Tulisan Hadits Utlubul Ilma Walau Bisshin Arab dan Artinya

Hadits uthlubul ilma walau bisshin tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina adalah hadits yang sangat populer di kalangan kaum Muslimin. Padahal ini adalah satu satu contoh hadits maudhu’.

Penjelasan Hadits Utlubul Ilma Walau Bisshin disertai tulisan arab dan artinya, serta kandungan perintah tersebut, serta status hadis nya

Benarkah ini hadits Nabi ﷺ ? Pembahasan berikut ini akan menjelaskan status hadits tersebut menurut para ahli hadits.

Tulisan arab utlubul ilma walau bisshin tuntutlah ilmu sampai ke cina hadits

Tulisan Arab Utlubul Ilma Walau Bisshin

Berikut ini tulisan Arab dari hadits uthlubul ilma walau bisshin:

اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ بالصِّينِ

Arti Uthlubul Ilma Walau Bisshin

Sedangkan arti dari hadits اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ بالصِّينِ adalah sebagai berikut:

Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina

Penjelasan Status Hadits Uthlubul Ilma Walau Bisshin

status hadits utlubul ilma walau bissin tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina apakah hadits

Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani rahimahullah -salah seorang pakar hadits terkemuka abad 20 – menyatakan,”Riwayat hadits ini batil. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan II/ 106, Al-Khathib dalam At-Tarikh IX/364 dan sebagainya.

Semuanya dengan sanad dari Al-Hasan bin Athiyah, dari Abu Atikah Tharif bin Salman, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Kemudian semuanya menambahkan lafazh: fa inna thalabal ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin.

Ibnu Adi berkata,”Tambahan kata walau bisshin, kami tidak mengenalinya kecuali hanya datang dari Al-Hasan bin Athiyah.”

Begitu pula pernyataan Al-Khathib dalam kitab At-Tarikh seperti dikutip Ibnul Muhib dalam Al-Fawaid.

Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati oleh para ahli hadits sebagai perawi dengan sanad sangat dha’if. Bahkan oleh Imam al-Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang Atikah ini.

Ringkasnya, susunan dari hadits di atas adalah sangat dha’if atau bahkan sampai pada derajat batil. Saya kira kebenaran ada pada ucapan Ibnu Hibban atau Ibnul Jauzi yang berkata bahwa hadits di atas tidak ada sanadnya yang baik atau bahkan dianggap baik sampai derajat dapat dikuatkan atau saling menguatkan antara satu sanad dengan sanad yang lainnya.[i]

Syaikh Al-Albani menyatakan hadits uthlubul ilma walau bisshin adalah hadits maudhu’ (palsu) di dalam kitab Dha’if Al-Jami’ no. 906.[ii]

Dr. Husamuddin ‘Afanah mengatakan,”Hadits ini batil. Bahkan Ibnul Jauzi telah menyebutkannya dalam kelompok Al-Maudhu’aat yaitu hadits -hadits yang didustakan atas nama Rasulullah ﷺ .

Imam Asy-Syaukani berkata,”Hadits ini diriwayatkan oleh Al-‘Uqaili dan Ibnu ‘Adi dari Anas bin Malik secara marfu’. Ibnu Hibban berkata,”Hadits ini batil, tidak ada asalnya. Di dalam isnadnya terdapat Abu Atikah dan dia itu haditsnya munkar…” [Al-Fawaid Al-Majmu’ah hal. 272. Lihat juga Al-Maqashid Al-Hasanah, hal. 93 serta Kasyful Khaffa’ 1/138][iii]

Kandungan Utlubul Ilma Walau Bisshin

utlubul ilma walau bisshin hadis ini menjelaskan tentang tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina

Kami tidak berhasil mendapatkan penjelasan tentang kandungan hadits ini sejauh penelusuran di sejumlah website tentang hadits dan syarahnya.

