Hadits ‘Aziz adalah salah satu dari tiga jenis hadits Ahad. Tulisan berikut ini akan menjelaskan pengertian hadits ‘Aziz dari segi bahasa dan istilah dalam ilmu hadits, penjelasan dari pengertian tersebut dan contoh haditsnya.
Artikel Singkat Tentang Pengertian Hadits Aziz dan contohnya, baik arti hadis aziz secara bahasa dan definisi istilah dengan penjelasan maknanya lengkap
Pengertian Hadits ‘Aziz Adalah
Pengertian hadits ‘Aziz secara bahasa dan istilah adalah sebagai berikut:
Arti Aziz Secara Bahasa
Merupakan sifat musyabbahah dari kata عَزَّ – يَعِزُّ ‘azza- ya’izzu (dengan kasrah) yang artinya قَلَّ qalla (sedikit) dan نَدَرَ nadara (jarang).
Bisa juga merupakan sifat musyabbabah dari kata عَزَّ يًعَزُّ ‘azza – ‘ya’azzu (dengan fathah) yang artinya قَوِيَ qawiya dan اِشتَدَّ isytadda yaitu menguat dan meningkat.
Disebut demikian karena sedikit keberadaannya atau jarangnya dan bisa jadi karena kuatnya dengan kedatangannya melalui jalur lain.
Definisi Hadits Aziz Secara Istilah
العزيز اصطلاحاً : أن لا يقل رواته عن اثنين في جميع طبقات السند
“Secara istilah yang dimaksud dengan hadits aziz adalah hadits yang para perawinya tidak kurang dari dua orang di seluruh tingkatan sanadnya.”
Baca juga: Pengertian Hadits Gharib
Penjelasan Makna Hadits Aziz
Penjelasan dari pengertian di atas adalah bahwa di setiap tingkatan dari tingkatan-tingkatan sanad yang ada, tidak terdapat perawi yang kurang dari dua orang. BIla didapati di sebagian sanadnya ada tiga orang perawi atau lebih, maka tidak ada masalah.
Namun dengan syarat tetap ada tingkatan sanad yang jumlah rawinya dua orang, walaupun hanya pada satu tingkatan sanad saja. Karena yang dijadikan pertimbangan adalah tingkatan sanad ( thabaqah) dengan jumlah rawi paling sedikit dari seluruh tingkatan sanad yang ada.
Ta’rif ini adalah yang kuat menurut penelitian Al-Hafzih Ibnu Hajar. [LihatAn-Nukhbah wa Syarhuha, karya Ibnu Hajar, hal. 21 dan 24]
Sebagian ulama berkata, “Sesungguhnya hadits ‘aziz adalah riwayatnya (perawinya) dua atau tiga orang. Mereka tidak memisahkannya dari hadits masyhur di sebagian gambarannya.
Baca juga: Pengertian Hadits mutawatir dan Contohnya
Contoh Hadits Aziz Beserta Artinya
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Anas juga yang diriwayatkan AL-Bukhari dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
– لا يُؤْمِنُ أحدُكم حتى أكونَ أحبَّ إليه من ولدِهِ ، ووالدِهِ ، والناسِ أجمعينَ
“Salah seorang dari kalian tidak beriman sampai aku menjadi orang yang lebih dia cintai daripada oran tuanya dan anaknya dan seluruh umat manusia.”
Lafazh hadits ini yang berasal dari jalur Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Sedangkan yang dari jalur Abu Hurairah radhiyallahu anhu tanpa ada kata والناسِ أجمعينَ “dan seluruh umat manusia” dan di awal hadits di mulai dengan kalimat:
فو الذى نفسي بيده
“Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya…”
Qatadah dan Abdul ‘Aziz bin Shuhaib meriwayatkan hadits tersebut dari Anas. Syu’bah dan Sa’id meriwayatkannya dari Qatadah. Ismail bin ‘Ulayah dan Abdurrasyid meriwayatkannya dari Abdul Aziz bin Shuhaib dan sekelompok orang meriwayatkannya dari masing- masing orang tersebut.
Baca juga: Pengertian Hadits Masyhur dan Contoh
Buku Yang Membahas Tentang Hadits Aziz
Para ulama tidak menulis karangan khusus tentang hadits ‘Aziz. Nampaknya, hal itu dikarenakan sedikit jumlahnya dan tidak didapatkannya faedah penting dari karangan-karangan semacam itu.[i]
Demikianlah pembahasan singkat tentang hadits ‘Aziz dari kitab Taisir Musthalahil Hadits karya Dr. Mahmud Thahhan tanpa menyertakan bagan yang dibuat di dalamnya saat menerangkan jalur periwayatan hadits ‘Aziz yang dijadikan sebagai contoh.
Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dalam menambah wawasan tentang istilah teknis dalam ilmu hadits.
Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka dari Allah Ta’ala semata karena rahmat dan fadhilah-Nya. Dan bila ada kesalahan dala tulisan ini maka dari kami dan setan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan mengampuni seluruh kesalahan kami dan kaum Muslimin.
[i] Taisir Musthalahil Hadits, Dr. mahmud Thahhan, Maktabah Al-Ma’arif linnasyr wat Tauzi’, Riyadh, 1431 H / 2010 M, hal. 35-36.