Bekerja dengan Tangan Sendiri Riwayat Miqdam

Rasulullah ﷺ bersabda,

ما أكَلَ أحَدٌ طَعامًا قَطُّ، خَيْرًا مِن أنْ يَأْكُلَ مِن عَمَلِ يَدِهِ، وإنَّ نَبِيَّ اللَّهِ داوُدَ عليه السَّلامُ، كانَ يَأْكُلُ مِن عَمَلِ يَدِهِ

”Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan makanan hasil kerja tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Dawud ‘Alaihissalam dahulu makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”

[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 2072 dari sahabat Al-Miqdam bin Ma’di Karib radhiyallahu ‘anhu]

Hadits ini mendorong setiap Muslim agar bersikap mandiri dalam memenuhi kebutuhan makanannya dan tidak meminta-minta atau mengharap bantuan dari orang lain selama memiliki kemampuan untuk bekerja.

Hadits tentang profesionalisme Dalam Bekerja

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إن اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, ”Sesungguhnya Allah ʽAzza wa Jalla menyukai jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, dia melakukannya secara itqan.”

[Hadits riwayat At–Thabrani dalam al-Muʽjam al-Awsath, No. 897, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman, No. 5312. Syaikh Al-Albani menyatakan ini hadits hasan di dalam Shahih Al-jami’ no. 1880]

Secara bahasa kata, kata itqan berasal dari kata أتقنَ يُتقن ، إتقانًا atqana – yutqinu – itqanan. Apabila ada kalimat أتقنَ العملَ أحكمه، أجاده، ضبطه atqanal amal, dia melakukan pekerjaan dengan itqan, berarti menyempurnakan pekerjaan tersebut, melakukannya dengan baik dan dengan teliti.[v]

Dengan demikian, hadits di atas bermakna Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai orang Muslim yang senantiasa berusaha melakukan setiap pekerjaan dengan sesempurna mungkin, sebaik mungkin dan secermat mungkin. Wallahu a’lam.

Allah Ta’ala sendiri juga seperti itu dalam menciptakan sesuatu. Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Naml: 88

صُنۡعَ ٱللَّهِ ٱلَّذِيٓ أَتۡقَنَ كُلَّ شَيۡءٍۚ إِنَّهُۥ خَبِيرُۢ بِمَا تَفۡعَلُونَ ٨٨

”(Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti atas apa yang kamu kerjakan.”

Hadits Lelah Bekerja Menghapus Dosa

Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:

ما يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِن نَصَبٍ ولَا وصَبٍ، ولَا هَمٍّ ولَا حُزْنٍ ولَا أذًى ولَا غَمٍّ، حتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بهَا مِن خَطَايَاهُ.

”Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, atau kegundahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya dengan semua musibah tersebut.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573]

Bekerja dalam rangka mencari rezeki yang halal termasuk ibadah yang agung. Oleh karenanya, setiap musibah, kesusahan, rasa letih dan lelah yang menjadi konsekuensi dari pekerjaan tersebut, semuanya akan menggugurkan sebagian dari dosa-dosanya.

Salah seorang ulama Salaf berkata,

إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ ذُنُوْبًا لَا يُكَفِّرُهَا إِلَّا الهَمُّ فِيْ طَلَبِ اْلمَعِيْشَةِ

”Sesungguhnya ada dosa-dosa yang tidak terhapus kecuali oleh rasa resah dalam mencari penghidupan.”

”Sesungguhnya ada dosa-dosa yang tidak terhapus kecuali oleh rasa resah dalam mencari penghidupan.”

Hadits Pekerjaan yang Disukai Allah

عَنْ عبدالله بن عمر أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سُئِلَ: أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ، وكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

 أخرجه الطبراني (13/215) (13939)، والإسماعيلي في ((معجم أسامي شيوخه)) (274)

Dari Rifa’ah bin Rafi’ bahwa Nabi ﷺ ditanya,”Apakah pekerjaan yang paling baik?” Nabi ﷺ menjawab,”Pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur (tidak tercampuri dengan perkara haram).

[Hadits riwayat Ath-Thabrani (13/215) no. 13939 dan Al-Ismaili dalam Mu’jam Asami Suyukhihi (274)]

Seseorang yang memelihara dirinya dengan melakukan pekerjaan yang baik maka dia mendapat pahala besar. Yang dimaksud dengan Athyabul kasb (pekerjaan yang paling baik) adalah yang paling utama pahalanya dan paling banyak berkahnya.