Kemungkinan besar karena hadits uthlubul ilma walau bishshi memang telah divonis sebagai hadits maudhu’ atau hadits palsu oleh para ulama sehingga tidak perlu diambil faedah darinya. Wallahu a’lam.

Seandainya hadits ini shahih, hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah atas keutamaan negeri cina dan penduduknya. Sebab, maksud dari lafadz hadits: tuntutlah ilmu sampai ke negeri china -kalau shahih- adalah anjuran untuk mencari ilmu walaupun tempat tujuannya sangatlah jauh.

Sebab, urusan mencari ilmu merupakan perkara yang sangat penting. Hal itu terkait dengan kebaikan urusan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya. Jadi, bukan maksudnya adalah negeri cina itu sendiri. Permisalan itu digunakan sebab china adalah negeri yang sangat jauh dari bumi arab -sekali lagi kalau hadits ini shahih-. Wallahu a’lam.[iv]

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajid setelah menjelaskan status hadits uthlubul ilma walau bisshin adalah hadits maudhu’ dengan menukil penjelasan Syaikh Al-Albani, beliau mengatakan, ”Hadits yang jelas shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Anas bin Malik, ia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap Muslim.” [Syaikh Al-Albani menyatakannya sebagai hadits shahih di dalam Shahih Sunan Ibni Majah (220)].

Yang dimaksud dengan ilmu dalam hadits ini adalah ilmu Syar’i. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah (ulama Tabiut tabi’in) berkata,

هو العلم الذي لا يُعذر العبد في الجهل به .

”Itu adalah ilmu yang seorang hamba tidak diberi udzur bila tidak mengetahuinya.” wallahu a’lam.[v]

Dr. Husam ‘Affanah mengingatkan para khatib masjid bahwa mereka harus memastikan derajat hadits-hadits yang mereka sebutkan dalam khutbah sehingga mereka tidak ikut ambil bagian dalam berdusta terhadap Rasulullah ﷺ . Sesungguhnya hadits-hadits yang shahih dan hasan sudah mencukupi tanpa perlu kepada hadits-hadits batil dan dusta.”[vi]

Saat ini sudah banyak sarana yang mempermudah kita untuk mengecek derajat sebuah hadits. Diantaranya adalah buku Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ serta Silsilah Hadits Shahih yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

Bagi yang bisa berbahasa Arab akan lebih baik bila melihat langsung ke kitab aslinya. Selain buku, sekarang juga sudah banyak website ensiklopedi hadits yang bisa dirujuk untuk mengecek derajat sebuah hadits.

Untuk lebih hati-hati agar tidak terlibat menyebarkan hadits maudhu’, memang akan aman bila seseorang tidak tahu derajat hadits yang hendak disampaikan, agar mengecek terlebih dahulu ke sumber-sumber yang terpercaya dan paling memungkinkan untuk diakses.

Demikianlah pembahasan singkat tentang hadits populer uthlubul ilma walau bisshin yang ternyata adalah hadits maudhu’ tidak ada asalnya dari Nabi ﷺ . Semoga tulisan ini bermanfaat menambah wawasan kita tentang masalah ini.


[i] Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, Cetakan ketiga, 1420 H / 1999 M, hal. 329.

[ii] https://islamqa.info/ar/answers/13637/%D8%A7%D8%B7%D9%84%D8%A8%D9%88%D8%A7-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85-%D9%88%D9%84%D9%88-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D9%8A%D9%86-%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D9%85%D9%83%D8%B0%D9%88%D8%A8

[iii] http://iswy.co/e11tq9

[iv] https://www.alukah.net/sharia/0/52341/

[v] https://islamqa.info/ar/answers/13637/%D8%A7%D8%B7%D9%84%D8%A8%D9%88%D8%A7-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85-%D9%88%D9%84%D9%88-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D9%8A%D9%86-%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D9%85%D9%83%D8%B0%D9%88%D8%A8

[vi] http://iswy.co/e11tq9

Leave a Comment