Kasb adalah pekerjaan yang menghasilkan harta. Nabi ﷺ mengatakan bahwa pekerjaan seeorang yang dilakukan dengan tangannya itu adalah pekerjaan yang paling utama seperti kerajinan tangan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian untuk melakukannya dan yang semacam itu.

Termasuk pekerjaan terbaik adalah jual beli yang halal yang bebas dari hal-hal yang diharamkan, tidak ada syubhat, kecurangan dan penipuan. Maksud jual beli di sini adalah segala mata pencaharian yang menghasilkan keuntungan seperti perdagangan dan semisalnya.[vi]

Doa Berlindung dari Kemalasan Bekerja

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ أَعُوذُ بكَ  مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Rasulullah ﷺ biasa mengucapkan doa,”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, sifat malas, pengecut dan kikir serta pikun di usia tua, dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepadamu dari cobaan kehidupan dan kematian.”

[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 6367]

Hadits ini termasuk ungkapan yang singkat namun memiliki kandungan makna yang luas dan mendalam (jawami’ul kalim). Pada dasarnya kehinaan itu ada tiga macam yaitu yang bersifat kejiwaan, fisik dan ektsernal. Hadits ini mencakup perlindungan dari seluruh jenis kehinaan tersebut.[vii]

Larangan Meminta-Minta

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

– مَن سَأَلَ النَّاسَ أمْوالَهُمْ تَكَثُّرًا، فإنَّما يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ، أوْ لِيَسْتَكْثِرْ

”Siapa saja yang meminta harta kepada manusia dalam rangka untuk memperbanyak harta maka sesungguhya dia sedang meminta bara api. Maka ambillah bara api sedikit atau banyak.” [Hadits riwayat Muslim no. 1041]

Nabi ﷺ berusaha keras mengajari kaum Muslimin dan mendidik mereka agar bermumalah yang baik dan mencari rezeki dengan jiwa yang bermartabat di segala urusan.

Dalam hadits ini Nabi ﷺ memberitahu bahwa siapa saja yang meminta kepada orang lain agar memberinya harta tanpa ada keperluan dan kebutuhan yang mendesak, dia meminta-meminta hanya semata untuk memperbanyak hartanya, maka hartanya tersebut di akhirat nanti akan menjadi bara api yang akan memanggangnya.

Nabi ﷺ  mempersilakan untuk mengambil bara api sedikit atau banyak itu hanya sebagai ancaman dan pencegahan agar tidak melakukannya. Sesungguhnya meminta-minta itu merendahkan martabat seseorang. Allah Ta’ala suka bila hamba-Nya yang beriman memiliki jiwa yang mulia dan bermartabat.[viii]

Kandungan Keseluruhan Hadits Etos Kerja

asbabul wurud hadits tentang etos kerja, hadits tentang etos kerja beserta artinya, hadis etos kerja, makalah hadits etos kerja, makalah tentang hadits etos kerja, hadits yang berhubungan dengan etos kerja, hadis etos kerja , makalah tentang etos kerja

Pada bagian ini diberikan penjelasan tentang kandungan seluruh hadits di atas secara garis besar agar bisa didapatkan faedah-faedah penting dari hadits – hadits di atas.

  1. Keutamaan bekerja untuk mencari yang halal karena dikategorikan dalam amal fi sabilillah.

Kata fi sabilillah atau di jalan Allah secara umum bermakna setiap amalan ikhlas yang dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melaksanakan yang fardhu, nawafil dan berbagai macam sunnah tathawu’.

Namun bila disebutkan secara sendirian maka secara umum dipakai dengan makna berjihad hingga karena begitu banyaknya penggunaan kata fi sabilillah dengan makna jihad seakan – akan dibatasi dengan makna tersebut.[ix]

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan betapa agungnya bekerja mencari nafkah yang halal di sisi Allah Ta’ala karena Rasulullah ﷺ mengkategorikannya sebagai fi sabilillah.

  1. Keutamaan para Rasul ‘alaihimus salam, kemuliaan jiwa dan kerendahan hati atau ketawadhu’an mereka yang tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya.
  2. Islam memerangi meminta-minta dan menganggur. Oleh karenanya, Islam mewajibkan para pemeluknya untuk berusaha dan bekerja meskipun berat, misalnya mencari kayu.
  3. Rezeki setiap orang memang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala besar kecilnya dan banyak sedikitnya. Namun demikian, jalan untuk mendapatkan rezeki adalah dengan berusaha dan bekerja, bukan berdiam diri di rumah lalu berharap kepada Allah agar rezeki akan mendatangi dirinya. Itulah bukti tawakkal yang benar kepada Allah dalam masalah mencari rezeki.
  4. Keutamaan bekerja dengan usahanya sendiri.[x]
  5. Seruan agar setiap Muslim memiliki keahlian dan pekerjaan yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.[xi]
  6. Keutamaan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, secara sempurna dan teliti.
  7. Karunia Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya dan rahmat-Nya kepada mereka dengan memberikan ampunan dari dosa-dosa karena tertimpa musibah yang paling ringan sekalipun.[xii]
  8. Berlindung kepada Allah dan memohon keselamatan kepada Allah Ta’ala dari berbagai keburukan berupa kelemahan, kemalasan, sifat pengecut dan bakhil, pikun di masa tua, siksa kubur dan cobaan dalam kehidupan dan kematian. Selain itu hadits ini juga mengandung peringatan agar tidak terjerumus ke dalamnya.[xiii]
  9. Ancaman dari memakan harta orang lain secara tidak benar.[xiv]
  10. Penjelasan celaan meminta-minta kepada orang lain tanpa ada kebutuhan yang sangat mendesak atau darurat.[xv]
  11. Penjelasan sanksi hukum bagi orang yang sering meminta – minta kepada orang lain.[xvi]
  12. Dorongan untuk makan dari hasil kerja tangannya sendiri dan dari mata pencaharian yang mubah.[xvii]
  13. Terdapat dalil tentang keutamaan perdagangan. Perdagangan sama dengan penghasilan yang didapatkan dari hasil kerja tangannya.[xviii]

Ayat Yang Menjelaskan Etos Kerja

dalil etos kerja dalam al quran, dalil naqli tentang etos kerja adalah, dalil yang mendasari etos kerja adalah, hadits tentang etos kerja beserta dalilnya, hadis bukhari tentang etos kerja, hadis etos kerja dari miqdam, hadis tentang etos kerja diriwayatkan oleh

Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang berhubungan dengan masalah bekerja. Kami ambil tiga saja yaitu ayat-ayat berikut ini:

  1. Surat Al-Jumu’ah: 9-11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ – ٩

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ – ١٠

Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.

وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ – ١١

Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik.

  1. An-Nisa’: 29

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا – ٢٩

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.

  1. Al-Muzzammil: 20

وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙوَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖ

”Dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah.”

Kandungan Ayat Tentang Bekerja

hadis tentang etos kerja dan kandungannya, dalil etos kerja dalam islam, kajian hadits tentang etos kerja, Kumpulan Hadits Tentang Etos Kerja, Penjelasan hadits etos kerja, kandungan hadits etos kerja, etos kerja muslim, ayat tentang etos kerja muslim

Kandungan makna dari ayat-ayat terkait masalah bekerja di atas adalah sebagai berikut:

  1. Kandungan surat Al-Jumu’ah: 9-11

Pelajaran dan hukum yang bisa diambil dari surat Al Jumu’ah ayat 9-11 menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili sangat banyak. Di antaranya adalah sebagai berikut secara ringkas:

  • Shalat Jumat adalah fardhu ‘ain bagi setiap Muslim menurut pendapat jumhur umat dan para Imam. Ini adalah hujjah dan dalil yang sangat jelas tentang kewajiban shalat Jumat.
  • Allah mewajibkan as-sa’yu (bergegas berangkat dengan sungguh-sungguh) menuju shalat Jumat secara mutlak tanpa penyebutan suatu syarat.
  • Allah melarang aktifitas jual beli ketika shalat Jumat dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkannya pada waktu shalat Jumat bagi orang yang berkewajiban menjalankan shalat Jumat.

Yang dimaksudkan dengan Al-Bai’ atau jual beli di sini adalah aktifitas muamalah secara mutlak. Larangan yang ada mencakup setiap bentuk muamalah yang bisa menyibukkan dari shalat seperti, syarikah, ijarah, pernikahan dan lain sebagainya.

  • Usai shalat Jumat, diperbolehkan dan dipersilakan untuk kembali bertebaran di muka bumi, berniaga, melakukan berbagai keperluan serta mencari rezeki karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.[xix]

2. Kandungan surat An-Nisa’: 29

Allah Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari memakan harta di antara mereka dengan cara yang tidak benar yaitu cara yang tidak diperbolehkan syariat seperti mencuri, berkhianat, merampas, perjudian dan akad-akad yang mengandung riba.

Namun Allah memperbolehkan orang-orang mukmin untuk memakan harta di antara orang beriman melalui perdagangan dan berbagai pekerjaan yang dibenarkan syariat yang dilakukan atas dasar saling rela.[xx]

3. Kandungan surat Al-Muzzamil: 20

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata,”Dalam ayat ini Allah Ta’ala menyamakan antara derajat mujahidin dan orang-orang yang bekerja mencari harta halal untuk menafkahi dirinya dan keluarganya serta untuk berbuat berbagai kebaikan dan keutamaan.

Hal ini menjadi dalil bahwa bekerja mencari harta itu posisinya seperti jihad karena Allah menyatukan antara bekerja mencari harta halal dengan berjihad di jalan Allah.[xxi]

Perkataan Ulama Tentang Etos Kerja

Hadits Tentang Bekerja Adalah Ibadah, Hadits Para Rasul Bekerja, Hadits Rasul Menghasung Umatnya untuk Bekerja, Hadits Bekerja adalah Jalan Rezeki, Hadits Bekerja dengan Tangan Sendiri, Hadits tentang profesionalisme Dalam Bekerja, Hadits Lelah Bekerja Menghapus Dosa

Berikut ini pandangan para ulama salaf terkait masalah mencari penghasilan yang halal agar menjadi pelajaran buat kita semua:

  1. Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu

Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata,

لا يقعد أحدكم عن طلب الرزق ويقول : اللهم ارزقني ، فقد علمتم أن السماء لا تمطر ذهباً ولا فضة» (الغزالي: أبو حامد محمد بن محمد، إحياء علوم الدين)

”Janganlah kalian malas untuk mencari rezeki lalu berdoa,”Ya Allah. Berilah aku rezeki.” Kalian sudah tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” [Ihya’ Ulumiddiin, Abu Hamid Al-Ghazali]

إني لأرى الرجل فيعجبني، فأقول : أله حرفة ؟ فإن قالوا : لا سقط من عيني» (علي المتقي، كنز العمال).

”Sungguh, aku melihat seorang pria yang membuatku kagum. Lantas aku bertanya kepada orang-orang, apakah dia punya pekerjaan?” Bila mereka menjawab,”Tidak.” Maka pria tersebut jatuh dalam pandangan mataku.” [Kanzul ‘Umal, Ali Al-Muntaqi]

مكسبة فيها بعض الدناءة خير من مسألة الناس» (علي المتقي، كنز العمال)

”Pekerjaan yang di dalamnya ada sesuatu yang dipandang rendah itu lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia.” [Kanzul Umal, Ali Muntaqi][xxii]

  1. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

وقيل لأحمد بن حنبل : ما تقول فيمن جلس في بيته أو مسجده وقال : لا أعمل شيئًا حتى يأتيني رزقي ، فقال أحمد : هذا رجل جهل العلم ، أما سمع قول النبي صلى الله عليه وسلم : «وجُعل رزقي تحت ظل رمحي» .

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah ditanya,”Apa pendapat anda terhadap orang yang duduk berdiam diri di rumahnya atau di masjidnya kemudian bilang,”Aku tidak akan bekerja hingga rezekiku mendatangiku.” ?

Imam Ahmad menjawab,”Pria itu tidak tahu ilmunya.Tidakkah dia mendengar sabda Nabi ﷺ, ”Dan rezekiku dijadikan di bawah bayangan tombakku.”

  1. Abu Sulaiman Ad-Daroni rahimahullah

وقال أبو سليمان الداراني : «ليس العبادة عندنا أن تَصُفَّ قدميك وغيرك يتعب لك ، ولكن ابدأ برغيفك فأحرزه ثم تعبد» (ابن قدامة المقدسي، مختصر منهاج القاصدين ، والإمام الغزالي، الإحياء).

Abu Sulaiman Ad-Daroni rahimahullah berkata,”Menurut kami, ibadah itu bukanlah kamu mendirikan shalat kemudian yang bekerja demi memenuhi kebutuhanmu. Namun mulailah dengan melakukan pekerjaanmu terlebih dulu kemudian beribadahlah.”

[Mukhtashar Minhajul Qashidin Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dan Ihya’ Ulumiddin, Imam Al-Ghazali]

4 Prinsip Etos Kerja Dalam Islam

  1. Ikhlas

Bekerja bukan semata-mata untuk mendapatkan imbalan dunia, tapi juga merupakan praktek ikhlas dan menjadi bagian ibadah. Sebagaimana dalam beribadah harus ikhlas, bekerja pun juga ikhlas.

  1. Pantang Menyerah

Islam mengajarkan seorang muslim untuk bermujahadah (bersungguh-sungguh) dan memaksimalkan kemampuan dan pantang menyerah. Halangan kecil dan besar akan dicari solusinya. Sebab tidak ada masalah kecuali pasti ada jalan keluarnya.

  1. Profesional

Sebagaimana dalam hadits diatas, Allah sangat menyukai jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan dengan itqan. Itqan sendiri maknanya adalah sangat teliti, detail, sempurna. Itu merupakan salah satu bentuk profesional dalam bekerja.

  1. Amanah

Seorang muslim akan berlaku jujur dan amanah dalam setiap pekerjaannya. Dia tidak akan menerima suap atau menyuap untuk pekerjaannya. Juga tidak akan mengorupsi uang maupun waktu. Itu merupakan bentuk menjaga amanah.

Contoh Etos Kerja Profesional Dalam Islam

  1. Datang ke tempat kerja tepat waktu dan tidak terlambat
  2. Tidak pulang sebelum jam kerja selesai
  3. Fokus bekerja di jam kerja dan tidak menggunakan untuk aktivitas di luar pekerjaan
  4. Bekerja semaksimal mungkin dan tidak mudah menyerah
  5. Tidak mengambil keuntungan dari perusahaan baik kembalian, mengambil tips, atau hal lainnya diluar ketentuan
  6. Menjaga kerahasiaan perusahaan
  7. Tidak membolos kerja dengan alasan yang dibuat-buat
  8. Berlaku jujur dan amanah dalam bekerja
  9. Tidak makan gaji buta dari perusahaan
  10. Menjaga akhlak dan adab di lingkungan kerja dengan tidak melukai hati rekan kerja agar bisa bersinergi semaksimal mungkin

Demikianlah hadits-hadits , ayat-ayat dan perkataan para ulama salaf yang menghasung kaum Muslimin untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka dari Allah Ta’ala semata karena rahmat dan karunia-Nya. dan bila ada kesalahan di dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahan kami dan kaum Muslimin.


[i] Lihat: https://al-maktaba.org/book/31615/31430 dan https://www.dorar.net/hadith/search?q=%28%D8%A5%D9%86%D9%8A%20%D8%B1%D8%A3%D9%8A%D8%AA%20%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%A7%D8%B1%D8%AD%D8%A9%20%D8%B9%D8%AC%D8%A8%D8%A7&m%5B0%5D=1420&rawi%5B0%5D=1416&xpanded=0&page=12&s[]=561

[ii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/11663

[iii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/17436

[iv] https://dorar.net/hadith/sharh/114368

[v] https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%A3%D8%AA%D9%92%D9%82%D9%8E%D9%86%D9%8E/

[vi] https://www.dorar.net/hadith/sharh/119656

[vii] https://hadeethenc.com/ar/browse/hadith/5914

[viii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/21756

[ix] https://dorar.net/feqhia/2517/%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%88%D9%84:-%D9%85%D8%B9%D9%86%D9%89-%D9%81%D9%8A-%D8%B3%D8%A8%D9%8A%D9%84-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87

[x] https://dorar.net/hadith/sharh/148914

[xi] Ibid.

[xii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/5674

[xiii] https://hadeethenc.com/ar/browse/hadith/5914

[xiv] https://www.dorar.net/hadith/sharh/21756

[xv] Ibid.

[xvi] Ibid.

[xvii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/119656

[xviii] Ibid.

[xix] Tafsir Al-Munir Jilid 14, Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Gema Insani Press, Jakarta, hal 575-580, secara ringkas.

[xx] Tafsir Al-Madinah Al-Munawarah Jilid 1, Markaz Ta’zhimul Quran Al-Karim, Madinah, 1436 H / 2015 M, cetakan pertama,  hal. 212.

[xxi] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/41114/%D8%B7%D9%84%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%B2%D9%82-%D9%85%D9%86-%D8%A3%D9%87%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%A8%D8%A7%D8%AF%D8%A7%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%8A-%D9%8A%D8%A8%D8%AA%D8%BA%D9%89-%D8%A8%D9%87%D8%A7-%D9%88%D8%AC%D9%87-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87

[xxii] https://kalemtayeb.com/safahat/item/44982

Leave a Comment